Kertas, Peninggalan Peradaban Islam yang Terlupakan

Selama ini sebagaimana diakui dunia, kertas adalah penemuan Tsai Lun seorang China. Namun jarang orang mengetahui bahwa sebenarnya teknologi pembuatan kertas telah berpindah ke tangan orang-orang Arab-Islam pada abad ke-10 Masehi. Dalam peperangan Talas dengan tentara kekaisaran Tang, tentara Dinasti Abbasiyyah menahan sejumlah pembuat kertas. Mereka lalu diminta mendemonstrasikan kepandaian mereka membuat kertas. Teknologi pembuatan kertas pun berpindah ke tangan bangsa Arab.
Dahulu kertas dibuat dengan kulit pohon Murbei oleh bangsa China. Namun kemudian, karena di dunia Islam kulit pohon Murbei sulit ditemukan. Maka dibuatlah kertas dari pohon kapas, linen, dan serat.
Ternyata pembuatan kertas menandai sebuah revolusi sosial di dunia Arab. Masyarakat muslim menggunakan kertas untuk membuat buku. Buku-buku inilah yang kelak menjadi sarana pengembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan. Jutaan buku dihasilkan oleh peradaban Islam yang hasilnya masih bisa dilihat sampai hari ini. Walaupun tentara Mongol menghancurkan kota Baghdad dan membuang buku-buku dari Bait Al-Hikmah, perpustakaan terbesar Dinasti Abbasiyah, namun sejumlah buku masih terselamatkan. Buku-buku demikian inilah yang menjadi khazanah dunia Islam sampai saat ini.
Kertas merupakan anugerah yang besar artinya bagi dunia Islam. Kertas telah menandai revolusi ilmu pengetahuan di dunia Islam. Pada masa itulah budaya literasi berkembang luas. Hal ini tidak terlepas dari etos menuntut ilmu sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad SAW. Membaca dan menulis menjadi keseharian kaum muslim. Pada masa kejayaan Islam, buku merupakan barang yang tidak terkena pajak. Penyebaran buku ke seluruh dunia Islam menandakan penyebaran Islam sebagai agama yang menghendaki perubahan bagi pemeluknya. Seorang muslim sejati adalah seorang pembaca atau penuntut ilmu.
Pada masa itu, umat Islam telah menjadi “ahl al-kitab” atau masyarakat yang mempunyai kebiasaan membaca buku. Ayat-ayat pertama Al-Qur’an telah menjadi fondasi bagi berkembangnya budaya membaca dan menulis. Lagi pula Al-Qur’an tidak akan bermanfaat jika pembacanya tidak memiliki ilmu.
Gagasan tentang ‘ilm adalah gagasan yang paling kompleks di dunia Islam. ‘Ilm bukan hanya pengetahuan tetapi juga komunikasi pengetahuan. Allah SWT menyuruh manusia menuntut ilmu sebagai khalifah di muka bumi. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadis telah menyemangati umat Islam untuk menuntut ilmu baik ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum. Kaum muslim pun mempelajari matematika, fisika, kimia, biologi, sampai astronomi.
Hal ini tidak mungkin terjadi jika penemuan kertas tidak terjadi di dunia Islam. Pada masa kejayaan Islam pada masa dinasti Abbasiyyah, pabrik-pabrik kertas ada di berbagai kota di dunia Islam seperti Damaskus, Kairo, Kordoba, Samarkand, Bukhara, dan –tentu saja Baghdad. Umat Islam menjadi umat terbaik di dunia karena kegemaran mengembangkan ilmu pengetahuan. Umat Islamlah yang mengembangkan pengetahuan yang tadinya bersifat parokialistik atau kenasionalan. Pada masa itu, masing-masing bangsa mempunyai ilmu pengetahuan sendiri-sendiri. Mereka menganggap ilmu pengetahuan ekslusif milik bangsa mereka sendiri. Setelah ditaklukkan bangsa-bangsa muslim, ilmu pengetahuan akhirnya dikembangkan masyarakat muslim dan disaring mana yang sesuai dengan Islam dan mana yang tidak.
Ilmu pengetahuan yang dikembangkan masyarakat Islam adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan keimanan kepada Allah SWT. Para cendekiawan muslim menyaring mana yang sesuai dengan Islam dan membuang yang tidak sesuai dengan agama Islam. Para cendekiawan Islam melakukan apropriasi yakni menerima ilmu pengetahuan dari mana saja namun tidak terlarut dalam budaya bangsa pemilik ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Mereka memilah dan memilih mana yang terbaik bagi umat Islam pada masa itu. Para cendekiawan muslim menguniversalkan ilmu pengetahuan yang tadinya hanya dimiliki oleh bangsa-bangsa tertentu saja.
Kertas, sekali lagi adalah peninggalan bangsa muslim yang sangat berguna sampai sekarang. Dengan kertas, berbagai informasi dari masa lalu bisa didapat, ditelaah, dan dipelajari. Kertas menghubungkan pemikiran dari generasi ke generasi. Kertas, menjadi sarana pewarisan ilmu pengetahuan yang sangat penting. Dengan kertas, terdapat kebebasan untuk membaca dan menulis. Kebebasan ini sangat penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Kertas, peninggalan peradaban Islam ini, menjadi dasar bagi penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg beberapa abad kemudian. Fungsi kertas tidak dapat disangkal lagi menjadi sarana komunikasi pengetahuan.
Sayangnya, kehancuran dinasti Abbasiyah oleh tentara Mongol mengakibatkan umat Islam tidak bangkit lagi hingga sekarang. Pada abad ke-19 para ulama Turki Usmani mengharamkan mesin cetak. Pengharaman ini berakibat bekunya dinamika keilmuan dan pemikiran di dunia Islam. Justru dunia Kristenlah yang paling maju dengan penemuan mesin cetaknya.
Namun kini, peradaban Islam telah menerima peranan mesin cetak. Kitab-kitab lawas yang menjadi rujukan para ulama masih berupa kertas yang berwarna kuning. Kehadiran internet mungkin akan menghancurkan peranan kertas. Namun, bagaimana pun, kertas tetap diperlukan. Mungkin suatu saat nanti buku-buku akan menjadi usang. Akan tetapi, menurut saya, kertas tetap akan dibutuhkan. Pengetahuan sebagai kekuasaan hanya bisa diperoleh dari buku, bukan internet. Ada perbedaan yang besar antara membaca di internet dengan membaca buku. Membaca buku mengakibatkan pemikiran semakin mendalam.
Depok, 15 Januari 2013, bertepatan dengan meletusnya peristiwa Malari 1974
Hanvitra Dananjaya

No comments: