Agustus 1945, Ahmad Subardjo, Sjahrir, Sikap Radikal Pemuda, dan Tan Malaka.

Tokoh-tokoh di seputar niat Proklamasi Agustus 1945 — benar-benar bibit Negarawan yang diutus Tuhan Yang Maha Esa. Benar-benar Kritis dan Puncak Kecerdasan yang harus disyukuri sepanjang masa.



Sjahrir yang bergerak di bawah tanah mendapat info, bahwa Jepang telah menyerah kepada Tentara Sekutu. Bagaimana infonya ? jalur informasi tidaklah secanggih dan semudah hari ini ………………



“…………… 1 Feruari 1944, sebanyak 40.000 tentara USA mendarat di Atol Kwajalein, Kepulauan Marshall ………………….. 15 Juni Marinir USA mendarat di Saipan …………………… 5 Juli Phillipina dibebaskan …………….. Agustus 1944 tentara Inggris menyerang Burma …………… 3 Mei 1945 tentara Dai Nippon mundur sampai ke perbatasan Thailand ……………. Awal 1945 Kekuatan Jepang diperkirakan akan lumpuh. …………… Sekutu mengincer Iwo Jima dan Okinawa . Pertempuran dari Februari hingga Maret, Juni telah dikuasai sepenuhnya ……………. Akhir Juli 1945 separoh Tokyo telah porak poranda ……………. 6 Agustus 1945 Hiroshima dibom –atom, luluh lantak …………….. 9 Agustus 1945 giliran Nagasaki dibom-atom ……………… 10 Agustus Dai Nippon mengajukan perdamaian untuk menjamin Kedaulatan Kekaisaran Jepang ……. Tanggal 14 Agustus 1945 Kaisar Jepang menerima syarat-syarat Sekutu ……………. “



Informasi itu disampaikan Bung Sjahrir kepada Pemimpin Indonesia dan Pemimpin Pemuda.



Pemuda (mempunyai sikap “non koperasi” dengan Dai Nippon — jangan menerima Kemerdekaan melalui Pemerintahan Dai Nippon, sikap pemuda itu dilihami oleh Naar de Republik Indonesia, ditulis Tan Malaka 1924, diterbitkan tahun1925); sementara itu Bung Karno dan Bung Hatta masih menunggu pernyataan dari Dai Nippon tentang kekalahan perang itu.



Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia masih mengagendakan rapat-rapat menyongsong Indonesia Merdeka — Para Pemuda, Sukarni, Adam Malik, Chairul Saleh, dan kawan-kawan mendesak agar kemerdekaan segera diproklamirkan, sebelum Sekutu mendarat — dan jangan ada kesan bahwa Kemerdekaan Indonesia adalah anugrah Dai Nippon — bisa dibatalkan Sekutu !



Pemuda yang bersikap radikal mengadakan rapat di Asrama Baperpi, Cikini 71, .menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Keputusannya Bung Karno dan Bung Hatta dibawa ke luar kota Jakarta.



Waktu menjadi kritis, rencana Proklamasi pun menjadi kritis — hanya berapa tokoh pemuda saja yang mengetahui di mana Bung Karno dan Bung Hatta.



Dari fakta sejarah selain para Pemuda yang bersikap radikal itu — ini diantaranya yang memberi inspirasi, informasi, dan inisiatif Naar de Republik Indonesia :



1. Tan Malaka — Kemerdekaan dengan kekuatan kehendak Bangsa Indonesia sendiri.

2. Ahmad Subardjo Djoyoadisuryo, yang berinisiatif mencari dan membawa Bung Karno dan Bung Hatta dari Rengas Dengklok. Karena ia mendengar dari Laksamana Maeda, Dai Nippon sudah kalah perang.

3. Para perumus Piagam Jakarta 22 Juni 1945, yang menginspirasi Teks Proklamasi 17 Agustus 1945 di rumah Laksamana Maeda. Teks singkat dan berbobot, memuat transfer of sovereignity. Berisi kalimat Ahmad Subardjo dan pemikiran Bung Hatta.

4. Sayuti Melik yang mengetik dan me-lobby — karena para Pemuda tidak mau turut menandatangani Teks Proklamasi, bersama-sama para koloborator Nippon — akhirnya ketemu kosensus, cukup …. Atas nama Bangsa Indonesia Soekarno-Hatta.



Khusus upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih dan pembacaan Teks Proklamasi — menjelang jam 10.00 Bung Karno memerintahkan memanggil Ahmad Subardjo untuk menghadiri — ternyata dia hanya mengirimkan surat, karena ia kecapaian ( dari buku Kesadaran Nasional, Otobiografi – Ahmad Subardjo Djoyoadisuryo SH, Gunung Agung – Jakarta 1978).



Dari buku tersebut, ada tulisan yang penting menyangkut Tan Malaka — karena banyaknya orang yang berkesimpulan Tan Malaka telah mati, dan banyak pula tokoh yang tampil sebagai Tan Malaka yang dipalsukan……………………



“………….. Pertemuan dengan Ibrahim Datuk Tan Malaka ………………… Tanggal 25 Agustus 1945, seminggu setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, …………… ketika saya mendekatinya, saya kaget. ‘Wah, kau Tan Malaka ‘ kata saya, saya kira kau sudah mati, sebab saya baca di surat kabar bahwa kau disebut menjadi korban kerusuhan di Birma, ada lagi kabar bahwa kau berada di Yerusalem, dan dikatakan mati dalam kerusuhan Israel’, ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Tan Malaka lalu menjawab sambil ketawa dalam bahasa Belanda ‘Onkruid vergaat toch niet’, artinya :Alang-alang toch tak dapat musnah kalau tak dicabut dengan akar-akarnya. ………………” (dari otobiografi Ahmad Subardjo Djoyoadisuryo SH).

13316391582046069266

[MWA] (Kesadaran Nasional – 39)

Muhammad Wislan Aries

No comments: