Menguak Surat Palsu “Surat dari Nabi Muhammad SAW kepada Biarawan St. Catherine’s Monastery
Sebelumnya Saya pernah share surat dari Nabi Muhammad SAW Kepada Biarawan St. Catherine’s Monastery dari sumber st-katherine.net,Nah Kebetulan Ketemu sama Artikel yang mengatakan surat itu adala surat palsu,Nah Pusingkan.ni saya share tentang surat tersebut palsu atau tidak.silahkan dibaca.
Abu Luqman
Surat tersebut banyak Keanehan dan bukti-bukti yang menunjukkan surat tersebut palsu
Surat palsu yang dimaksud adalah( http://st-katherine.net/en/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=65
http://www.islamic-study.org/saint_catherine_monastery.htm)
1.Surat tersebut tidak memiliki cap cincin dari Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallamr
karena perlu diketahui Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallamr menulis surat kepada kaum Ajam(non arab) menggunakan cap cincin yang bertuliskan”MUHAMAD RASUL ALLAH”.
Hal ini berdasarkan dari hadist:
“Tatkala Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menulis surat kepada penguasa bangsa “Ajam (asing), kepadanya diberitahukan: ‘Sungguh bangsa ‘Ajam tidak akan menerimanya, kecuali surat yang memakai CAP’. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibuatkan sebuah cincin (untuk cap surat). Terbayanglah dalam benakku putihnya cincin itu di tangan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Diriwayatkan oleh Ishaq bin Manshur, dari Mu’adz bin Hisyam, dari ayahnya, dari Qatadah, yang bersumber dari Anas bin Malik ra. dalam Shahih Bukhari, bab “pakaian”, Shahih Muslim, bab “pakaian”, Hadits no. 2072, dan dalam Sunan Abu Daud, bab “CINCIN”, hadits no. 4214)
2. Ditinjau dari segi bahasa,bahasa dalam surat tersebut sangatlah aneh,
bahkan janggal,kenapa?mari kita bandingkan dengan surat yang lain seperti surat kepada Heraclius (Raja Romawi) — yang dibawa oleh Dihyah al-Kalbi – teksnya berbunyi:
“Dengan nama Allah, Pengasih dan Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Heraclius pembesar Romawi. Salam sejahtera bagi yang mengikuti petunjuk yang benar. Dengan ini saya mengajak tuan menuruti ajaran Islam. Terimalah ajaran Islam, tuan akan selamat. Tuhan akan memberi pahala dua kali kepada tuan. Kalau tuan menolak, maka dosa orang-orang Arisiyin—Heraklius bertanggungjawab atas dosa rakyatnya karena dia merintangi mereka dari agama—menjadi tanggungiawab tuan.
Wahai orang-orang Ahli Kitab. Marilah sama-sama kita berpegang pada kata yang sama antara kami dan kamu, yakni bahwa tak ada yang kita sembah selain Allah dan kita tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, bahwa yang satu takkan mengambil yang lain menjadi tuhan selain Allah. Tetapi kalau mereka mengelak juga, katakanlah kepada mereka, saksikanlah bahwa kami ini orang-orang Islam.”
Berikut Surat untuk Muqouqis, Gubernur Mesir:
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusanNya kepada Muqauqis raja Qibthi. Keselamatan bagi orang yang mengiktui petunjuk. Amma ba’du: Aku mengajakmu dengan ajakan Islam. Masuklah Islam maka engkau akan selamat. Masuklah Islam maka engkau akan diberikan Alah pahala dua kali. Jika kau menolak maka atasmu dosa penduduk Qibthi.
“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS ali Imran 3:64). (Al-Mawahib al Laduniyah).”
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan surat kepada Raja Habasyah, Najasi. Berikut Surat Nabi kepada Raja Habsyah Najasyi.
“Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusa Allah kepada Najasyi raja Habasyah, keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk.
Amma ba’du: Aku memuji Allah padamun yang tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Menguasai, Maha Suci, Maha Penyelamat, Maha Pemberi Aman dan Maha Pembeda. Aku bersaksi bahwa Isa anak Maryam ruh Allah, dan firmanNya yang diberikan kepada Maryam yang suci lagi perawan, lalu ia hamil dari ruh dan tiupannya, sebagaimana Ia menciptakan Adam dengan tanganNya.
Aku mengajakmu kepada Allah yang Esa, yang tidak ada sekutu bagiNya, mematuhi dengan ketaatan kepadaNya dan untuk mengikutiku dan mempercayai apa yang aku bawa. Aku Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku mengajakmu dan para pasukanmu kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi. Aku telah menyampaikan pesan dan memberi nasehat, maka terimalah nasehatku. Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk. (Thabaqut Ibnu Sa’ad).
Berikut Surat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Raja Persia, Kisra Abrawaiz:
“Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Kisra raja Persia. Keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk, yang beriman kepada Allah dan RasulNya, dan bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah kepada semua umat manusia, untuk memberi peringatan bagi siapa yang hidup. Masuklah Islam maka kau akan selamat, dan jika kau mengabaikannya maka atasmu dosa orang orang Majusi.” (Sumber: hadist Ibnu Abbas yang di-takhrij oleh Bukhari dan oleh Ahmad). Liat juga kitab bidayah wan nihayah karya ibnu katsir
Setelah kita bandingkan bahwa terdapat perbedaan,yaitu:
1.Setiap menuliskan surat Rasul menuliskan kalimat “Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
2.Setiap surat yang dikirim terdapat stempel cicin rasul yang bertulis”MUHAMAD RASUL ALLAH”
3.Setiap surat mengajak untuk masuk ke agama Islam,mengajak untuk Mentauhidkan Allah bukan malah mendukung atau meridhoi agama lain sebagaimana dalam Surat palsu “st.catherine
3.Point yang terpenting dalam pembahasan ini adalah surat tersebut tidak memiliki sanad.
Sistem sanad(mata rantai yang saling berkait ) yang menjadikan agama Islam terjaga keasliannya.Dimana setiap pendusta agama akan terbuka makar dan kebohongannya.berikut akan kami jelaskan secara ringkas dari arti sanad.
Sanad atau isnad secara bahasa artinya sandaran, maksudnya adalah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan(isi) hadits(perkataan,perbuatan,tindakan,perjanjian yang dilakukan Rasul) dan menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadits) dan berakhir pada orang sebelum Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam Shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni Shahabat. Misalnya al-Bukhari meriwayatkan satu hadits, maka al-Bukhari dikatakan mukharrij atau mudawwin (yang mengeluarkan hadits atau yang mencatat hadits), rawi yang sebelum al-Bukhari dikatakan awal sanad sedangkan Shahabat yang meriwayatkan hadits itu dikatakan akhir sanad.(http://www.mailarchive.com/assunnah@yahoogroups.com/msg18057.html)
Umat islam sepakat bahwa sumber landasan/rujukan umat Islam dalam beragama adalah Al Qur’an,Hadist,ijma ulama/sahabat rasul.Dimana semua itu bisa samapai kepada kita secara orisinil karena adanya sistem sanad.
4. ketika kita mau menengok sejarah islam,maka kita ketahui bahwa mesir menjadi islam ketika masa kekuasaan umar bin khotob bukan pada masa Rasul.
Berdasarkan pada kisah berikut:
“Penaklukan Damaskus Tahun 14H
Abu Ubaidah bermusyawarah dengan Khalifah Umar, mengenai tujuan penaklukan selanjutnya, Damaskus ataukah wilayah Yordania. Sang Khalifah mengisyaratkan untuk mengarahkan pasukan ke Damaskus terlebih dahulu. Maka, kaum Muslimin mengepung kota tersebut selama enam bulan. Khalid menyerang melalui sisi timur. Sementara Abu Ubaidah berhasil memasukinya dengan jalan damai dari sisi Jabiyah. Dan akhirnya kaum Muslimin berhasil menaklukannya.
Selanjutnya, kaum Muslimin dengan dipimpin Syarahbil bin Hasanah menuju kota Fahl, dan berhasil memukul mundur pasukan Romawi
Penaklukan Kota Himsh, Humat, Ladziqiyah Dan Halab
Abu Ubaidah dan pasukan bergerak menuju Himsh dan mengepungnya. Jalan perdamaian menjadi akhir peperangan ini. Begitu pula, kota Humat dan Halab, masuk dalam pangkuan Islam melalui cara damai. Sementara Ladziqiyah, terpaksa ditaklukkan dengan jalan kekerasan. Setelah penduduknya memilih cara itu.
Penaklukan Kota Anthakiyah
Anthakiyah, adalah ibukota Imperium Romawi di wilayah timur. Heraklius telah meninggalkannya. Maka, Abu Ubaidah mengepungnya dan takluk melalui jalan damai.
Sementara itu, Amr bin Al-Ash mulai merangsek menuju bumi Palestina. Setelah kekalahan di Ajnadin, komandan Romawi mundur dan berlindung di benteng-benteng Baitul Maqdis. Kaum Muslimin membidik kota-kota yang berada di pantai Rafah. Begitu pula dengan Ghaza, Nablus, Amwas, Yafa berhasil ditaklukan oleh kaum Muslimin.
Baitul Maqdis Berada Dalam Kekuasaan Kaum Muslimin
Setelah itu, Amr bin Al-Ash menuju wilayah Baitul Maqdis dan mengepungnya dalam jangka waktu yang lama. Tatkala penduduk Baitul Maqdis mengetahui batapa kuatnya pengepungan yang dilakukan kaum Muslimin, dan sebaliknya betapa lemahnya mereka untuk menghalau kaum Muslimin, lantaran wilayah-wilayah di pantai telah ditaklukkan, maka mereka mengajukan perdamaian. Dengan syarat, agar Khalifah Umar sendiri yang menanganinya. Maka beliau datang dan menulis ketetapan perdamaian bagi Al-Quds dan menerima kunci-kuncinya.
Demikianlah, penaklukan Syam berhasil tuntas di masa Khalifah Umar bin Al-Khaththab. (http://kajianislamdakwahsalafiyah.blogspot.com/2011/12/misi-kaum-muslimin-menaklukkan-tanah.html)”
Dari sinilah diketahui bahwa mesir itu dikuasai setelah wafatnya rasul bukan pada Rasul.Padahal kalau kita lihat surat kepada st.catherine menyatakan seolah seolah bahwa si penulis telah menguasai wilayah Mesir.Sungguh hal yang aneh dan tidak masuk akal.
Penutup dan kesimpulan
Surat tersebut adalah DUSTA atas nama rasul,Surat PALSU yang disengaja dibuat untuk merusak Aqidah umat Islam,Menghinakan Islam dan Memuliakan orang kafir.
Penutup dari kami:
Al-Imam Sufyan Ats-Tsaury rahimahullah berkata:
“Sanad merupakan senjata orang mukmin. Jika tidak memiliki senjata, maka dengan apa ia akan berperang?!”
Al-Imam Abdullah Ibnul Mubarak rahimahullah berkata:
“Menurutku, sanad adalah bagian dari agama. Andai bukan karena sanad, niscaya siapapun dapat mengatakan apa saja yang dikehendakinya.”
Al-Imam Ibnu Sirin rahimahullah berkata:
“Dahulu pada periode awal, mereka (salafush shalih) tidak menanyakan tentang sanad. Sampai ketika terjadinya fitnah, merekapun bertanya tentang sanad, supaya dapat mengambil hadits Ahlus Sunnah dan mencampakkan hadits ahlul bid’ah.”
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:
“Ilmu hadits adalah ilmu yang mulia, yang sesuai dengan akhlak yang mulia dan tabiat yang baik. Ia merupakan ilmu akhirat, bukan bagian ilmu dunia. Barangsiapa yang diharamkan darinya (yakni dihalangi untuk mendapatkan ilmu itu, red), sungguh dia telah diharamkan dari kebaikan yang agung. Dan barangsiapa yang dikaruniai rizki berupa ilmu hadits ini, sungguh ia telah meraih keutamaan yang melimpah ruah.”{Sanad adalah rangkaian perawi (periwayat) yang menyampaikan kepada nash hadits. (At-Ta’liqat Al-Atsariyyah ‘alal Manzhumah Al-Baiquniyyah, hal. 25 dan 26)Sumber: Majalah Asy Syari’ah, no.25/III/1427 H/2006, rubrik Permata Salaf.-http://atsarsalaf.wordpress.com/2009/10/05/pentingnya-ilmu-sanad-hadits/ -}
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mau mengikuti agama mereka.” (Al-Baqarah: 120)
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيْحُ يَابَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ. لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوْا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam, padahal Al-Masih sendiri berkata: Wahai Bani Israil, beribadahlah kalian kepada Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga kepadanya dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Allah adalah salah satu dari tuhan yang tiga (trinitas), padahal sekali-kali tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain sesembahan yang satu. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (surat al Maidah ayat: 72)
Al-Imam Ath-Thabari tberkata ketika menafsirkan ayat tersebut: “Wahai Muhammad, orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu selama-lamanya, karena itu tinggalkanlah upaya untuk mencari keridhaan dan kesepakatan mereka. Sebaliknya hadapkanlah dirimu sepenuhnya untuk mencari keridhaan Allah di dalam mendakwahi mereka kepada kebenaran yang engkau diutus karenanya. Sesungguhnya apa yang engkau dakwahkan tersebut, sungguh merupakan jalan menuju persatuan (ijtima’) denganmu di atas kedekatan hati dan agama yang lurus. Tidak ada jalan bagimu untuk mencari keridhaan mereka dengan mengikuti agama mereka, karena agama Yahudi bertentangan dengan agama Nashrani, demikian pula sebaliknya, dan tidak mungkin kedua agama ini bisa bersatu dalam individu manusia pada satu keadaan. Yahudi dan Nashrani tidak mungkin bersatu untuk meridhaimu kecuali bila engkau bisa menjadi seorang Yahudi sekaligus Nashrani, akan tetapi tidak mungkin hal ini terjadi padamu selama-lamanya, karena engkau adalah individu yang satu dan tidak mungkin terkumpul padamu dua agama yang saling berlawanan dalam satu keadaan. Dengan demikian, bila tidak ada jalan yang memungkinkan untuk mengumpulkan kedua agama itu padamu dalam satu waktu, maka tidak ada jalan bagimu untuk mencari keridhaan kedua golongan tersebut. Bila demikian keadaannya, maka berpeganglah engkau dengan petiunjuk Allah yang dengannya ada jalan untuk menyatukan manusia.” (Jamiul Bayan ‘an Ta’wil Ayi Al-Qur’an, Lil Imam Ath-Thabari, hal. 1/517, Darul Fikr, 1405 H).
Abu Luqman
No comments:
Post a Comment