Teknologi Zaman Mesir Kuno
Menurut pandangan masyarakat umum, masa peradaban-peradaban kuno ribuan bahkan jutaan tahun lalu, merupakan masa peradaban yang sangat jauh dari kesan kecanggihan teknologi serta penguasaan ilmu pengetahuan yang mendalam, tidak sedalam dengan penguasaan IPTEK manusia masa kini(singkatnya : masih terbelakang alias primitif).
Namun, penemuan ilmuwan dan arkeolog beberapa tahun belakangan ini seolah-olah menghilangkan pandangan umum bahwa peradaban-peradaban masa silam adalah peradaban-peradaban yang terbelakang, penguasaan ilmu pengetahuan yang masih payah dan memiliki kesan yang jauh dari teknologi.
Malah, para ilmuwan kini kian bingung memikirkan penemuan artifak-artifak purba yang menjurus kepada kenyataan bahwa peradaban-peradaban kuno sebenarnya sudah begitu maju dari segi sains dan teknologi malah mungkin lebih futuristik daripada zaman sekarang!
Kenyataan itu memang sukar dipercayai karena tolak ukur era perkembangan sains dan teknologi baru bermula sekitar 200 tahun lalu dan teknologi komputer berasaskan elektronik baru mulai sekitar tahun 1940-an.
Akan tetapi, artifak purba serta catatan kuno yang berhasil ditemukan para arkeolog justru menceritakan sebaliknya-masyarakat zaman purba sudah memiliki teknologi hebat serta maju dalam berbagai bidang terutama sains.
Penemuan-penemuan arkeologis yang mengagumkan seperti penemuan jantung buatan pada suatu mummi dari masa peninggalan peradaban Mesir kuno merupakan suatu bukti kongkrit bahwa peradaban mesir kuno pada ribuan tahun silam telah menguasai ilmu sains dan kedokteran yg tinggi. Padahal kita ketahui, sejarah ilmu kedokteran pada masa kini baru bisa memperkenalkan konsep jantung buatan pada beberapa puluh tahun lalu, tetapi dari penemuan diatas tadi diketahui jantung buatan ternyata telah diperkenalkan sejak 5000 tahun silam.
Salah satu temuan yang cukup populer adalah temuan relief-relief yang menggambarkan semacam alat penerangan berupa bola lampu pijar kuno, kalau dibandingin dengan bentuk lampu pijar pertama temuan Thomas Alva Edison, mungkin tidak jauh berbeda bentuknya atau mungkin malah kegunaannya juga tidak jauh berbeda.
Berawal dari para arkeolog yang terkesan dengan kerapian penyusunan interior dan keindahan relief lukisan dinding-dinding di dalam piramid Mesir. Lalu kemudian mereka menyadari, bahwa tanpa adanya alat penerangan maka bagaimana para pekerja maupun senimannya dapat melakukan pekerjaannya?
Jika demikian, maka seharusnya ada alat penerangan. Tetapi yang membingungkan mereka adalah tak pernah ditemukan adanya jelaga (jawa: angus) atau bekas-bekas sisa pembakaran api sebagaimana lazimnya alat penerangan kuno (obor, lilin, lampu minyak). Lantas teknik penerangan apa yang mereka gunakan pada masa itu?
Di dalam suatu ruang di bawah Kuil Dendera, sebuah kuil yang terletak di sebelah selatan Luxor (Mesir) dan dibangun oleh firaun Mesir untuk memuja Dewi Hathor pada 4.200 tahun yang lalu, terdapat relief-relief yang menggambarkan semacam alat penerangan berupa bola lampu lonjong berukuran besar. Bagian kepala bola lampu disangga oleh dudukan dengan per pegas yang tampaknya dapat berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan arah (sorotan) lampu.
Sedangkan bagian ujung lainnya terhubung dengan semacam pipa melengkung ke kotak dasar alat penerangan tersebut. Walaupun seandainya gambar tersebut merupakan simbol, tetapi bagaimana masyarakat pada masa itu dapat membuat desain teknis semacam itu?
Yang cukup hebat adalah ketika Erich Von Daniken bersama beberapa tim saintis lainnya berhasil menciptakan sebuah replika bola lampu yang benar-benar ditiru dari desain relief di temple Dendera itu. Ekspresimen ini mereka lakukan untuk mengetahui kegunaan sebenarnya dari benda yang dipegang oleh Sang Fir'aun tersebut, apakah benar-benar merupakan semacam alat penerangan, atau hanya sebatas simbol semata. Sebelumnya , mereka terlebih dahulu harus bisa mengidentifikasi beberapa simbol obyek dalam relief-relief itu sebagai penuntun dalam pembuatannya.
Dari beberapa sumber yang didapat, inilah hasil identifikasi dari setiap obyek-obyek dalam relief tersebut :
Ket:
1. Priest
2. ionised fumes
3. electric discharge
4. Lamp socket (Lotos)
5. Cable (Lotos stem)
6. Air god
7. Isolator (Djed-Pillar)
8. Light bringer Thot with knifes
9. Symbol for "current"
10. Inverse polarity (Haarpolarität +)
11. Energy storage (electrostatic Generator?)
Relief lain di Kuil Dendera
Namun, penemuan ilmuwan dan arkeolog beberapa tahun belakangan ini seolah-olah menghilangkan pandangan umum bahwa peradaban-peradaban masa silam adalah peradaban-peradaban yang terbelakang, penguasaan ilmu pengetahuan yang masih payah dan memiliki kesan yang jauh dari teknologi.
Malah, para ilmuwan kini kian bingung memikirkan penemuan artifak-artifak purba yang menjurus kepada kenyataan bahwa peradaban-peradaban kuno sebenarnya sudah begitu maju dari segi sains dan teknologi malah mungkin lebih futuristik daripada zaman sekarang!
Kenyataan itu memang sukar dipercayai karena tolak ukur era perkembangan sains dan teknologi baru bermula sekitar 200 tahun lalu dan teknologi komputer berasaskan elektronik baru mulai sekitar tahun 1940-an.
Akan tetapi, artifak purba serta catatan kuno yang berhasil ditemukan para arkeolog justru menceritakan sebaliknya-masyarakat zaman purba sudah memiliki teknologi hebat serta maju dalam berbagai bidang terutama sains.
Penemuan-penemuan arkeologis yang mengagumkan seperti penemuan jantung buatan pada suatu mummi dari masa peninggalan peradaban Mesir kuno merupakan suatu bukti kongkrit bahwa peradaban mesir kuno pada ribuan tahun silam telah menguasai ilmu sains dan kedokteran yg tinggi. Padahal kita ketahui, sejarah ilmu kedokteran pada masa kini baru bisa memperkenalkan konsep jantung buatan pada beberapa puluh tahun lalu, tetapi dari penemuan diatas tadi diketahui jantung buatan ternyata telah diperkenalkan sejak 5000 tahun silam.
Salah satu temuan yang cukup populer adalah temuan relief-relief yang menggambarkan semacam alat penerangan berupa bola lampu pijar kuno, kalau dibandingin dengan bentuk lampu pijar pertama temuan Thomas Alva Edison, mungkin tidak jauh berbeda bentuknya atau mungkin malah kegunaannya juga tidak jauh berbeda.
Berawal dari para arkeolog yang terkesan dengan kerapian penyusunan interior dan keindahan relief lukisan dinding-dinding di dalam piramid Mesir. Lalu kemudian mereka menyadari, bahwa tanpa adanya alat penerangan maka bagaimana para pekerja maupun senimannya dapat melakukan pekerjaannya?
Jika demikian, maka seharusnya ada alat penerangan. Tetapi yang membingungkan mereka adalah tak pernah ditemukan adanya jelaga (jawa: angus) atau bekas-bekas sisa pembakaran api sebagaimana lazimnya alat penerangan kuno (obor, lilin, lampu minyak). Lantas teknik penerangan apa yang mereka gunakan pada masa itu?
Di dalam suatu ruang di bawah Kuil Dendera, sebuah kuil yang terletak di sebelah selatan Luxor (Mesir) dan dibangun oleh firaun Mesir untuk memuja Dewi Hathor pada 4.200 tahun yang lalu, terdapat relief-relief yang menggambarkan semacam alat penerangan berupa bola lampu lonjong berukuran besar. Bagian kepala bola lampu disangga oleh dudukan dengan per pegas yang tampaknya dapat berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan arah (sorotan) lampu.
Sedangkan bagian ujung lainnya terhubung dengan semacam pipa melengkung ke kotak dasar alat penerangan tersebut. Walaupun seandainya gambar tersebut merupakan simbol, tetapi bagaimana masyarakat pada masa itu dapat membuat desain teknis semacam itu?
Yang cukup hebat adalah ketika Erich Von Daniken bersama beberapa tim saintis lainnya berhasil menciptakan sebuah replika bola lampu yang benar-benar ditiru dari desain relief di temple Dendera itu. Ekspresimen ini mereka lakukan untuk mengetahui kegunaan sebenarnya dari benda yang dipegang oleh Sang Fir'aun tersebut, apakah benar-benar merupakan semacam alat penerangan, atau hanya sebatas simbol semata. Sebelumnya , mereka terlebih dahulu harus bisa mengidentifikasi beberapa simbol obyek dalam relief-relief itu sebagai penuntun dalam pembuatannya.
Dari beberapa sumber yang didapat, inilah hasil identifikasi dari setiap obyek-obyek dalam relief tersebut :
Ket:
1. Priest
2. ionised fumes
3. electric discharge
4. Lamp socket (Lotos)
5. Cable (Lotos stem)
6. Air god
7. Isolator (Djed-Pillar)
8. Light bringer Thot with knifes
9. Symbol for "current"
10. Inverse polarity (Haarpolarität +)
11. Energy storage (electrostatic Generator?)
Relief lain di Kuil Dendera
1 comment:
jika di huruf 6 menerangkan bahwa yang tertera di situ adalah patung dewa udara maka bisa di tarik kesimpulan yang ada di atas itu adalah gambaran dari udara yang masuk melalui lubang dan di sebarkan lewat media tersebut.... lihat gambar yang seperti ular yang tertera pada huruf 2 itu gambarnya tidak menyorot lurus melainkan bergelombang seperti gerakan angin pada umumnya.... munkin itu sedikit dari unek2 saya yang sedikit mampunyai beda kefahaman.... trimakasih
Post a Comment