Perkembangan Gunung Padang Dan Risetnya

Tim bersama pak Kades









Bagaimana Perkembangan gunung Padang ? Berikut Penjelasan Asisten SKP BSB Ustad Al Maky sekaligus juga sebagai imam masjid Istana Presiden yang tadi pagi baru pulang bekunjung, bersama tim (kandidat DR Basronikiran, ibu Yani SE, M Syakir SE, Harun SE, dan Ir Yanno) :

Pengunjung ke situs Piramida Gunung Padang mengalami lonjakan yang luar biasa. Kalau biasanya rata-rata 3000 pengunjung per bulan, dalam dua minggu terakhir paska tim katastropik purba menyatakan ada bangunan di bawah situs yg berlokasi di cianjur itu pengunjung melonjak drastis.

Pengunjung dalam dua minggu ini saja sudah seperti pengunjung yang biasa terakumulasi selama 6 bulan sebelum ada pemeberitaan di media tentang riset di gunung padang.

Pada hari ini saja menurut Nanang, yang bertanggung jawab pengelolaan gunung padang, Pengunjung membludak, 1500 sampai pk 15.00, sampai sore ini masih ada yang naik ke atas.

Bahkan kemarin (Sabtu), gunung Padang kedatangan tamu istimewa dari pengurus pusat IKATAN Ahli Geologi (IAGI) yang dipimpin ketuanya pak Rovicky.

Kedatangan ini disambut antusias oleh pengelola gunung padang. Menurut rencana tanggal 1 Maret ini, IAGI secara resmi akan mengadakan seminar ilmiah yang salah satu bahasannya adalah riset gunung padang ini.

Seperti sudah direlease beberapa waktu lalu, peneliti dari berbagai negara juga menyatakan minat untuk join riset di beberapa lokasi riset tim katastropik purba.

Pihak dari Jerman, Jepang dll, bahkan secara serius sudah bertemu dengan pihak UI dan tim katastropik purba untuk secepatnya bergabung riset dengan tim katastropik purba.

Tim Katastropik Purba sendiri sudah melaporkan hasil riset ini ketiga kementerian (ristek, dikbud, pariwisata dan ekonomi kreatif) dan sudah merekomendasikan untuk segera dieskavasi di bawah situs gunung padang itu.

Beberapa periset independen dan swasta bahkan juga sudah menawarkan diri untuk bekerja sama melakukan eskavasi.

Semua fihak yg menyatakan tertarik dengan riset dan eskavasi ini tentu menggembirakan, namun tim katastropik purba akan tetap berpedoman pada aturan yang berlaku sesuai ketentuan yang ada.

Tim ingin ini menjadi riset dan eskavasi milik seluruh peneliti lintas ilmu serta untuk kebanggan bangsa indonesia yang utama, bahkan menjadi rujukan buat dunia.

Bebera media TV internasional menyatakan siap menyiarkan secara langsung jika eskavasi akan dilakukan.

Terhadap pemberitaan terjadinya longsor di sekitar jalan masuk ke situs gunung padang, ada yang penting untuk diluruskan.

Beberapa media misalnya inilah.com, menghubungkan berita longsor dengan pengeboran uji sampling yg dilakukan tim katastropik purba. Berita ini tentu tidak berdasar.

Memang karena curah hujan yang cukup tinggi, daerah Cianjur kerap dilanda longsor. Di sekitar gunung padang juga termasuk.

Namun Longsoran itu bukan berasal dari situs gunung padang. Sisa longsorannya memang terbawa air dan tidak dapat dihindari terkena juga dikaki di bawah teras utama menuju pintu.

Ada lumpur dan batu, khususnya menuju gerbang utama, diantara warung tempat parkir dan rumah pak Nanang pengelola situs itu. Longsor bukan cuma terkena di kaki bukit padang, tapi dibeberapa wilayah, seperti bukit batu yang berada di puluhan meter berseberangan dengan gunung padang serta beberapa lokasi lainnya.

Justru gunung padang ini kokoh dan memperkuat hipotesa bahwa pembangunannya dirancang untuk kuat hadapi gempa, longsor dll.

Saat tim Katastropik purba melakukan pengeboran awal februari lalu, DR Andang Bachtiar sudah menjelaskan pada pengelola situs dan masyarakat sekitar tentang bahaya longsor dari 5 gunung yg mengelilingi gunung padang.

Dari morfologinya tampak kasat mata, dari mulai gunung karuhun sampai melingkar ke gunung batu yg mengitari gunung padang.

Hal serupa sudah dikemukakan Prof Dwi Korrita kata pakar geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus ketua tim Studi Longsoran seperti yg pernah dikutip salah satu media online bahwa longsoran di cianjur ini dicirikan dengan adanya bentuk morfologi berupa tebing perbukitan yang tegak dengan pelamparan lengkung seperti tapal kuda memanjang sepanjang kurang lebih 20 kilometer.

Lokasi runtuhan batuan saat ini merupakan salah satu titik pada tebing longsor purba. Lembah deposit runtuhan longsor purba pada kaki tebing inilah yang sekarang berkembang menjadi tempat permukiman yang terus berkembang, hingga meluas sampai ke arah kaki tebing.

Dari hasil penyelidikan lapangan tercatat luncuran batuan dapat mencapai 550 meter dari kaki tebing. Karena itu perlu disarankan agar zona sempadan lereng yang harus dibebaskan dari hunian adalah dalam radius minimal 550 meter dari kaki tebing.

Endapan batuan tersebut masih mungkin untuk bergerak atau runtuh lagi, terutama apabila terjadi guncangan gempa, hujan atau penggalian yang tidak terkontrol.

Berdasarkan hasil penelitian tim geologi beberapa saat lalu,? diketahui sepanjang tebing batuan yang melampar melewati Desa Cijambu, Desa Cisitu, Desa Pasirbayur, Desa Sukaresik, Desa Cikangkareng, Desa Joglo, Desa Tipar, Desa Babakan, Desa Cibarengkok, Desa Cikuray dan Desa Rancabebek merupakan tebing batuan yang rapuh dan rentan runtuh.

Hal ini disebabkan kehadiran kekar-kekar batuan yang cukup rapat pada tebing yang tegak.

Runtuhan batuan nampaknya pernah terjadi beberapa kali pada tebing batuan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan dijumpainya endapan talus (endapan runtuhan batu) yang terakumulasi di kaki tebing.

Pada tahun 2009 prof Dwi Korrita memperkirakan runtuhan batuan masih dapat terjadi di beberapa tempat pada tebing tersebut.

Saat ini diperlukan pemetaan zona yang berisiko terkena luncuran batuan, sehingga dapat ditetapkan zona sempadan lereng untuk menghindari perkembangan permukiman dalam zona risiko tersebut.

No comments: