Revolusi Ahlak pada Masa Muhammad SAW
Revolusi perilaku atau ahlak manusia ataupun bangsa yang paling sukses dan spektakuler terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW dimana beliau mampu menjadi agent of change (agen perubahan) dan pemimpin transformasional yang visioner , membawa masyarakat Arab jahiliyah, pelanggar HAM (hak asasi manusia) berat yang berjamaah menuju masyarakat Arab kepada peradaban yang gemilang sampai berabad-abad setelahnya.
Perlu diketahui bahwa masyarakat Arab Jahiliyah memiliki kebiasaan membunuh bayi perempuan dengan mengubur hidup-hidup bayi itu karena merupakan aib bagi keluarga, perempuan dianggap manusia tidak berharga, perbuatan maksiat merajalela, perjudian, perampokan dan kesewenag-wenagan terhadap yang lebih lemah menjadi perbuatan yang lazim dilakukan. Perilaku bejat itu berakhir setelah kegigihan Nabi Muhammad memperjuangkan konsep Islam sebagai pedoman hidup bangsa Arab.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW memang tidak terlepas dari bimbingan Tuhan, melalui Malaikat JIbril, wahyu diturunkan secara bertahap untuk menyelesaikan problematika masyarakat yang telah mengabaikan hukum Tuhan yang telah ada sejak Nabi Ibrahim dan Ismail. Namun demikian pribadi Nabi Muhammad pun sangat mendukung untuk diterimanya wahyu meski pada awal kenabiannya masyarakat Qurais membencinya, karena dalam menyampaikan wahyu Nabi Muhammad tidak bersikap sebagai bos atau calo bagi umatnya. Nabi Muhammad tampil menjadi teladan dengan cara menerapkan ayat yang diterimanya itu dalam kehidupan sehari-hari, beliau menjadi contoh yang baik bagi umatnya. Tampil untuk menjadi teladan beliau lakukan dengan konsisten hingga akhir hayatnya.
Dalam kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad tidak segan menolong umatnya yang sedang susah secara ekonomi dengan uangnya sendiri bahkan bila tidak punya uang beliau rela meminjam kepada baitulmal atau kepada sahabat kayanya untuk menolong orang yang kesusahan tersebut.
Demi kesejahteraan dan rasa aman bagi umatnya, beliau rela melakukan apa saja asal sesuai konsep Islam, sehingga memberi teladan dan inspirasi bagi umatnya untuk mencontoh prilaku beliau dan memegang teguh konsep Islam yang telah membebaskan masyarakat dari konsep jahiliyah. Bahkan ketika akan wafatpun beliau masih memikirkan umatnya, salah satu ucapan terakhir beliau adalah “Umatku, umatku, umatku … “.
Alhasil bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki pribadi yang luar biasa, pribadi yang sederhana bersahaja tetapi mempunyai pandangan dan tindakan yang menakjubkan, dicintai kawan disegani lawan, lebih mengutamakan kepentingan umum atau rakyatnya daripada kepentingan dirinya dan keluarganya.
Dalam terminologi sekarang Nabi Muhammad SAW merupakan publik figur sekaligus pelayan umat, sebagai publik figur beliau senantiasa menjaga citra dari tindakan buruk, senantiasa menampilkan ahlak (budi pekerti) yang baik dan secara sadar beliau paham prilaku dan ucapannya diperhatikan umatnya. Sebagai pelayan umat, beliau senantiasa melayani kebutuhan umatnya, memperhatikan kondisi umatnya, memberi rasa aman dan memperjuangakan kesejahteraan umatnya. meski sebagai pemimpin dan juga sebagai Nabi dan Rasul Allah, beliau tidak minta dilayani, untuk kebutuhan sehari-hari beliau pergi kepasar baik berdagang maupun berbelanja, untuk tempat tinggal beliau pun hanya menempel di Masjid, padahal bila beliau ingin istana untuk tempat tinggalnya maka penduduk Madinah akan membangun istana itu dengan senang hati.
Citra pribadi Nabi Muhammad SAW yang demikian mulia telah memudahkan beliau dalam merintis sebuah masyarakat ideal di Yastrib, merevolusi prilaku buruk masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat madani yang memiliki ahlak baik dengan membuat kesepakatan-kesepakatan baru berupa Piagam Madinah yang mengadopsi hak-hak asasi manusia dengan penuh toleransi dan damai. Perlu diketahui masyarakat Yastrib merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa Arab dan tiga agama samawi (Islam, Kristen dan Yahudi). Nama Yastrib pun diubah menjadi Madinah yaitu tempat dimana konsep Islam diterapkan.
Proses pembentukan masyarakat ideal pada masa Nabi Muhammad dirintis di Mekah dengan menitikberatkan pada pembelajaran keimanan kepada Tuhan sang pencipta Alam dan keterikatan manusia dengan aturan-Nya (aqidah). Di Madinah beliau mengajarkan cara bermasyarakat menurut konsep Islam, bagamana hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya dengan tidak melupakan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Menyempurnakan ahlak mulia
Dalam satu Hadis Bukhori dinyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan ahlak yang mulia, dan akhlak yang baik itu adalah menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Dalam Al-Quran ditegaskan pula bahwa Nabi Muhammad SAW diutus tidak lain adalah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dari dua pernyataan itu Nabi Muhamad SAW membentuk masyarakat Madinah, menjadi suatu masyarakat madani dimana masing-masing individu memahami fungsi dirinya sebagai manusia di alam, dengan melaksanakan aturan Tuhannya yang ada dalam Kitab Suci dan aturan Tuhan yang terbentang di alam.
Membangun masyarakat madani di Madinah tidaklah semudah membalikan telapak tangan, proses untuk mewujudkannya sangat berat karena ditentang oleh masyarakat Qurais di Mekah yang masih pagan dan jahiliyah juga sebagian masyarakat Madinah yang belum memahami misi Nabi Muhammad yang mulia itu, sehingga banyak kesepakatan-kesepakatan yang ada dalam Piagam Madinah dilanggar. Namun dengan kegigihan dan keteguhan Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya yang setia akhirnya Madinah tercerahkan dan menjadi model peradaban baru yang mengusung konsep Islam. Kota Madinah pun mendapat sebutan Madinah Al-Munawarah yang bermakna Madinah yang penuh cahaya, Madinah yang gilang gemilang dengan keberhasilannya sebagai kota yang aman tentram, penuh dengan kedamaian, terwujudnya suatu keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata. Kemudian cahaya yang dipancarkan Madinah Al-Munawaroh menyebar ke seluruh penjuru membentuk peradaban Islam yang mencerahkan.
Hikmah keteladanan Nabi Muhamad
Mari kita petik pelajaran dari sejarah Nabi Muhammad SAW bagi kehidupan kita sehari-hari. Bahwa bila manusia telah memiliki bekal ahlak yang mulia atau budi pekerti yang baik, memiliki prinsip untuk menjadi rahmatbagi seluruh alam, memiliki citra pribadi baik, jujur amanah dan dapat dipercaya tentulah ia layak menjadii pemimpin bangsa Indonesia yang akan mebawa bangsa dan negara menuju kejayaannya.
Dengan situasi kondisi Indonesia seperti sekarang ini kegigihan dan keteguhan Nabi Muhammad memperjuangkan keadilalan layak diteladani oleh bangsa pada umumnya dan pemimpin Indonesia pada khususnya. Kegigihan dan keteguhan itu diperlukan untuk memberantas kemaksiatan, kejahatan pada kemanusian, koruptor dan bentuk ketidakadilan lainnya serta meperjuangkan keadilan dan kesejahteraan yang merata bagi bangsa Indonesia.
Andi Gunawan
No comments:
Post a Comment