LINTASAN SEJARAH ISLAM (1)


Kebudayaan-kebudayaan seperti Mesopotamia, Sumeria, Assyria, Babylonia, Mesir Kuno dan lain-lain adalah kebudayaan-kebudayaan besar yang sudah mati, namun aspek-aspeknya masih hidup dan dikembangkan oleh suku-suku bangsa yang hidup di negeri-negeri sekitar jazirah Arab. Kebudayaan dan peradaban besar yang masih hidup ketika agama Islam muncul ialah kebudayaan Persia dan Rumawi atau Byzantium. Sampai abad ke-6 M ketika agama Islam mulai muncul, Rumawi dan Persia merupakan dua kemaharajaan besar yang saling bersaing dan berperang untuk merebut hegemoni politik, ekonomi dan ideologis di Asia Barat dan Eropah. Sedangkan keadaan bangsa Arab sendiri terpecah belah ke dalam puak-puak yang saling bersengketa dan menumpahkan darah.DUNIA ARAB DAN KEBUDAYAAN SEBELUM DATANGNYA ISLAM

Agama Islam lahir di jazirah Arab. Sebelum agama Islam datang, negeri Arab dikelilingi oleh berbagai kerajaan-kerajaan besar yang telah mengembangkan peradaban dan kebudayaan besar, yang masih berpengaruh sampai datangnya agama Islam. Kebudayaan-kebudayaan besar itu ada yang masih hidup dan berkembang, dan ada pula yang sudah mati dan mandeg ketika agama Islam mulai tersebar luas.

Byzantium atau Rumawi Timur. Kemaharajaan Rumawi didirikan pada tahun 753 S.M. dengan ibukotanya Roma. Sampai abad ke-3 S.M kekuasaan Romawi meliputi hampir sebagian besar Eropah, Anatolia, Iraq, Iran, bagian barat India dan sebagian besar negeri-negeri di pantai utara Afrika yang sekarang ini meliputi Mesir, Libya, Maroko dan Tunisia. Tetapi pada abad ke-2 S. M. Kemaharajaan Rumawi kehilangan wilayahnya di India dan pada saat yang sama bangsa Persia dapat merebut kembali wilayah yang diduduki Rumawi Timur. Sejak itu wilayah kemaharajaan Persia semakin luas. Pada saat yang sama kemaharajaan Rumawi terpecah menjadi dua: Rumawi Barat dan Rumawi Timur. Pusat pemerintahan Rumawi Barat ialah Roma dan pusat kemaharajaan Rumawi Timur ialah Konstantinopel (Istanbul sekarang).


Sementara kemaharajaan Rumawi Barat dalam perkembangannya mengalami perpecahaan, kemaharajaan Rumawi Timur berkembang pesat dan semakin kuat. Wilayah-wilayah yang berhasil diduduki sampai datangnya agama Islam meliputi Anatolia, Mesir, Palestina, Libanon, Syria. Balkan, Yunani dan lain-lain. Tetapi pada abad ke-5 M kemaharajaan ini mengalami kemunduran sebab dipimpin oleh orang-orang yang lemah. Baru pada awal abad ke-6 M Byzantium bangkit kembali menjadi kemaharajaan yang kuat. Ini berkat kepemimpinan kaisar Justianus I yang masyhur dan memerintah antara tahun 527-567 M. Pada masa pemerintahannya kerajaan ini berhasil merebut Afrika Utara, Italia dan Sisilia yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Rumawi Barat.


Untuk memperkuat pemerintahannya Justianus I menyusun Undang-undang Baru Rumawi yang kelak disebut Canon Justinian. Sebelum undang-undang baru ini disusun, terdapat banyak madzab hukum di lingkungan kemaharajaan Byzantium dengan sumber yang beranekaragam pula, sehingga menyulitkan dalam pelaksanaannya. Akibatnya kekacauan sering kali terjadi. Dengan adanya Kanun Justinian, yang dikenal juga sebagai Law of Rome, pemerintah dapat menegakkan kembali supremasi hukum di seluruh negeri. Inilah jasa terbesar Justianus dalam sejarah peradaban Eropa. Undang-undang dan hukum yang diberlakukan di Eropa sampai kini bersumber dari Kanun Justinian.


Pada masa pemerintahan Justianus banyak didirikan gereja-gereja megah dibangun dan banyak karya seni khas Byzantium dihasilkan. Di ibukota Konstantinopel saja terdapat 25 bangunan geraja yang megah dan indah, di antaranya yang paling masyhur ialah gereja Aya Sophia. Ketika pasukan Turki Usmani merebut kota ini pada abad ke-15 M dan merubah nama kota menjadi Istanbul, gereja Aya Sophia dirubah menjadi masjid, sebagai pertukaran dirubahnya masjid Cordoba pada akhir abad ke-13 menjadi gereja.


Sejak akhir abad ke-1 M raja dan penduduk Rumawi Timur mulai memeluk agama Kristen dan menjadikan agama ini sebagai agama resmi kerajaan. Sampai abad ke-5 M, agama Kristen terpecah dalam beberapa madzab. Ismail Faruqi mengemukakan madzab-madzab yang tumbuh di antaranya ialah Apollonairisme, Nestoria, Justinian, Monofisit, Monotelit dan lain-lain. Ali Hasymi mengemukakan ada tiga madzab utama, yaitu Madzab Yaaqibah (di Mesir, Habsyi dan sekitarnya), Madzhab Nasathirah (Mosul, Iraq dan Persia) dan Madzab Mulkaniyah (Afrika Utara, Sisilia, Syria dan Spanyol). Perbedaan madzab-madzab itu terlihat pada aqidahnya.



Madzab Yaaqibah berkeyakinan bahwa Isa Almasih adalah Tuhan, dengan pengertian bahwa Tuhan dan manusia bersatu dalam diri Isa Almasih. Madzab Nasathirah dan Mulkaniyah berkeyakinan bahwa dalam diri Isa Almasih terdapat dua tabiat: (1) Tabiat ketuhanan dan; (2) Tabiat kemanusiaan.


Karena perbedaan madzab itu merupakan sumber sengketa yang langgeng dan mengancam keutuhan Byzantium, Justianus I yang menganut madzab Ortodoks melarang madzab-madzab lain tumbuh. Ini menimbulkan kegelisahan sosial yang luas. Pada tahun 534 M pecahlah pemberontakan besar menentang kebijakan tersebut. Pembrontakan dapat ditindas. Peristiwa ini menyebabkan para pemimpin dan penganut madzab Nestoria dan Monofisit meninggalkan Byzantium. Mereka akhirnya memilih tempat bermukim di wilayah yang dikuasai kemaharajaan Persia untuk mendapatkan perlindungan. Di antara kota-kota yang dijadikan tempat ialah Antiokia, Edesse dan Jundishapur, yang sejak lama telah lama telah merupakan pusat kegiatan intelektual dan kebudayaan. Kebetulan yang memagang tampuk pemerintahan kemaharajaan Persia ialah kosru Anusyirwan yang adil dan besar perhatiannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan sastra.


Di kota-kota inilah mereka mengembangkan falsafah dan ilmu pengetahuan. Sampai munculnya agama Islam kota-kota ini tetap berkembang menjadi pusat intelektual dan ilmu. Melalui kota-kota inilah kelak transmisi ilmu dan pemikiran Yunani, Persia dan India ke dalam peradaban dan kebudayaan Islam berlangsung.


Pada masa akhir pemerintahan Justianus I Byzantium mulai mengalami kesukaran dan kemunduran. Bangunan yang megah dan indah, serta istana-istana yang didirikan dengan biaya tnggi mau tak mau telah menguras kekayaan negara. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk peperangan melawan kemaharajaan Persia yang terjadi secara berkelanjutan. Untuk mengatasi persoalan ini kaisar memungut pajak yang tinggi dan akibatnya rakyat menderita. Pada masa itu pula penyakit kolera berjangkit dengan dahsyatnta dan membinasakan sepertiga penduduk Byzantium. Begitulah Justianus I wafat saat negerinya mulai dilanda kemunduran.


Tetapi bagaimana pun secara perlahan-lahan kekaisaran Byzantium bangkit kembali. Pada masa pemerintahan Heraclius (610-641 M) Buyzantium berhasil memenangkan peperangannya yang terakhir dengan Persia, saingannya yang tangguh.. Perang dahsyat itu terjadi antara tahun 623-627 M. Pada tahun 627 M tentara Byzantium mengalahkan tentara Persia yang kuat di Niniveh, Iraq. Kemudian berhasil merebut kembali Syria dan Mesir yang diduduki Persia. Namun sayang sekali, ketika Byzantium telah terbebas dari ancaman Persia, ancaman baru datang. Bangsa Arab yang telah memeluk agama Islam mulai bangun dan pada pertengahan abad ke-7 M mereka berhasil membangun kemaharajaan baru di atas wilayah yang dahulunya diperebutkan oleh Byzantium dan Persia.



Kemaharajaan Persia. Bangsa Persia termasuk rumpun Indo-Arya, begitu pula bahasanya. Ke dalam rumpun bahasa-bahasa Indo-Arya selain bahasa Persia termasuk bahasa-bahasa Latin, Yunani, Sanskerta dan cabang-cabangnya di Eropah, Asia Tengah dan Asia Selatan. Sejak ratusan tahun sebelum tarikh Masehi bangsa Persia telah muncul di panggung sejarah sebagai penguasa wilayah yang luas di Asia Barat dan Tengah, dan sejak itu pula mereka mengembangkan peradaban dan kebudayaannya. Nenek moyang mereka berasal dari Kaukasus dan Dataran Tinggi Iran. Antara tahun 3000 SM hingga 1200 M mereka melakukan hijrah besar-besaran ke Eropa dan bagian selatan Asia.


Nama Persia diambil dari nama sebuah suku terkemuka yang mendiami provinsi Pars di timur laut Iran. Orang-orang Pars berhasil membangun dua kemaharajaan Iran Purba, yaitu Achemenia dan Parthi. Pada tahun 770-550 SM orang Persia berhasil menaklukkan Babylonia, Assyria, Asia Kecil dan Mediterania. Tetapi pada tahun 300 SM kemaharajaan Persia Lama karam setelah raja Macedonia, Iskandar Agung, menyerbu Babylonia, Persia dan India dan memasukkan wilayah-wilayah tersebut ke dalam kekuasaan Rumawi Timur. Kebudayaan dan bahasa Persia Lama ikut karam digantikan kebudayaan dan bahasa Yunani.



Pada tahun 250 SM, di bawah pimpinan Arshak dari suku Parthi, bangsa Persia bangkit kembali dan mengusir penjajahan bangsa Rumawi dari bumi Persia. Arshak mendirikan dinasti Achemenia atau Hakomaneshi, menyebut dirinya sebagai Pahlewi (orang yang berjasa dalam perjuangan). Kebudayaan Persia dikembangkan lagi dari puing-puingnya. Bahasa Persia baru diperkenalkan dengan diberi nama Bahasa Pahlewi. Tetapi tulisan yang digunakan oleh aksara Aramaik.Di bawah pimpinan raja-raja Dinasti Achemenia Persia tampil kembali di panggung sejarah sebagai bangsa besar. Wilayah yang ditaklukkan semakin luas dan akhirnya berkembang menjadi sebuah kemeharajaan besar, menjadi saingan tangguh kemaharajaan Byzantium.


Pada tahun 220 SM dinasti Achemenia runtuh. Penggantinya dinasti Sassani yang didirikan oleh Ardasyir, berhasil mempersatukan kembali kemaharajaan Persia yang terpecah belah pada masa akhir pemerintahan dinasti Achemenia. Di bawah dinasti ini Persia kembali tampil sebagai kemaharajaan besar yang maju dan ditakuti oleh Byzantium. Pada masa pemerintahan Kisra Shapur II (309-379 M) Persia menaklukkan Arruha (Edessa) dan Nasibein (Nisibis) yang dahulunya merupakan bagian dari kemaharajaan Babylon dan direbut oleh Byzantium. Pada masa pemerintahan Kuphaz II, yang sezaman dengan Justianus I, Persia meluaskan pengaruhnya hingga ke wilayah Persia. Tetapi gerak maju tentaranya berhasil ditahan oleh panglima perang Byzantium Belisarius. Dalam pertempuran di tep sungai Eufrat Persia menderita kekalahan besar.


Maharaja Persia yang masyhur ialah Anusyirwan (531-570 M). Pada masa ini Persia berhasil memperluas wilayahnya dan berhasil mengusir pendudukan Byzantium di banyak tempat. Seperti Justianus I, Anusyirwan adalah pembangun undang-undang baru Persia. Dia menetapkan undang-undang pemerintahan dan pembayaran pajak yang didasarkan pada keadilan. Dia juga masyhur sebagai pencinta ilmu pengetahuan, falsafah dan kesusastraan. Tidak mengherankan apabila ilmu, sastra dan falsafah berkembang pesat pada zamannya. Filosof-filosof Yunani, yang kebanyakan menganut madzab Nestoria dan Monofisit dan diusir oleh kaisar Justinian, diterima dengan baik oleh Anusyirwan. Dalam sebuah peperangan dengan Byzantium tentara Anusyirwan memperoleh kemenangan dan sebagai syarat perdamaian ia meminta kaisar Byzantium menerima kembali kepulangan tokoh-tokoh Nestoria dan Monifisit ke negerinya.


Berbeda dengan Justianus, Anusyirwan menjamin kebebsan beragama dan berpikir bagi penduduk Persia. Dia mendirikan Sekolah Tinggi Kedokteran dan Falsafah, serta menaja penerjemahan besar-besaran buku ilmiah, sastra dan falsafah dari bahasa Yunani, Suryani, India dan Persia lama.


Persia mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Kosru II (590-628 M), yaitu seorang dari cucu Anusyirwan. Pada masa pemerintahannya meletus beberapa peperangan dengan Byzantium di bawah pemerintahan kaisar Heraclius.Pada peperangan yang awal tentara Persia memperoleh kemenangan, tetapi karena kesalahan siasat pada peperangan-peperangan selanjutnya keberuntungan berpihak pada Byzantium. Pertempuran yang paling menentukan terjadi di Niniveh pada tahun 627 M. Persia kalah telak. Sesudah peristiwa itu Persia dilanda pemberontakan yang membuat Kosru II jatuh dari tahtanya. Sejak pada masa itulah kepercayaan rakyat Persia hilang kepada raja mereka. Sebelum Kosru II memerintah penduduk Persia percaya bahwa dalam tubuh raja-raja mereka tersimpan sifat suci yang diturunkan langsung dari Ahura Mazda, Tuhan Cahaya. Tetapi setelah muncul raja-raja yang lemah dan membawa bencana maka pupuslah kepercayaan seperti itu. Maharaja Persia terakhir ialahYasjadirs III. Di bawah pemerintahan keadaan negeri kacau balau, sehingga dengan mudah ditaklukkan oleh bangsa Arab pada tahun 642 M.


Agama Zoroaster. Pada awalnya orang-orang Persia, seperti saudara serumpunnya orang-orang Arya dari Eropa dan India, menyembah banyak dewa. Dewa-dewa Persia lama ini merupakan representasi dari kekuatan-kekuatan alam. Tetapi pada abad ke-7 M muncul nabi yang mengajarkan agama baru dari Azerbaijan, yaitu Zarathustra. Bersama ribuan pengikutnya Zarathustra mengajarkan agama baru kepada bangsa Persia. Ajaran agamanya ini didasarkan pada pembalikan terhadap ajaran lama. Dewa-dewa yang merupakan representasi kekuatan baik bagi orang Arya dipandang sebagai representasi kekuatan jahat dan disebut Ahriman atau Angro Manyu. Sedangkan asura yang merupakan representasikan kekuatan jahat bagi orang Arya dibalik menjadi representasi kekuatan baik dan disebut Ahura Mazda. Demikianlah Zarathustra mengajarkan agama duotheis, faham dua tuhan dan dengan demikian memotong secara revolusioner seluruh tradisi keagamaan Arya.


Berbeda pula dengan tradisi Arya lama, Zarathustra tidak mengajarkan pemeluk ajarannya menyembah patung-patung dan membangun kuil-kuil yang dipenuhi patung dewa-dewa. Tuhan Cahaya atau Ahura Mazda disimbolkan sebagai Api. Karena kuoil-kuil yang mereka bangun disebut Kuil Api, dan tidak lebih dari sebuah altar besar. Zarathustra yang berasal dari suku Midia wafat pada tahun 583 SM. Menurut pandangannya alam semesta ini berjalan dan bergerak mengikuti undang-undang tertentu. Di dalam alam selalu ada pertentangan antara dua kekuatan jahat dan baik: antara gelap dan terang, antara subur dan tandus dan seterusnya. Jiwa manusia merupakan medan pertarungan antara kekuatan baik dan jahat yang tidak pernah berhenti.


Kitab suci agama ini ialah Avesta dan tafsirnya disebut Zend-Avesta. Ditulis dalam bahasa Persia Kuno yang mirip dengan bahasa Sanskerta. Pada zaman dinasti Achemenia dan Sassani agama Zoroaster dijadikan agama resmi kerajaan. Agama ini terus berkembang sampai dengan datangnya agama Islam, tetapi setelah Persia ditaklukkan bangsa Arab, orang-orang Persia pun meninggalkan agama nenek moyang mereka. Namun unsur-unsur kepercayaan Zoroaster dan kebudayaan Persia segera pula melekat dalam kebudayaan Islam.



Di antara falsafah Zoroaster yang penting ialah pembahasannya tentang jiwa manusia. Menurut Zarathustra jiwa manusia itu dicipta dari tidak ada (ex nihilo) menjadi ada. Jiwa manusia bisa mencapai kehidupan abadi apabila sanggup memerangi kejahatan di muka bumi dan dalam dirinya sendiri. Bagi manusia Tuhan memberikan kebebasan apakah memilih kejahatan atau kebaikan, dengan risiko masing-masing yang berbeda.


Pada abad ke-3 M muncul agama baru yang diajarkan oleh Manu atau Mani, seorang filosof, pelukis dan sastrawan ulung. Agama ini merupakan campuran agama Zoroaster, Kristen dan Buddha. Karena dianggap menyimpang dari ajaran Zoroaster, Manicheanisme atau Manuwiyah dilarang oleh penguasa. Manu dan para pengikutnya dikejar oleh pihak berwajib Persia untuk ditangkap, namun berhasil meloloskan diri. Manu dan pengikutnya akhirnya melarikan diri ke Asia Tengah dan menyebarkan agamanya hingga ke Cina, dan memperoleh banyak pengikut. Mereka membangun kuil-kuil yang indah dipenuhi lukisan yang dibuat oleh Manu dan para pengikutnya. Pengaruh Manu cukup besar di Asia Tengah dan Eropa. Orang Buddha dan Cina kemudian meniru membuat kuil yang dipenuhi lukisan.


Inti ajaran Manu ialah bahwa alam ini terjelma dari dua unsur, yaitu gelap dan terang. Dari terang atau cahaya lahir kebaikan dan dari gelap lahir kejahatan. Dua kekuatan ini saling bertarung, di dalam alam dan kehidupan manusia, tetapi tidak ada yang kalah maupun menang. Berbeda dengan Zoroaster yang lebih cenderung kepada dunia, Manu lebih cenderung pada spiritualisme. Ketika Manu pulang ke Persia, dia ditanggap dan akhirnya dihukum mati. Tetapi namanya tetap dikenang sebagai guru para pelukis Persia sampai pada masa kedatangan Islam.


Pada abad ke-5 M muncul madzab baru agama Manu yang diasaskan oleh seorang filosof bernama Mazdak. Dia membawa faham baru bagi agama duotheis.Yang membedakan dia dengan guunya ialah asas ajarannya tentang persamaan. Bagi Mazdak semua manusia itu dilahirkan sama, karena itu pula harus hidup sama pula. Persamaan terpenting ialah dalam hak memiliki harta dan wanita. Pangkal perselisihan manusia ialah harta dan wanita. Karena itu terhadap harta dan wanita tidak boleh ada pemilik khusus, keduanya milik bersama. Inilah faham komunisme kuno yang diajarkan Mazdak.


Pemilikan terhadap wanita dan harta dianggap sebagai kejahatan. Karena itu institusi penumpukan modal (kapitalisme) dan perkawinan juga merupakan bentuk kejahatan yang harus dijauhi. Baik Manuisme maupun Mazdakisme kelak memberi pengaruh besar terhadap sekte-sekte dalam Islam, Kristen dan agama-agama lain yang dipengaruhi ajaran falsafahnya (BERSAMBUNG).

Prof. Dr. Abdul Hadi Wm

(Budayawan, Dosen PMIAI Universitas Paramadina – ICAS Jakarta)

Zigurat Sumeria

No comments: