Keistemawan Makam Raja Mataram Yogyakarta di Mata Abdi Dalem

Keberadaan Makam Raja–Raja Mataram menjadi harta berharga bagi abdi dalem, juru kunci dan masyarakat sekitar makam, Kota Gede, Yogyakarta. Harta tersebut memang tak nampak secara kasat mata, namun hasil nyata dapat terlihat dari kesejahteraan abdi dalem Makam Raja Mataram.



13390375931671213722

Makam Raja-Raja Mataram



Saat pengunjung mulai memasuki wilayah kompleks Makam Raja Mataram sudah tampak terlihat warung-warung makan, minum, dan tempat istirahat bagi para pengunjung yang merupakan lahan penghasilan mendapatkan harta bagi masyarakat sekitar dan abdi dalem Makam Raja Mataram.



Saat mulai menapakkan kaki ke tempat bersejarah yang sangat luar biasa tersebut melalui pintu gerbang yang indah nan unik, Cagar Budaya Masjid Kota Gedelah yang menyambut para pengunjung. Dengan kemegahan dan keindahannya, masjid nampak asri dan nyaman membuat pengunjung betah berlama-lama bercengkrama untuk memanjatkan doa kepada Sang Maha Penguasa.



1339037885136291200

Pintu Masuk Makam Raja Mataram



Masjid Kota Gede merupakan tempat bersejarah favorite warga Yogyakarta untuk melakukan ritual-ritual keagamaan. Fenomena itulah yang menjadi peran kuat dalam menyejahterakan abdi dalem dan juru kunci. Ketika banyak acara yang diadakan di masjid tersebut, seperti beberapa hari yang lalu, Sabtu (12/5) tokoh ulama terkemuka di Indonesia, AA Gym berkunjung ke Masjid Kota Gede untuk memberikan ceramah kepada warga, semakin banyak pula rejeki yang diperoleh para abdi dalem dan juru kunci Makam Raja Mataram.


Tak jauh dari masjid, berdirilah sebuah Klinik Kesehatan Masjid Besar Mataram, meskipun bangunannya tak semegah masjid, namun peranannya sangat besar dan bermanfaat bagi abdi dalem dan masyarakat sekitar makam untuk melakukan pengobatan dan pemerikasaan kesehatan dengan biaya murah. Serta, pengabdian Dr. Adi Heru Sutomo, M. Sc di klinik Masjid Besar Mataram itulah yang menjadi kebanggan dan harta tersendiri bagi abdi dalem dan masyarakat.


“Abdi dalem dan warga sekitar makam juga tak enggan untuk berobat di klinik meski harus mengantri dalam jangka waktu yang lama, karena biayanya murah, padahal klinik dibuka untuk umum dimana sangat ramai sekali pengunjungnya dan hari Kamis dibuka khusus untuk lansia warga sekitar Makam Raja Mataram, seperti hari ini” tutur Sandra anggota lansia klinik Masjid Besar Mataram yang pada hari itu ikut berobat, (24/5).




Kemudian, ketika pengunjung mulai berjalan menulusuri seluruh kompleks makam, para pengunjung juga akan mendapati sebuah rumah tradisional dari adat Yogyakarta yang menjual pernak-pernik sejarah Makam Raja Mataram. KUB singkatan nama tempat tersebut, Kelompok Usaha Bersama abdi dalem dan juru kunci Pasarean Kota Gede Mataram, Ngayogyakarta, Surakarta.



Usaha ini menjadi sumber penghasilan bagi abdi dalem, disamping penghasilan pengabdiannya kepada Keraton Yogyakarta atau Keraton Surakarta. Tangan-tangan mereka cukup terampil untuk menghasilkan kreasi-kreasi yang bernilai sejarah untuk dijual ke pengunjung. Berkat kerajinan dan keuletan, mereka dapat menghasilkan baju adat Yogyakarta, jarik, kaos, blangkon, foto, jam dinding, pin dan buku-buku yang mengupas tentang sejarah Makam Raja Mataram dan Keraton Yogyakarta.


Kerja sama selalu tak luput dari perhatian mereka, untuk menghasilkan kreasi-kreasi yang berkualitas. Harga yang diberikan juga terjangkau, tidak terlalu mahal, sehingga para pengunjung dapat menikmati hasil kerja tangan-tangan abdi dalem dan juru kunci Makam Raja Mataram.



“Dengan adanya ide untuk mendirikan KUB ini, kami sangat bersyukur, karena disamping profesi kami sebagai abdi dalem, kami juga sebagai kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab untuk membiayai keluarga. Maka dari itu kami berharap KUB ini akan tetap terus ada dan semakin berkembang dari hari ke hari, karena dengan penghasilan 10.000 hingga 25.000 rupiah perbulan sebagai abdi dalem tak cukup untuk membiayai keluarga”, tutur Budi sebagai abdi dalem yang saat itu sedang menjaga dan menjahit baju di rumah KUB, Kamis (24/5).


Keberadaan 627 Makam Raja-Raja Mataram yang menjadi saksi bisu sejarah berdirinya Kerajaan Mataram, selain bermanfaat bagi warga Yogyakarta untuk mengenang, menghormati, dan mengenal keturunan turun-temurun dari tokoh-tokoh luar biasa seperti, Ki Ageng Pemenahan, Kanjeng Panembahan Senopati, Prabu Honyokrowati, Sultan HB II, Paku Alaman I-IV, Ki Ageng Jurumartani, dan Suryaningrat. Makam Raja Mataram juga memiliki peran penting untuk menyejahterakan keluarga abdi dalem dan juru kunci. Karena dengan keberadaan Makam Raja Mataram abdi dalem dapat menyediakan jasa persewaan pakaian juga untuk pengunjung memasuki wilayah makam. Warga sekitar juga dapat menikmati sendang putra dan putri, karena kini tempat pemandian tersebut telah dibuka untuk umum.


Pilihan menjadi abdi dalem memang tidak gampang untuk menanggung segala resiko yang ada, namun mereka memiliki keyakinan dan kepercayaan yang kuat, bahwa ketika mengabdikan hidupnya untuk menjaga kebudayaan dan sejarah Makam Raja-Raja Mataram, rejeki dan berkah itu akan selalu ada untuk menyejahterakan hidup. Hal itu terbukti dari anak-anak dari para abdi dalem yang mampu menempuh pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi.


Berkat kesetiaan dan keyakinan kuat para abdi dalem, pasti para pengunjung tak akan pernah mendapati keluh kesah di raut wajah abdi dalem, saat menyambut para pengunjung yang datang. Hanyalah senyum, keramahan, dan kesetiaan menemani para pengunjung dan menjaga makam 24 jam nonstop, meskipun makam hanya di buka dari jam 10.00-16.00 WIB itulah yang mampu diberikan kepada para pengunjung dan Keraton Yogyakarta atau Solo, sebagai wujud kesetiaan menjaga dan melesatarikan Makam Raja-Raja Mataram, Kota Gede Yogyakarta.

Mega Latu(ega)

No comments: