Summer Soltice, Ritual Penyembahan Dewa Matahari yang Banyak Dirayakan Saat ini
Seperti yang sudah banyak kita ketahui bahwa Paganisme atau praktek penyembahan kepada banyak sesembahan (dalam bahasa arab disebut musyrik) telah ada di dunia semenjak ribuan tahun silam atau bahkan mungkin lebih tua lagi. Bahkan salib yang saat ini dipakai oleh orang Kristen sebagai simbol ketuhanan mereka sejatinya adalah simbol paganisme dewa matahari yang telah ada jauh sebelum Kristen dipromosikan oleh Saulus ke Roma.
Stonehenge, tempat pemujaan dewa matahari
Kita kemudian mengetahui bahwa paganisme di belahan dunia manapun akan menyembah matahari sebagai dewa tertinggi mereka. Mengapa matahari? Karena matahari adalah simbol kehidupan bagi peradaban paling primitif pada manusia. Matahari yang selalu lahir kembali setelah malam tenggelam. Tak heran matahari dijadikan sesembahan saat itu. Tapi yang unik justru praktek penyembahan kepada matahari masih dilakukan hingga saat ini oleh banyak bangsa, khususnya bangsa-bangsa keturunan Keltik, yaitu manusia berkulit putih dari dataran Eropa.
Perayaan Summer Soltice
Soltice adalah titik balik matahari, dimana matahari saat itu berada pada ketinggian maksimum saat musim panas. Peristiwa ini terjadi setiap tanggal 21 Juni. Pada saat ini siang hari akan lebih panjang waktunya dibandingkan dengan hari lainnya. Bagi kita hal itu adalah hal yang biasa saja, tetapi tidak bagi kaum pagan dan keturunannya hingga saat ini.
Soltice berasal dari bahasa latin, yaitu “Sol” yang berarti Matahari, dan “Sistere” yang berarti alasan untuk berdiam diri. Summer Soltice bagi para pagan juga disebut dengan nama Litha. Banyak negara yang menjadikan Summer Soltice sebagai hari libur karena pengertian makna berdiam diri ini. Tapi dibalik arti yang biasa itu terkandung fakta yang tidak biasa.
Summer Soltice biasa dirayakan oleh kaum pagan untuk ditujukan sebagai wujud untuk mengakui matahari sebagai sumber kekuatan dan kehidupan di bumi, dan matahari itulah yang mereka percaya sebagai kekuatan dewa tertinggi mereka.
Dahulu Summer Soltice dirayakan oleh kaum pagan dengan cara membakar api unggun raksasa, kemudian mereka berpegangan tangan mengelilinginya. Secara tidak kita sadari bahwa ritual penyembahan dewa matahari telah disusupi dalam berbagai kegiatan yang kita pikir sepele, seperti berdoa sambil mengelilingi api unggun. Dalam Islam, mengikuti ritual kaum-kaum penyembah selain Allah sangat dilarang, karena dapat digolongkan dalam kaum tersebut.
Summer Soltice dalam Kristen
Tadi sudah saya singgung tentang bangsa Keltik yang masih merayakan ritual penyembahan dewa matahari ini, bahkan hingga saat ini. Para sejarawan barat mengatakan bahwa Kristen banyak menyerap unsur-unsur paganisme, salah satunya adalah dimasukkannya unsur Summer Soltice dalam praktek keagamaan Kristen. Dalam menyisipkan praktek pagan ini, para pengembang agama Kristen ini menggunakan akhir Juni untuk merayakan hari besar bagi Yohannes Pembabtis (St. John the Baptist). Sayangnya hingga kini sedikit sekali penganut Kristen yang sadar akan hal ini, bahkan untuk kontroversi kelahiran Yesus (Nabi Isa) yang menurut para astronom tidak jatuh pada bulan Desember.
Summer Soltice pada kebudayaan lainnya
Penganut Druid berkumpul di Stonehenge
Pada kebudayaan Keltik di Inggris, orang-orang Druid berkumpul di tempat-tempat pemujaan purbakala, seperti Stonhenge, Avebury, dan Turton Heights. Mereka menunggu saat matahari naik dan kemudian melakukan ritual pemujaan kepada dewa matahari.
Selain itu pemujaan terhadap matahari saat 21 Juni ini juga dirayakan berbagai kebudayaan dalam bentuk yang bermacam-macam, namun kepercayaan mereka sepenuhnya berbentuk pagan. Berbeda di Cina, orang Cina menyebutnya Festifal Dewi Li, atau Dewi Cahaya.
Kontroversi Hari Kemerdekaan Amerika
Hari kemerdekaan Amerika yang kita ketahui jatuh pada tanggal 4 Juli disinyalir merupakan salah satu bentuk pemujaan terhadap dewa matahari. Karena 4 Juli adalah hari ke-13 ritual penyembahan terhadap dewa matahari. Kita tau bahwa rata-rata bapak kemerdekaan Amerika adalah anggota Freemasonry yang merupakan bagian dari “New World Order” Illuminati. Dan pada dasarnya kaum Freemasonry tidak ubahnya seperti pagan karena mereka juga menyembah banyak dewa.
Tio Alexander
No comments:
Post a Comment