Penanggalan dan Angka Astronomi Bangsa Maya


Penanggalan dan Angka Astronomi Bangsa Maya dalam angka penanggalannya menggunakan titik, garis serta tanda kerang-kerangan yang menggantikan nol untuk menyatakan angka.


Angka-angka Arab yang kita kenal sejak kecil, pasti tidak ada orang yang menganggapnya luar biasa. Dia hanya sederetan angka dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 hingga 0 saja. Mungkin kita semua tidak mengetahui bahwa gagasan 0 ini dibawa oleh orang Arab dari India ke Eropa, orang Eropa di zaman dahulu kala tidak mempunyai konsep angka yang sesimpel ini. Orang Yunani pintar dalam hal cipta-mencipta, namun mereka menulis angka harus memakai aksara. Sedangkan orang Roma bisa menggunakan angka, tetapi mereka itu hanya bisa menggunakan pola diagram dari empat angka untuk mewakilinya.


Ketika arkeolog mempelajari sistem angka-angka bangsa Maya, mendapatkan bahwa ekspresi angka serta biji sempoa mereka ada kehebatan yang sama dalam penyampaian maksud. Mereka menggunakan tiga simbol yakni: titik, garis horizontal serta simbol kerang-kerangan untuk mewakilkan nol –sudah cukup untuk menyatakan angka apa saja. Teori semacam ini dipergunakan dalam “sistem biner”-nya kalkulator sekarang ini.




Cara menghitung angka semacam ini, bisa dipergunakan pada angka ilmu falak. Dari ukiran tiang batu yang disebut batu prasasti yang ditemukan di Girikua, Guatemala Amerika Selatan, tercatat angka yang sudah berusia 90 juta hingga 400 juta tahun lamanya.

Penanggalan Maya sangatlah rumit, ada yang berdasarkan penanggalan Tzolkin yang 260 hari sebagai siklus, enam bulan sebagai siklusnya penanggalan candra, 29 serta 30 hari sebagai siklusnya penanggalan surya serta penanggalan surya yang 365 hari sebagai siklus dan sebagainya, siklusnya berbeda penanggalannya pun berbeda. Kita dapat ketahui melalui observasi astronomi mutakhir bahwa setahun itu adalah 365, 2422 hari, namun orang Maya jauh-jauh hari sudah mengobservasikan bahwa satu tahun itu ada 365, 2420 hari. Tingkat akurasi yang begitu tinggi, sungguh suatu hal yang sulit dibayangkan.



Satuan yang dipakai untuk menghitung hari bagi orang Maya itu luar biasa sekali, nilai-nilai angka yang sudah diketahui oleh arkeolog adalah sebagai-berikut:


20 hari ialah satu Winar

18 Winar ialah satu Toon sama dengan 360 hari

20 Toon ialah satu Katoon sama dengan 7.200 hari

20 Katoon ialah satu Bagtoon sama dengan 144.000 hari

20 Bagtoon ialah satu Biktoon sama dengan 2.880.000 hari


20 Biktoon ialah satu Karaputoon sama dengan 57.600.000 hari

20 Karaputoon ialah satu Kimkirtoon sama dengan 1.152.000.000 hari

20 Kimkirtoon ialah satu Alatoon sama dengan 23.040.000.000 hari



Mengapa harus mengembangkan bilangan begitu besar? Besarnya satuan bilangan itu sehingga orang modern pun belum menggunakannya. Berdasarkan persepsi ilmu pengetahuan saat ini, mungkin angka-angka tersebut hanya terpakai untuk satu kurikulum saja, yakni ilmu falak. Sering kali astronom menggunakan satuan bilangan yang sangat besar untuk menyatakan jarak antara planet itu sendiri, dan hanya “angka ilmu falak” dari ilmu falak itulah yang begitu besar.



Pemahaman benda angkasa bagi orang Maya itu, jauh melebihi sistem galaksinya. Di luar dugaan bahwa di dalam sebuah penanggalan orang Maya yang disebut Tzolkin itu ada catatan perubahan iklim pada galaksi (Galatic Seasons). Taswin atau penanggalannya orang Maya, telah mencatat perubahan benda-benda angkasa dalam waktu yang panjang, “zaman matahari” mereka ialah sebuah penanggalan sistem galaksi, penanggalan seperti ini, tidak dapat dihitung oleh ilmu pengetahuan sekarang apalagi observasinya.



Dari catatan “zaman matahari” kita mendapatkan orang Maya percaya bahwa cara alam semesta ini berotasi berdasar “sirkulasi besar”, setiap sirkulasi adalah satu “zaman matahari”. Sirkulasi semacam ini hampir mirip dengan “Tian Kan” (10 batang langit) dan “Ti Ce” (12 batang bumi)-nya orang Tiongkok, penanggalan ialah sirkulasi yang tak putus-putus, dan tidak seperti garis lurusnya tarikh Masehi yang tak bertitik akhir. Rupa-rupanya tarikh seperti ini menjadikan hukum rotasi ruang alam semesta yang lebih besar itu melebur menjadi satu, mirip almanak Batang langit dan cabang bumi Tiongkok yang dapat mencatat tahun, bulan, hari bahkan waktu yang disebut suratan delapan huruf dan tanggal lahir itu.


Kalau bertitik tolak dari ilmu pengetahuan modern yang melampaui peradaban untuk mempelajari masih belum ada penjelasan yang akan membuat orang yakin sepenuhnya. Ini berarti ilmu pengetahuan praktis kita ini jauh tertinggal jika dibanding dengan peradaban-perdaban prasejarah itu, dan tak layak disebut ilmu pengetahuan yang sejati.



(Sumber: Prehistoric Civillization Inspiration for Mankind)


No comments: