PKI, sebuah perjalanan yang berliku-liku


PKI atau Partai Komunis Indonesia merupakan salah satu partai yang mempunyai pengaruh yang besar di masa orde lama yang beakhir dengan peristiwa G 30/ S PKI yang menggemparkan Indonesia. Terlepas dari itu semua, PKI khususnya paham komunisme-marxisme mempunyai sejarah panjang dalam penyebarannya di Indonesia. Sebetulnya PKI meupakan salah satu organisasi pergerakan nasional sebelum kemerdekaan yang berpaham komunisme. Sebuah organisasi yang mepunyai sejarah yang berliku-liku.


Menyebarnya Paham Marxisme yang Berujung Terbentuknya PKI


Paham Marxisme sendiri di Indonesia menyebar tidak seperti paham – paham lain yang berkembang di Indonesia. Paham ini langsung dibawa oleh orang Belanda bernama H.JF.M Sneevlit, seorang pemimpin buruh Belandayang datang sebelum Peang Dunia I meletus. Awalnya ia bekerja sebagai staf redaksi surat kaba Soerababajasch Handelsbad. Lalu pada 1913 ia pindah ke Semaang dan menjadi sekretaris Semarangse Handelsvereniging. Di Semarang inilah ia menyebarkan ajaran Marxisme-nya. Salah satunya melalui Vereniging van Spoor en Tramweg Personeel (VSTP), serikat buruh paling tua di Indonesia. Ia berhasil mengarahkan VTSP ke arah yang lebih radikal.



Akhirnya pada 9 Mei 1914, Sneevlit dengan Brandstender, H.W. Dekker dan P, Bergsma beserta orang - orang sosialis lainnya mendirikan Indische Sociaal-Demokratische Vereniging (ISDV). Umtuk mempercepat perkembangan ISDV dilakukan persekutuan dengan gerakan yang lebih besar untuk mengakarkan ISDV dalam masyarakat Indonesia. Awalnya dengan Insulinde tetapi karena tidak memenuhi target setelah satu tahun, kerja sama itu bubar. Lalu ISDV mencoba infiltrasi ke SI atau Sarekat Islam. Caranya dengan menjadikan anggota ISDV menjadi anggota SI. Mereka memanfaatkan keadaan-keadaan seperti keadaan buruh akibat Perang Dunia I, panen padi yang jelek, ketidakpuasan buruh perkebunan karena upahnya rendah, dan membubungnya harga. Ada dua penyebab berhasilnya infiltrasi ISDV ke SI. Pertama adalah Central Sarekat Islam (CSI) yang menjadi badan koordinasi pusat SI masih sangat lemah kekuasaannya sehingga setiap cabang bertindak sendiri-sendiri. Kedua adalah keberhasilan taktik ISDV karena kondisi kepartaian saat itu memungkinkan seseorang menjadi anggota lebih dari satu partai.


Langkah kedua ISDV adalah menjadikan pemimpin muda SI sebagai pemimpin ISDV seperti Semaun dan Darsono. pada tahun 1916 awalnya mereka menjadi anggota Surabaya yang menjadi CSI. lalu tidak lama kemudian Semaun dipindahkan ke Semarang dan dapat pengaruh kuat dari ISDV. Semaun berhasil menamabah anggota SI Semarang dari 1700 menjadi 20.000 pada tahun berikutnya. Karena berbeda paham SI cabang Semarang menyerang CSI dengan tajam seperti menyerang Pemerintahan Kolonial. Oleh karena itu pada kongres Oktober 1917 SI memutuskan untuk menghentikan hubungan dengan ISDV.


Keberhasilan Revolusi Bolsyewick di Rusia pada 1917 untuk mendirikan Negara komunis mendorong Bars untuk melakukannya juga di Indonesia. Pada 1917, ISDV mengerahkan serdadu-serdadu dan pelaut Belanda untuk aksi-aksi mereka. Dalam 3 bulan, 3000 orang bergabung kedalam gerakan mereka. Mereka mengorganisasikan demonstrasi-demonstrasi yang mengakibatkan bentrok dengan polisi. Sementara itu partai-partai moderat seperti Boedi Oetomo, Insulinde, dan SI mendesak Pemerintah Belanda untk mengganti Volksraad dengan arlemen pilihan rakyat. Akhirnya Gubernur Jenderal van Limburg Stirum menjanjikan perubahan-perubahan yang luas. Hal ini membuat suasana menjadi lebih terkendali. Setelah itu Pemerintah Kolonial Belanda langsung mengambil tindakan keras, seperti anggota militer yang tidak disiplin dihukum berat, sedangkan pegawai negeri yang terlibat dimutasikan. Darsono dan Abdul Muis dan beberapa pemimpin Indonesia lainnya ditangkap, sementara Sneevlit dan teman-temannya yang dari Eropa diusir beberapa juga ada yang dipenjara.


Hilangnya para tokoh Eropa menyebabkan muncul tokoh – tokoh Indonesia menggantikan tokoh – tokoh eropa ini, seperti Semaun dan Darsono. Apalagi keduanya semakin tinggi kedudukannya di SI. Dalam kongres 1918, Darsono diangkat sebagai propagandis resmi SI, sementara Semaun diangkat sebagai Komisaris Wilayah Jawa Tengah.


Terbentuknya PKI


Pengumuman Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP) di Belanda menjadi Partai Komunis Belanda (CPN) pada 1918 membuat para anggota ISDV yang dari Eropa menginginkan hal serupa. Maka tanggal 23 Mei 1920 ISDV mengubah nama menjadi Partai Komunis Hindia, kemudian pada bulan Desember diganti lagi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan Semaun sebagai ketua, Darsono sebagai wakil, Bergsma sebagai sekretaris, Dekker sebagai bendahara, serta Baars


Omi Ikhromi

No comments: