Manusia dan Peradaban

Adalah sebuah keyakinan yang mendasar bahwa visi bagi manusia hidup adalah untuk membentuk peradaban, membuat dunia menjadi lebih baik, menjadi seorang pemimpin. Seharusnya manusia hidup tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi bergerak lincah sedemikian rupa untuk menjadikan alam beserta isinya sebagai objek yang menjadi ladang bagi gerak dalam membangun peradaban.

Sebuah Hadits pernah bercerita bahwa Manusia seperti berada dalam serombongan Onta. Hampir saja tidak ditemukan diantara mereka yang laik dan pantas untuk menjadi penggembala. Mungkin ini yang ingin disampaikan oleh Sayyid Quthb tentang Manusia. Beliau berkata bahwa manusia hanya akan hidup sebagai manusia kecil dan mati dalam keadaan kecil ketika ia hanya hidup untuk dirinya sendiri. Sedang manusia besar -lanjut Quthb- adalah mereka yang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri tapi juga untuk manusia dan makhluk lain. Manusia seperti ini akan hidup sebagai manusia besar dan bahkan akan hidup sebagai manusia besar selamanya. Mereka yang usia sejarahnya jauh lebih panjang dari usia biologis. Mereka yang akhirnya dengan penuh penghormatan kita sebut sebagai Pahlawan.

Sepertinya kita perlu mengenang kembali sosok manusia agung itu, Muhammad SAW. Usia singkat, hanya 63 tahun saja. Tugas kenabiannya pun sepert itu, hanya 23 tahun saja atau lebih tepanya 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Tapi kerjanya luar biasa, awalnya hanya sedikit orang yang bersamanya, walaupun justru dengan sedikit orang itu, dia membangun peradaban dunia, sebuah cita-cita yang tetap digelorakan oleh pengikutnya sampai hari ini.

Dari 23 tahun itu, 13 tahun diantaranya beliau habiskan di Mekkah, beliau melakukan penetrasi sosial yang sangat sistematis, membangun ulang susunan kepribadian individu, mulai dari cara mereka berpikir, merasa dan kemudia berprilaku. Beliau pun melakukan hal yang sama untuk penduduk Madinah, melakukan penetrasi sosial, merekrut orang-orang terbaik, membangun ulang susunan kepribadian mereka, dari cara mereka berpikir untuk kemudian menghasilkan sebuah output, prilaku.

Inilah model perubahan sosial yang dilakukan oleh Muhammad SAW, model perubahan yang berlandaskan nilai fitrah seorang manusia, sebagai individu atau masyarakat. Perubahan mendasar akan terjadi pada masyarakat jika ada perubahan pada individu-individunya, sedang individu itu juga akan mengalami perubahan yang mendasar jika dan hanya jika terjadi perubahan mendasar pada pola pikirnya, karena pikiran adalah akar dari prilaku.

Aan K

No comments: