Misteri Hilangnya Kabel Internet di Laut Kuba
Pemerintah tidak pernah memberikan penjelasan.
Pemerintah menyambut gembira ketika kabel optik fiber bawah laut akan mengakhiri isolasi internet Kuba. Kapasitas internet mencapai 3.000 gulungan. Bahkan, Fidel Castro yang telah pensiun memimpin negara itu turut menyambut era baru siber.
Lebih dari setahun sejak perayaan Februari 2011 di Pantai Siboney, timur Kuba telah berlalu. Seharusnya sistem dapat online hanya dalam 10 bulan. Pemerintah mengatasi masalah ini dengan lamban.
Masyarakat mulai bergosip tentang penangkapan lebih dari setengah lusin pejabat telekomunikasi senior. Tidak ada yang menjelaskan penyebab kekacauan proyek bernilai US$70 juta ini.
"Mereka sempat menggali skandal ini. Tapi, lalu itu lenyap begitu saja tanpa disadari," ujar profesor sistem informasi Universitas California State, Larry Press yang mempelajari kasus Kuba ini.
Masalahnya, koneksi internet di Kuba masih lamban seperti terperangkap di Web 1.0, sementara dunia sudah bergerak ke penyedot bandwdith seperti Flash. Kecepatan transfer hanya 3-5 KB per detik. Menonton video 500MB saja membutuhkan 28 hingga 46 jam untuk mengunduh dari iTunes.
Fotografer dan seniman mengaku kesulitan untuk melihat hasil kerja secara online. Orang-orang lebih memilih bertukar foto digital dengan flashdisk dibanding mengirim via e-mail. Mahasiswa kesulitan mengakses data penelitian. Bahkan, menggunakan Facebook di kantor diancam menerima hukuman.
"Bagi saya sebagai mahasiswa pascasarjana, intranet itu tidak bagus. Terlalu dasar dan tidak mencukupi kebutuhan. Mereka belum memberi penjelasan mengenai masalah ini," ujar salah satu mahasiswa seperti dilansir dari Time.com.
Perusahaan Alcatel-Lucent cabang Venezuela yang dikontrak untuk memasang kabel mempertanyakan kondisi ini pada perusahaan gabungan Kuba-Venezuela, Telecomunicaciones Gran Caribe. Menurut juru bicara resmi perusahaan itu, mereka perlu persetujuan Kementrian Sains dan Teknologi Venezuela. Tapi, kementrian tidak merespon.
Diplomat di Havana secara diam-diam menceritakan proyek ini dikorupsi oleh pemerintah. Selain itu ada dugaan teknis yang berkembang. "Kabel itu mungkin telah dipasang dan tidak berfungsi," ujar petugas pemerintah yang meminta identitasnya dirahasiakan.
"Rahasia sudah berakhir. Kami menghadapi senjata paling kuat yang pernah ada, itulah komunikasi," ujar Castro pada wawancara Agustus 2010.
Menurut statistik pemerintah, 16 persen penduduk online pada 2011. Kebanyakan mereka terhubung dengan internet di kantor dan sekolah. Tapi, sebagian besar hanya menggunakan intranet.
Badan Statistika Nasional mengatakan tahun lalu hanya ada 2,9 juta orang dilaporkan memiliki akses internet langsung. Sisanya 5-10 persen, diperkirakan pakar mengambil koneksi dari penjualan pasar ilegal.
Kuba menjadi negara terakhir di belahan bumi barat untuk mendapatkan koneksi kabel optik fiber yang menghubungkan ke dunia luar.
"Kegagalan pemerintah Kuba meraih gol ini menunjukkan penanganan situasi yang terburuk. Ditambah reaksi publik yang membuat semakin runyam," ujar dosen Universitas Denver, AS, Lopez-Levy.
Vivanews
Pemerintah menyambut gembira ketika kabel optik fiber bawah laut akan mengakhiri isolasi internet Kuba. Kapasitas internet mencapai 3.000 gulungan. Bahkan, Fidel Castro yang telah pensiun memimpin negara itu turut menyambut era baru siber.
Lebih dari setahun sejak perayaan Februari 2011 di Pantai Siboney, timur Kuba telah berlalu. Seharusnya sistem dapat online hanya dalam 10 bulan. Pemerintah mengatasi masalah ini dengan lamban.
Masyarakat mulai bergosip tentang penangkapan lebih dari setengah lusin pejabat telekomunikasi senior. Tidak ada yang menjelaskan penyebab kekacauan proyek bernilai US$70 juta ini.
"Mereka sempat menggali skandal ini. Tapi, lalu itu lenyap begitu saja tanpa disadari," ujar profesor sistem informasi Universitas California State, Larry Press yang mempelajari kasus Kuba ini.
Masalahnya, koneksi internet di Kuba masih lamban seperti terperangkap di Web 1.0, sementara dunia sudah bergerak ke penyedot bandwdith seperti Flash. Kecepatan transfer hanya 3-5 KB per detik. Menonton video 500MB saja membutuhkan 28 hingga 46 jam untuk mengunduh dari iTunes.
Fotografer dan seniman mengaku kesulitan untuk melihat hasil kerja secara online. Orang-orang lebih memilih bertukar foto digital dengan flashdisk dibanding mengirim via e-mail. Mahasiswa kesulitan mengakses data penelitian. Bahkan, menggunakan Facebook di kantor diancam menerima hukuman.
"Bagi saya sebagai mahasiswa pascasarjana, intranet itu tidak bagus. Terlalu dasar dan tidak mencukupi kebutuhan. Mereka belum memberi penjelasan mengenai masalah ini," ujar salah satu mahasiswa seperti dilansir dari Time.com.
Perusahaan Alcatel-Lucent cabang Venezuela yang dikontrak untuk memasang kabel mempertanyakan kondisi ini pada perusahaan gabungan Kuba-Venezuela, Telecomunicaciones Gran Caribe. Menurut juru bicara resmi perusahaan itu, mereka perlu persetujuan Kementrian Sains dan Teknologi Venezuela. Tapi, kementrian tidak merespon.
Diplomat di Havana secara diam-diam menceritakan proyek ini dikorupsi oleh pemerintah. Selain itu ada dugaan teknis yang berkembang. "Kabel itu mungkin telah dipasang dan tidak berfungsi," ujar petugas pemerintah yang meminta identitasnya dirahasiakan.
"Rahasia sudah berakhir. Kami menghadapi senjata paling kuat yang pernah ada, itulah komunikasi," ujar Castro pada wawancara Agustus 2010.
Menurut statistik pemerintah, 16 persen penduduk online pada 2011. Kebanyakan mereka terhubung dengan internet di kantor dan sekolah. Tapi, sebagian besar hanya menggunakan intranet.
Badan Statistika Nasional mengatakan tahun lalu hanya ada 2,9 juta orang dilaporkan memiliki akses internet langsung. Sisanya 5-10 persen, diperkirakan pakar mengambil koneksi dari penjualan pasar ilegal.
Kuba menjadi negara terakhir di belahan bumi barat untuk mendapatkan koneksi kabel optik fiber yang menghubungkan ke dunia luar.
"Kegagalan pemerintah Kuba meraih gol ini menunjukkan penanganan situasi yang terburuk. Ditambah reaksi publik yang membuat semakin runyam," ujar dosen Universitas Denver, AS, Lopez-Levy.
Vivanews
No comments:
Post a Comment