Membicarakan Sejarah Nusantara Purba

13292025311886401736

ilustrasi/admin(kompas.com)

Pagi kemarin (13/02), saya sembari ngopi berniat untuk online. Seperti biasanya sembari online atau mengetik, saya juga mendengarkan radio sebagai hiburan pengiring. Belum lagi fokus mengerjakan sesuatu di komputer, ternyata ada obrolan menarik di 89,6 FM I-Radio Jakarta. Diskusi itu tentang sejarah Nusantara purba. Menarik karena dua penyiarnya di program Pagi-Pagi, M.Rafiq dan Poetri Soehendro, mengundang narasumber Danny Hilman Natawidjaja (peneliti Tim Bencana Katastropik Purba).

Segera perhatian saya teralih ke diskusi tersebut. Handphone pun saya jadikan alat rekam. Berikut hasil rekaman saya dari diskusi yang membicarakan apa yang dilakukan Prof. Stephen Oppenheimer dalam penelitiannya, tentang Tim Bencana Katastropik Purba, dan Gunung Padang.

Beda Antara Penelitian Oppenheimer Dengan Santos

Apa hasil obrolan Mas Danny dengan Oppenheimer ?

“Ya jadi sementara ini orang umum mengasosiasikan penelitian Oppenheimer dengan Atlantis. Memang kalau berkaitan dengan Atlantis ya mungkin benar mungkin tidak. Tapi sebetulnya utamanya penelitian Oppenheimer itu kan meneliti lewat DNA dan peninggalan artefak. Nah kesimpulannya itu memang cukup menyakinkan bahwa peradaban Nusantara sebelum 10.000 tahun yang lalu sudah menjadi pusat teknologi pertanian, teknologi peternakan, serta teknologi pelayaran juga dikembangkan disini. Dan itu di wilayah lain belum ada, di Asia bahkan di belahan dunia lain. ”

Apa itu penelitian DNA?

Situs Gunung Padang di Cianjur Jawa Barat

“Sebenarnya pertanyaan ini lebih tepat ditujukan ke Profesor Sangkot Marzuki, ahli Biologi Molekuler. Tapi pada intinya begini, memang dengan meneliti DNA manusia kita bisa tahu ada suatu gen yang diturunkan ibunya yang tidak berubah sampai ribuan bahkan puluhan ribu ke belakang. Kita bisa menjawab, misalnya seseorang meneliti DNA orang-orang di pulau Jawa saat ini. Nah dari penelitian itu, kita bisa tahu nenek moyang orang Jawa itu sejak kapan dan darimana asalnya.

Nah dari penelitian DNA, Oppenheimer berkesimpulan bahwa nenek moyang orang Indonesia itu ada sejak 60.000 tahun yang lalu. Kemudian beliau memetakan DNA untuk memetakan pergerakan manusia. Kemudian kesimpulan lanjutannya adalah, dulu 70.000 tahun yang lalu ada pergerakan manusia dari Afrika ke Indonesia, saya curiganya orang-orang Afrika yang ke Indonesia 70.000 tahun yang lalu datangnya sebelum letusan Gunung Toba purba. Setelah itu, 60.000, 15.000, 8.000 tahun yang lalu pergerakan manusia kesemuanya keluar dari Indonesia. Terutama pergerakan besar keluar dari Indonesia terjadi setelah 20.000 tahun yang lalu karena di masa itu adalah zaman es. Kemudian air laut merangkak naik tiba-tiba yang mengakibat banjir besar, itu terjadi sekitar 15.000, 12.000 atau 8.000 tahun yang lalu. Nah yang menariknya pada saat tiga kali banjir besar itu (tercatat dalam record geologi), Oppenheimer menemukan ada tiga kali banjir penyebaran manusia dari Indonesia juga berdasarkan penelitian DNA. ”

Apa tanggapan dunia penelitian Internasional terhadap penelitian Oppenheimer?

“Dunia penelitian ilmiah juga terkait dengan masalah senang atau tidak senang. Kalau ada seseorang yang tidak senang dengan satu penelitian, ya dia harus mematahkannya dengan penelitian terbaru. Jadi, dengan adanya penelitian Oppenheimer itu, asumsi yang dulunya berkembang bahwa sekitar 5.000 tahun yang lalu ada penyebaran manusia dari Taiwan beserta menyebarkan teknologi pertanian ke Indonesia, patah sudah. Malah sebaliknya sebelum menyebar dari Taiwan, pergerakannya dimulai dari Indonesia baru ke Taiwan lalu menyebar ke mana-mana.”

Apa bedanya penelitian Oppenheimer dengan penelitian Santos?

“Kalau penelitian Santos sebetulnya belum selesai. Jadi dia baru berhipotesis bahwa di Nusantara itu ada peradaban besar. Kemudian dia mendukung hipotesisnya dengan berbagai legenda dan mitos. Bedanya, penelitian Oppenheimer didukung bukti kongkrit, seperti DNA dan artefak. Kesamaannya mereka berdua sepakat, dulu di Nusantara ada peradaban yang tinggi. Idenya berawal dari Santos, tepatnya ada peradaban tinggi (apapun namanya, terserah) tempatnya ada di sekitar laut Jawa. Maksudnya di Laut Jawa dulu adalah dataran yang indah. Pokoknya dulu kalau ada bangsa yang peradabannya adijaya, bodoh saja kalau tidak mengambil dataran laut Jawa sebagai tempat menetap.

Jadi, Sundaland memang benar-benar ada (dan itu sudah record geologi bukan dari Santos dan Oppenheimer ). Lebih jauh Oppenheimer merujuk pengetahuan Geologi bahwa 20.000 ribu tahun yang lalu, muka laut 130 Meter di bawah dari yang sekarang. Artinya dulu pulau Kalimantan, Sumatera dan Kalimantan bergabung jadi satu”

Tujuan dibentuknya Tim Katastropik Purba sebenarnya apa?

“Sebenarnya yang ingin kita (Tim Katastropik Purba) kejar seberapa majunya peradaban dan seperti apa, apakah lebih maju dari peradaban kita sekarang atau tidak. Kita juga ingin tahu, kenapa kalau dulu teknologinya maju sekali, kok tiba-tiba menghilang (Lost Civilization). Karena itulah kita mengaitkan semua itu dengan peristiwa Katastropik Purba. Peristiwa Katastropik Purba adalah peristiwa besar yang mengakibatkan hillangnya peradaban seperti tiga kali banjir besar, letusan Gunung-Gunung api dan sebagainya. Namun memang status sejarah bencana-bencana besar di Nusantara masih gelap, masih sedikit yang membuktikannya. Contoh masih gelapnya misal semua orang umum tahu, kerajaan tertua pertama di Indonesia adalah Kutai (setelah 400 Masehi). Nah saya curiganya di situ, jangan-jangan peradaban sebelumnya terhapus oleh peristiwa letusan Toba purba.”

Gunung Padang itu apa sebetulnya?

“Orang umum (termasuk kepercayaan sebagian besar para Arkeolog) mengertinya, Gunung itu adalah situs megalitikum berupa tumpukan batu, tempat pemujaan, menghadap ke arah Gunung Gede, dan kira-kira umurnya 2.500 Sebelum Masehi. Ternyata tidak hanya begitu, orang yang mengira itu situs megalitikum berupa tumpukan batu di atas bukit setinggi kira-kira 200 meteran, ternyata dibawahnya ada suatu bangunan besar, tepatnya di bawah tanahnya. Bangunan itu berupa bukit atau mirip piramid Maya suku-suku di Amerika setinggi sekitar 100 meteran ke bawah dari puncak. Yang baru dibuktikan dari bangunan piramid itu baru 20 meteran dari puncak. Umurnya kira-kira 6. 700 tahun yang lalu, jauh lebih tua dari piramida Mesir yang umurnya 2.800 ribu tahun yang lalu.

Untuk Gunung Lelakon sekali pernah dikunjungi oleh tim tapi tidak ditindaklanjuti penelitiannya karena temuan awal sudah tidak signifikan dan juga keburu diributkan oleh masyarakat umum. Kalau Sadahurip sudah ditelti cukup detail tapi belum selesai.”

Setelah rekaman selesai, saya langsung bertanya ke Google tentang hal-hal yang belum saya pahami, terutama tentang Gunung Padang. Dan hasilnya pembaca bisa baca sendiri di sini untuk menghindari plagiat. “Ooh ternyata sudah sejauh itu ya…”

Ahmed Tsar Blenzinky

No comments: