Cerita Sejarah : Yue Fei dan Wuhan

Patung Yue Fei di Kuil Yue Fei



Yue Fei hidup dari tahun 1103-1141. Dia dilahirkan di Tangyin Kabupaten Xiangzhou, sekarang menjadi bagian dari Provinsi Henan, China. Yue Fei dikenal baik dalam sejarah Tiongkok sebagai jenderal besar dan pahlawan nasional dari Dinasti Song Selatan.









Yue Fei adalah seorang mahasiswa rajin. Ia memiliki keterampilan baik dalam seni bela diri dan bergabung dengan tentara pada usia 19 tahun. Tak lama setelah itu, ayahnya meninggal, sehingga Yue Fei meninggalkan tentara untuk pulang dan berkabung untuk ayahnya.



Pada tahun 1126, Dinasti Jin menyerang Dinasti Song Selatan. Yue Fei bergabung tentara lagi dan melanjutkan karir militer untuk membela negara.



Hidup dengan prinsip untuk "melayani negara dengan loyalitas sepenuhnya" dia melakukan misi untuk mengambil kembali tanah yang diduduki oleh penjajah Jin. Pasukannya terlatih dengan disiplin yang kuat dan "akan lebih baik mati kelaparan daripada merampok orang, dan mati dingin daripada air mata menghanguskan rumah penduduk. "Tentara Yue Fei terus mengalahkan tentara Jin dan disukai oleh rakyat.



Selama karir militernya, Yue Fei melakukan 126 pertempuran tanpa mengalami kekalahan satu pun. Dia seorang yang lurus "selamanya-menang besar." Tentara Jin begitu takut dengan tentara Yue Fei bahkan mereka berkata, " Mudah mengguncang gunung, tetapi hampir tidak mungkin untuk mengguncang pasukan Yue Fei. "






Patung Perunggu Yue Fei



Patung perunggu dari Yue Fei setinggi delapan meter (27 kaki). Dasarnya saja setinggi dua meter. Patung menggambarkan Yue Fei memegang kendali kuda, menunjukkan sikap gagah berani, kebenaran, dan menatap kuat, seolah-olah melihat sungai-sungai dan pegunungan negara.




Sebuah batu biru 25,6 meter (85 kaki) menggambarkan adegan pasukannya mengalahkan tentara Jin. Ci-nya (jenis puisi) "Man Jiang Hong - Pikiran setelah Memanjat Menara Huanghe " terukir di atasnya.





Seluruh patung kuat dan halus, dan membangkitkan efek mengagumkan pada orang yang melihatnya.




Setelah Jepang menyerbu Beijing pada tahun 1937, kelompok anti-Jepang Wuhan menemukan sebuah prasasti hijau yang berasal dari Tahun Kesepuluh Periode Wanli di Dinasti Ming (1582).



Prasasti itu memiliki gambar Yue Fei dan puisi sanjungan oleh Zhang Yixian dari Kota Dali, Propinsi Yunnan. Beberapa kelompok yang dipilih Hu Zhi, seorang anggota Klub Revolusi Xinhai, memimpin upaya untuk mengumpulkan uang dan membangun Paviliun Gambar Yue Fei delapan meter dari sebelah timur kuil. Prasasti didirikan di dalam paviliun. Paviliun menjadi terkenal karena prasasti.




Kuil Kesetiaan



Pejabat pengadilan yang menyeleweng Qin Hui dari Dinasti Song membunuh Yue Fei dan “membuat tuduhan palsu” di tahun 1142. Selama masa pemerintahan Kaisar Xiaozong, Yue Fei direhabilitasi dan diberikan nama anumerta Wumu di tahun 1169. Kaisar mengembalikan posisi resminya di pemerintahan dan menguburkannya kembali dengan upacara kehormatan. Ketika anak laki-laki Yue Fei, Yue Lin tiba di Ezhou, tentara dan rakyat setempat menyambutnya dengan linangan air mata untuk menunjukkan penghormatan tertinggi mereka terhadap Yue Fei.



Setelah nama Yue Fei dikembalikan, penduduk setempat meminta ijin untuk membangun kuil untuk Yue Fei. Kaisar Xiaozong mengizinkan dengan mengeluarkan papan nama bertuliskan “Kuil Kesetiaan” dan mengeluarkan dekrit kekaisaran untuk mengelontorkan uang bagi pembangunan kuil tersebut.




Yue Fei diberikan gelar anumerta Pangeran E oleh Kaisar Ningzong di tahun 1204, dan Kuil Kesetiaan diubah namanya menjadi Kuil Pangeran E, atau sering dikenal sebagai Kuil Yue. Pohon pinus dan cemara yang sebelumnya ditanam oleh Yue Fei, dipindahkan ke dua sisi dari kuil. Pohon tersebut kemudian dinamai Pohon Pinus Yue dan Pohon Cemara Yue.



Pada akhir Dinasti Qing, Keluarga Yue melakukan banyak kegiatan terutama di kedua tempat tersebut, di Kuil Kesetiaan yang terletak di kota tua di Wuhan, Provisini Hubei di China Bagian Selatan dan juga Kuil Yuewang, yang terletak di Yangyin, Provinsi Henan di China bagian Utara.



Pada masa perang di masa awal pemerintahan Kaisar Xianfeng yang memerintah dari tahun 1831 hingga 1861, kuil tersebut dibakar. Area di dekat gerbang dari Universitas Zhongnan Fakultas Ekonomi dan Hukum pada masa kini, awal mulanya adalah area kuil tersebut dan juga merupakan makam keluarga Yue. Sisa sisa reruntuhan Kuil Yuewang telah hancur ketika Universitas Zhongnan dibangun, dan pemindahannya ke Wuchang selama awal dari pemerintahan Partai Komunis China.



Patung Besi Qin Hui dan isterinya yang berlutut di depan Makam Yue Fei di Hangzhou



Menurut “Catatan Kabupaten Jiangxia” Wuchang membangun dua Kuil Kesetiaan untuk memperingati Yue Fei. Patung besi Qin Hui dan isterinya yang berlutut ditempatkan di bagian dalam Kuil Yue Fei. Patung tersebut dibuat di tahun 1170.




Rakyat setempat di Wuhan mengumpulkan cerita mengenai perbuatan baik Yue Fei menjadi legenda, cerita bahkan dongeng, yang kemudian diwariskan secara turun temurun.



Pohon Pinus Yue: Berjalan beberapa ratus langkah ke bagian timur dari Pagoda Hongshan di Wuchang, akan ditemukan beberapa pohon pinus yang melegenda.



Keturunan Yue Fei menyebutkan pohon pinus tersebut sebagai Pohon Pinus Yue untuk menghormati kebaikan Yue Fei yang “mengabdi kepada tanah air dengan kesetiaan tertinggi.”



Kuil Baoguo




Jalan setapak Baoguo adalah dibawah pemerintahan Jalan Cuiwei, Kota Hanyang, dan dinamakan sebagai “pengabdian kepada tanah air dengan kesetiaan tertinggi” untuk memperingati perbuatan heroik Yue Fei. Ketika berita pembunuhan Yue Fei tersebar hingga ke Hanyang, rakyat setempat sangatlah sedih dan marah. Mereka akhirnya setuju untuk menyumbangkan uang untuk membangun Kuil Baoguo (yang berarti melindungi negara) pada sebuah bukit sekitar setengah kilometer dari Cuiweifeng (saat ini adalah Pintu Gerbang Selatan dari Pabrik Perkakas Hongwei).



Secara resmi, dikatakan bahwa kuil tersebut dibangun untuk memuja Buddha, tetapi kenyataannya kuil tersebut digunakan untuk memberikan sesajian dan penghormatan bagi Yue Fei. Kuil tersebut seluas 200 meter persegi, dibangun dengan menggunakan bata merah. Terdapat tiga ruangan di kuil tersebut.



Pada saat kuil selesai dibangun, Kaisar Zhaogou yang bodoh dan manja masih bertahta dan pejabat pengadilan yang licik masih berkuasa di Qin Hui, sehingga rakyat tidak meletakkan patung Yue Fei di kuil tersebut, dan juga tidak ada papan nama kuil yang terpatri, hanya bertuliskan “Kuil Baoguo.”




Setelah naik tahta, Kaisar Xiaozong merehabilitasi nama Yue Fei. Sejak saat itu, Kuil Baoguo di Hanyang berganti nama menjadi Kuil Yue Fei. Empat karakter huruf China ditulis sendiri oleh Yue Fei “Mengabdi kepada tanah air dengan Kesetiaan Tertinggi” dipatri di papan, dan digantung di dalam ruang utama kuil. Rakyat memberikan sesajian hingga kuil tersebut dirubuhkan pada masa “Lompatan Besar ke Depan” di tahun 1958.



Dari masa Republik China hingga ke masa sebelum “Revolusi Besar Kebudayaan” dibawah pemerintahan komunis, rakyat di Hanyang masih menyerukan kepada penduduk di sekitar jalan setapak dan penduduk setempat di bagian utara dari Kuil YueFei untuk memperingati Yue Fei. Di tahun 1967, jalan tersebut diubah namanya menjadi Kampung Weiwu No.8. Kemudian nama tersebut berubah lagi menjadi Jalan setapak Baoguo di tahun 1972 untuk memperingati Yue Fei.




“Bingcangge;” menurut catatan sejarah, pada musim semi di tahun 1134, tentara Dinasti Jin bergerak ke bagian selatan untuk menyerang Dataran Tengah. Pengadilan kekaisaran menunjuk Yue Fei sebagai Komisaris Militer dari Tentara Hanyang. Yue Fei diperintahkan untuk bergerak maju bersama dengan pasukannya menuju Jinghu. Setelah pasukan Yue Fei mengalahkan musuh, mereka kembali ke Ezhu (sekarang adalah Wuchang), dan kemudian ditempatkan di Hanyang.



Karena tentara Yue Fei sangat mencintai rakyat sebagaimana mereka mencintai orang tua mereka, mereka juga sangatlah berdisiplin, mereka tidak pernah melakukan kejahatan terhadap rakyat sipil. Sebagai hasilnya, mereka sangat dicintai oleh rakyat setempat. Sebuah moto “Sangatlah mudah untuk menggoyahkan sebuah gunung, tetapi sangatla sulit untuk menggoyahkan tentara Yue Fei.” Ketika tentara tiba di Hanyang pada waktu tengah malam. Demi untuk tidak mengganggu penduduk sipil, Jendral dan para tentara tetap tinggal di hutan, sekitar satu kilometer bagian selatan dari Kota Hanyang. Mereka beristirahat di sana hingga sekitar sepuluh bulan.



Yue Fei menempatkan tentaranya di bagian barat dari Jalan Lanjiang dan di bagian selatan dari ujung jalan Guiyuansi. Kemudian hari, area ini dinamakan sebagai Bingcangge (area untuk menempatkan tentara).




Desa Dunjia dan Danau Machang berlokasi di bagian barat dari Bingcangge. Dikatakan bahwa tentara Yue Fei sering menyimpan senjata mereka di sana. Area tersebut sekarang ini disebut sebagai Desa Dengjia, yang merupakan pertemuan antara Jalan Wulidun dan Jalan Jiangdi.



Di bagian barat daya dari Desa Dunjia (atau Dengjia) terdapat sebuah danau. Nama terdahulunya adalah Danau Timur Hanyang. Pada masa itu, danau tersebut memiliki beberapa sumber mata air dan juga banyak sekali kolam. Di pinggir danau itu sendiri, terdapat banyak sekali rumput. Dikatakan bahwa tentara Yue Fei melakukan latihan dan penggembalaan di pinggir danau. Sehingga, daerah tersebut disebut sebagai Danau Machang (penggembalaan kuda) atau Danau Macang.



Pada masa kini, di daerah Jalan Wulidun dan Jalan Jiangdi terdapat jalan utama yang menuju ke Hanyang di bagian Utara Danau Xiama hingga ke bagian Selatan. Bagian ini sepanjang dua kilometer, yang dikenal juga sebagai Jalan Machanghu.



Sumur Kuno Cuiwei dan Kolam Kuno Cuiwei: Di daerah sekitar Kuil Guiyuan dibawah Cuiweifeng terdapat beberapa nama tempat yang berkaitan dengan Yue Fei.



Di dalam kuil terdapat Sumur Cuiwei dan Kolam Cuiwei. Dikatakan bahwa sebagian dari tentara Yue Fei sering mengambil air dari sana. Pada masa kini, ketika para turis berjalan sekitar Kuil Guiyuan, mereka akan dapat melihat sumur kuno dan juga kolam kuno.




Situs Dede, tempat peninggalan kuno, terletak sekitar 400 meter bagian selatan dari Kuil Guiyuan. “Peta Kota Wuhan dan kota kota dari Tahun Xuantong masa Dinasti Qing,” keduanya merupakan koleksi dari Perpustakaan Beijing dan Museum Provinsi Hubei menandai Situs Dede ( yang berarti suara tapak kuda). Dikatakan bahwa Situs Dede adalah dimana Yue Fei menunggang kuda kembali pada waktu malam.



Legenda Cuiziwan: di area bagian utara dari daerah kependudukan Wuqili, Jalan Wulidun dinamakan Cuiziwan selama masa pemerintahan Dinasti Song Selatan. Nama daerah tersebut berkaitan dengan cerita di Hanyang yang disampaikan secara turun temurun.



Ketika Yue Fei ditempatkan di Hanyan, suatu saat dia sedang berjalan jalan dan mendengar seorang wanita menangis. Dia mencari tahu siapa yang menangis, kemudian masuk ke dalam rumah dan bertanya mengapa dia menangis. Dia mengetahui bahwa janda tua tersebut sangatlah miskin dan tidak mampu membesarkan anak laki-lakinya seorang diri. Anak laki-lakinya sangat miskin tidak mampu menikah, sehingga anaknya pergi ke Henan untuk berdagang. Tidak ada seorangpun yang tahu mengenai nasibnya. Yue Fei ingin menolong wanita tua tersebut dan dia berusaha untuk menghiburnya,”Jangan khawatir! Jika anak laki-laki anda kembali dan miskin seperti ketika dia pergi, mintalah dia untuk menemui saya di barak tentara.”




Beberapa hari kemudian, anak laki-laki wanita tua tersebut kembali dengan tangan kosong. Dia pergi menemui Yue Fei dan Yue Fei memberikan padanya sekantong perak. Pria tersebut menceritakan bagaimana tentara Henan menangkapnya dan mengikatnya selama beberapa hari. Dia bahkan hampir kehilangan nyawanya. Yue Fei berkata kepadanya,”Anda pasti sudah terbiasa dengan jalan tersebut dan kita ingin mengetahui bagaimana situasi dari musuh sebelum kita menyerang. Bagaimana jika anda pergi ke sana dan mencari tahu bagi kami?” Anak laki-laki wanita tersebut setuju. Setelah kembali ke rumah, dia menikah. Dan tidak ingin kembali lagi ke Henan.



Wanita tua tersebut menjadi cemas, dia meminta kepada anak laki-lakinya untuk segera pergi tanpa menunda. Anaknya akhirnya setuju dan pergi ke Henan. Dia mengumpulkan berbagai informasi mengenai Tentara Jin, yang menyebabkan tentara Yue Fei dapat memenangkan beberapa pertempuran melawan mereka.



Karena cerita ini, sebuah teluk tidak bernama kemudian diberikan nama Cuiziwan (teluk mendesak anak lak-laki).



Jalan Yue Fei: Didirikan pada masa akhir dari Dinasti Qing dan juga awal dari Republik China. Berawal dari Jalan Huangxing di bagian barat daya, melewati Jalan Chezhan dan terhubung dengan Jalan Zhongshan di bagian timur laut. Itu adalah bagian dari tempat kependudukan Perancis pada jaman dulu. Penguasa Perancis menamai Jalan Jiangjun atau Jalan Xiafei. Setelah kemenangan China terhadap penyerangan Jepang dan berhasil memenangkan kontrol terhadap kependudukan Perancis, akhirnya jalan tersebut dinamakan Jalan Yue Fei.




Boxing Yue Fei sangat terkenal di Kabupaten Huangmei, Guangji, Jichun dan Guangji. Menurut Catatan Kabupaten Huangmei dan Catatan Kabupaten Guangji, Boxing Keluarga Yue diperkenalkan pada akhir dari masa Dinasti Song. Dikatakan bahwa setelah Yue Fei dibunuh, anak keempatnya Yue Zhen dan anak kelimanya Yue Ting bersembunyi di Yangmeiling, Kota Dahe, Kabupaten Huangmei (sekarang dinamakan sebagai Yuedongwan dan Yuexiwan) untuk menghindari penangkapan.



Ketika Yue Fei kembali ke ibukota dengan membawa 18 perintah dalam bentuk 18 plakat emas, Yue Fei mengerti bahwa dia akan dibunuh, sehingga dia secara rahasia menyerahkan Kompendium Boxing Keluarga Yue kepada Yue Zhen dan Yue Ting dan meminta mereka untuk bersembunyi di Kabupaten Huangmei, dan tidak menemaninya ke ibukota. Inilah yang menyebabkan Boxing Keluarga Yue disebarkan secara luas di Kabupaten Huangmei.



Di kota Tianmen, Provinsi Hubei adalah kota bersejarah, dinamakan Yuekou yang juga dikenal sebagai Yuejiakou, menurut Catatan dari Kabupaten Tianmen. Disebut begitu karena Tentara Yue Fei sering bertempat di sana.



Legenda dari Yue Fei dan Yuejiakou telah diceritakan dari generasi ke generasi.

No comments: