Dahulu Indonesia disebut Sunda oleh Orang Barat
Pengantar
-Sebelum dijajah Belanda, bangsa Portugis yang pertama kali berkelana di wilayah kita. Mereka mencatat nama-nama tempat yang sudah didatanginya. Dalam catatan itu pulau-pulau yang didatangi ditanyakan mereka, para penghuni pulau menjawabnya Sunda. Portugis mencatat hal tersebut, kepulauan semua ini disebut Kepulauan Sunda. Lantaran pulau-pulau yang berada di sebelah barat merupakan pulau yang besar, disebut Kepulauan Sunda Besar (mayor). Kalau pulau-pulau yang disebelah timur merupakan pulau-pulau kecil disebut kepulauan Sunda Kecil (minor). Akhirnya juga nama-nama itu yang dicatat dalam bahasa Portugis, kemudian orang Belanda menerjemahkan dengan bahasa Belanda menjadi Sunda Eilanden (kepulauan Sunda), yang dibangun dengan Grote Sunda Eilanden dengan Kleine Sunda Eilanden.
Sunda Eilanden atau Kepulauan Sunda ini yang selanjutnya dinamakan Hindia Timur atau Hindia Belanda. Tapi ilmuan Jerman memberi nama Indo-nesos (Indo=Hindia, Nesos = Nusa, Kepulauan, Benua). Dinamakanlah menjadi Indonesia.
Yang bercanda ada yang menulis Indonesia dengan tulisan Arab, jadi dibalik membacanya (aiSeNoDni), di aksara ini dibaca biasa dengan cara latin (ieu SuNDa na). Jadi maksudnya Indonesia juga Sunda-Sunda juga.
Menurut sejarah menerangkan Tatar Sunda dahulu sudah ada yang disebut peta. Memang sebenarnya peta sejarah dengan peta sekarang tidaklah sama, tapi daripada menerangkan yang tidak jelas, lebih baik menggunakan peta yang ada saja.Dahulu jumlah orang masih sedikit, jadi yang disebut negara hanya dibatasi oleh laut, oleh sungai besar dengan hutan belantara yang tak pernah didatangi orang, Sekarang batas negara kita dalam sejarah pertamanya, di jaman kita Eropa menjajah negara-negara Asia dan Afrika. Negara kita dijajah oleh Belanda, dinamakan Hindia Timur atau Hindia Belanda. Tapi sebelum dijajah Belanda, bangsa Portugis yang pertama kali berkelana di wilayah kita. Mereka mencatat nama-nama tempat yang sudah didatanginya. Dalam catatan itu pulau-pulau yang didatangi ditanyakan mereka, para penghuni pulau menjawabnya Sunda. Portugis mencatat hal tersebut, kepulauan semua ini disebut Kepulauan Sunda. Lantaran pulau-pulau yang berada di sebelah barat merupakan pulau yang besar, disebut Kepulauan Sunda Besar (mayor). Kalau pulau-pulau yang disebelah timur merupakan pulau-pulau kecil disebut kepulauan Sunda Kecil (minor). Akhirnya juga nama-nama itu yang dicatat dalam bahasa Portugis, kemudian orang Belanda menerjemahkan dengan bahasa Belanda menjadi Sunda Eilanden (kepulauan Sunda), yang dibangun dengan Grote Sunda Eilanden dengan Kleine Sunda Eilanden.
Sunda Eilanden atau Kepulauan Sunda ini yang selanjutnya dinamakan Hindia Timur atau Hindia Belanda. Tapi ilmuan Jerman memberi nama Indo-nesos (Indo=Hindia, Nesos = Nusa, Kepulauan, Benua). Dinamakanlah menjadi Indonesia.
Yang bercanda ada yang menulis Indonesia dengan tulisan Arab, jadi dibalik membacanya (aiSeNoDni), di aksara ini dibaca biasa dengan cara latin (ieu SuNDa na). Jadi maksudnya Indonesia juga Sunda-Sunda juga.
Pada waktu belajar geografi (ilmu bumi) kita menemui sebutan Sunda Besar (GreaterSunda) dan Sunda Kecil (Lesser Sunda). Sunda Besar meliputi pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi, sedangkan Sunda Kecil meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Gabungan dari keduanya di zaman dahulu bahkan dinamakan kepulauan Sunda (Sunda Islands). Mungkin pernah tebersit dalam otak kita mengapa di zaman beheula Indonesia dinamakan Sunda.
Menurut penelitian sejarah, kata ‘sunda’ ini sudah dipakai oleh pakar ilmu bumi Ptolemeus pada tahun 150 mengacu pada tiga pulau besar yang terletak di timur India. Kata ‘sunda’ ini berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna ‘bersinar, terang, putih’. Istilah inilah yang kemudian dipakai secara luas oleh pakar ilmu bumi dan kartografer (pembuat atlas) Eropa untuk merujuk pada kawasan yang pada zaman sekarang ini merupakan wilayah kedaulatan Indonesia. Sudah barang tentu tak persis sekali, misalnya Molucca (Maluku) dan Papua tidak termasuk di dalamnya dan dianggap sebagai entitas tersendiri.
Pada atlas yang dibuat oleh Giacomo de Rossi pada tahun 1683, kawasan nusantara ini disebut dengan ‘Isole della Sonda‘ (kepulauan Sunda). Ada juga peta kuno yang terbuat dari perunggu yang digrafir (engraved copper) tahun 1719 buatan Jerman yang dinamakan ‘Die Inseln von Sonte‘ (perhatikan cara mengeja orang Barat yang menuliskannya dengan ‘sonda’ atau ‘sonte’). Bahkan saya menemukan juga gambar ‘penduduk Indonesia’ menurut versi mereka pada tahun 1719 itu yang diberi judul ‘Habitans des Isles dela Sonde‘ (penduduk kepulauan Sunda).
Perjalanan sejarah mencatat bahwa nama ‘Sunda’ ini kemudian mengerucut merujuk kepada kerajaan yang berdiri pada abad ke 7 di Pakuan Pajajaran ( kini di sekitar Bogor). Kerajaan Sunda ini runtuh pada tahun 1579, karena pengaruh kekuatan dari Jawa dan kolonialis Belanda. Selama masa penjajahan Belanda, wilayah negara kita dinamakan dengan ‘Nederlands Indie‘ (Hindia Belanda), namun tercatat pada tahun 1850 seorang antropolog Inggris bernama J.R. Logan memberi nama tanah air kita dengan Indonesia. Menilik nama ‘Sunda’ jauh lebih tua dibandingkan dengan ‘Indonesia’, mungkin ada pertanyaan menggelitik dari Anda ‘Why Indonesia and not Sunda?‘ Pertanyaan ini amat sulit dijawab, karena sejarah mempunyai jalannya sendiri yang tidak linier.
Gustaaf Kusno;
http://417d1.blogspot.com/2012/05/dahulu-kala-indonesia-dinamakan-sunda.html
T a t a r S u n d a
Menurut sejarah menerangkan Tatar Sunda dahulu sudah ada yang disebut peta. Memang sebenarnya peta sejarah dengan peta sekarang tidaklah sama, tapi daripada menerangkan yang tidak jelas, lebih baik menggunakan peta yang ada saja.
Dahulu jumlah orang masih sedikit, jadi yang disebut negara hanya dibatasi oleh laut, oleh sungai besar dengan hutan belantara yang tak pernah didatangi orang, Sekarang batas negara kita dalam sejarah pertamanya, di jaman kita Eropa menjajah negara-negara Asia dan Afrika. Negara kita dijajah oleh Belanda, dinamakan Hindia Timur atau Hindia Belanda. Tapi sebelum dijajah Belanda, bangsa Portugis yang pertama kali berkelana di wilayah kita. Mereka mencatat nama-nama tempat yang sudah didatanginya. Dalam catatan itu pulau-pulau yang didatangi ditanyakan mereka, para penghuni pulau menjawabnya Sunda. Portugis mencatat hal tersebut, kepulauan semua ini disebut Kepulauan Sunda. Lantaran pulau-pulau yang berada di sebelah barat merupakan pulau yang besar, disebut Kepulauan Sunda Besar (mayor). Kalau pulau-pulau yang disebelah timur merupakan pulau-pulau kecil disebut kepulauan Sunda Kecil (minor). Akhirnya juga nama-nama itu yang dicatat dalam bahasa Portugis, kemudian orang Belanda menerjemahkan dengan bahasa Belanda menjadi Sunda Eilanden (kepulauan Sunda), yang dibangun dengan Grote Sunda Eilanden dengan Kleine Sunda Eilanden.
Sunda Eilanden atau Kepulauan Sunda ini yang selanjutnya dinamakan Hindia Timur atau Hindia Belanda. Tapi ilmuan Jerman memberi nama Indo-nesos (Indo=Hindia, Nesos = Nusa, Kepulauan, Benua). Dinamakanlah menjadi Indonesia.
Yang bercanda ada yang menulis Indonesia dengan tulisan Arab, jadi dibalik membacanya (aiSeNoDni), di aksara ini dibaca biasa dengan cara latin (ieu SuNDa na). Jadi maksudnya Indonesia juga Sunda-Sunda juga.
Keterangan dalam sejarah yaitu waktu raja Tarumanegara diganti oleh Sri Maharaja Tarusbawa Dharmawaskita Manunggaljaya Sunda Sambawa, negara yang nama sebelumnya Tarumanegara diganti menjadi negara Sunda. Kejadian ini tepatnya pada hari Radite Pon (Senin Pon), tanggal 09 suklapaksa, bulan Yetsa (bulan ke 8), tahun 591 Caka Sunda. Tanggal ini sama dengan 31 Oktober 695 Masehi Julian.
Jadi tanah yang benar-benar ditempati oleh orang Sunda yang biasa disebut Tatar Sunda yaitu dalam sejarah disebut Jawa Barat. Tapi ketika Islam masuk ke dalam Tatar Sunda ini mereka merebut Cirebon, Banten dan Sunda Kelapa (sejarah Jakarta) ketika diIslamkan jadi bawahan kerajaan Islam Demak. Sesudah dijajah oleh Belanda (Nederlands Indie di tahun 1800 M, bukan waktu jaman VOC) Tatar Sunda jadi provinsi West Java (Jawa barat atau Jawa Kulon), yang dibangun dengan 5 keresidenan : Banten, Buitenzorg (Bogor), Batavia, Cirebon, Priangan.
Keresidenan Banten dibangun oleh Kabupaten Serang. Pandeglang dengan Lebak. Keresidenan Buitenzorg (Bogor) dibangun oleh Kabupaten Buitenzorg (Bogor). Sukabumi dengan Cianjur. Keresidenan Batavia dibangun oleh Kabupaten Tangerang, Batavia, Bekasi, Karawang, Purwakarta dan Subang. Batavia menjadi ibukota negara. Keresidenan Cirebon dibangun oleh Kabupaten Indramayu. Kuningan dan Majalengka. Keresidenan Priangan dibangun oleh Kabupaten Bandung, Sumedang, Garut, Tasik dan Ciamis. Bandung ada Kabupaten dengan adanya Keresidenan jaman Jepang disebut Bandungsi.
Pada jaman peralihan yaitu jaman RIS (Republik Indonesia Serikat), Tatar Sunda namanya Negara Pasundan. Sesudah RIS bubar balik lagi ke nama Jawa Barat yang suka disingkat menjadi Jabar.
Sesudah Indonesia merdeka, Batavia diganti menjadi Jakarta dijadikan DCI (Daerah Chusus Ibukota) yang jadi propinsi mandiri. Jadi dari dulu ada perobahan. Keresidenan ditiadakan, tinggal Kabupaten dan Kotapraja. Kotapraja diganti jadi Kotamadya. Propinsi disebut DT-I (Daerah Tingkat I), Kabupaten dan Kotamadya disebut DT-II (Daerah Tingkat II), Kecamatan disebut DT-III (Daerah Tingkat III), dari sana terus ke Desa atau Kelurahan. Kalau memakai istilah DT jadi DT-IV. Terus ke RW (Rukun Warga), jadi DT-V. Ditutup oleh RT (Rukun Tetangga), jadi DT-VI, Pusat jadi DT-O, jadi jumlah tingkatan daerah ada 7, dari 0 sampai ke 6.
Kalau jaman dahulu, orang yang pindah tempat dari tempat asalnya disebut ngababakan (komplek). Malah istilah ngababakan ditambahkan dengan nama tempat asalnya, misalnya Babakan Ciamis yang ada di Kota Bandung, artinya orang Ciamis yang ngababakan (berkompleks) di Bandung. Ngababakan artinya diam sementara waktu. Mula-mula ngababakan itu karena ingin bertani di tempat yang agak jauh, tapi harus memiliki tempat tinggal. Jadi disebut ngababakan waktu menggarap tanah, menanam sampai membersihkan rumput. Selanjutnya yang bertani balik ke kampung halamannya, karena nanti pada waktunya panen sampai mengangkut hasil panen ke lumbung di kampungnya.
Kalau yang tidak ngababakan artinya pindah tempat, pindah tempat berteduh. Misalnya karena sudah tidak ada sanak saudara lagi di tempat asalnya. Apalagi yang punya istri atau suami di tempat lain, banyak yang berpindah tempat, atau ikut ke tempat suaminya atau ke tempat istrinya. Seterusnya menjadi orang sana. Tapi walaupun pindah tempat tetap orang Sunda juga karena orang Sunda. Begitu juga orang lain tetap jadi orang asalnya. Pada akhirnya lahir istilah pribumi, non-pribumi yang suka disingkat non-pri. Dengan orang asing hal bagus ini pertamanya dipakai pada jaman Belanda. Pribumi disebut Inlander. Non-pribumi disebut Vreemde Oosten, orang asing disebut Vreemdelingen. Vreemde Oosten adalah orang Cina, India, Arab, Jepang, dan lain-lain. Vreemdelingen maksudnya orang Eropa. Dengan adanya pemisahan ini, jadi ada tiga tingkatan/kelas. Karena orang Eropa dan Jepang digolongkan pada tingkat pertama atau kelas 1. Yang termasuk Vreemde Oosten digolongkan pada tingkat tengah atau kelas 2. Kalau Inlander tingkat paling bawah atau kelas 3. Vreemde oosten jadi penghubung antara kelas 1 dengan kelas 3. Makanya pribumi sudah hidup di negara merdeka juga tetap di tempat kelas 3. Yang jadi kelas 1nya adalah para pembesar yang sikapnya elit dari jaman Sukarno samapi jaman Habibi. Sesudah pindah ke jaman Gus Dur, baru merasa perubahan. Sebab kedaulatan sudah pindah ke rakyat lagi. Sekarang lagi diperjuangkan rubahnya pemerintahan bernegara. Sedang mencari bentuk baru yang lebih bagus.
S e j a r a h S u n d a
Sejarah bisa dibagi menjadi pra-sejarah, sejarah dulu atau lama, sejarah kemarin dan sejarah kini. Pra-sejarah artinya kejadian yang tidak tercatat dalam sejarah. Sejarah dahulu adalah sejarah paling tua yang terjangkau oleh sejarah. Sejarah kemarin menceritakan tentang penjajahan oleh bangsa asing. Sedangkan sejarah sekarang adalah jaman setelah revolusi, negara kita jadi merdeka
No comments:
Post a Comment