Kerajaan Kutai: Berawal dari Hasil Interaksi Komersil

Menurut Coedes ketika India kehilangan sumber emasnya di Siberia melalui Baktria, suku-suku di Asia Tengah mencari berbagai macam jalan untuk melakukan penemuan emas, salah satunya dengan mengimpor emas. Ketika impor emas yang terjadi di India itu mengancam kestabilan keuangan di daerah tersebut, maka ketika masa Kaisar Vespasianus impor itu dihentikan. Sebagai jalan lain para pencari tersebut mencari emas kearah timur India.

Di satu sisi J.C van Leur menyebutkan perdagangan yang terjadi antara India-China-Nusantara terjadi sebelum masehi. Maka orang India tersebut bisa sampai didaerah Nusantara. Ketika jalur perdagangan hanya melewati Sumatera-Jawa, justru penghasil emas yang signifikan adalah Kalimantan, salah satunya adalah daerah Kutai Kalimantan Timur.


Maka bukan tanpa alasan ketika orang India masuk ke pedalaman Kalimantan tersebut, semata-mata untuk mencari emas. Ketika interaksi yang berbentuk perdagangan tersebut terjadi, dimungkinkan interaksi tersebut menimbulkan suatu pertukaran kebiasaan, adat, bahkan menularkan sifat keagamaan yang terjadi ketika itu. Budha merupakan agama yang dianut orang India pada waktu itu, maka ketika Kerajaan Kutai berdiri, orang yang mendirikan agama tersebut adalah seorang budha, yaitu Kudungga.


Pertumbuhan agama baru yang terajdi di India yaitu agama hindu, memiliki pengaruh kuat terhadap agama resmi di Kerajaan Kutai. Hal ini dapat dibuktikan dengan prasasti-prasasti yang ditemukan di Kalimantan Timur dan menunjukan abad 4 masehi itu, banyak menceritakan tentang kebaikan Raja Mulawarman yang memberikan ribuan hewan kepada kaum Brahmana. Akan tetapi pada pada beberapa prasasti yupa yang lain disebutkan, bahwa Mulawawarman adalah raja generasi ketiga yang beragama hindu. Dan generasi sebelumnya adalah Aswawarman (ayah Mulawarman) dan Kudungga (Kakek Mulawarman dan sebagai pendiri Kerajaan Kutai). Jadi bisa dikategorikan bahwa Kerajaan Kutai berdiri pada awal abad 4 dan ini sebelum berdirinya kerajaan Tarumanegara di Tatar Sunda.
Riszki Ahmad F

No comments: