Makam Ratu Nahrisyah Terindah di Asia Tenggara
SAMUDERA – Makam Sultanah Nahrasyiyah lebih dikenal Ratu Nahrisyah, di Desa Kuta Krueng (ada juga yang menyebut Kuta Kareung), Kecamatan Samudera, Aceh Utara, salah satu situs sejarah Kerajaan Samudera Pasai.
Anggota Tim Peneliti dari Central Information for Samudera Pasai Heritage (CISAH) Ramlam Yunus menyebutkan, makam Ratu Nahrisyah adalah makam terindah di Asia Tenggara. Ratu Nahrisyah yang wafat pada 831 Hijriah (1428 Masehi), makamnya berdampingan dengan makam ayahnya, Sultan Zainal Abidin, wafat sekitar 808 Hijriah atau 1406 Masehi.
Makam Ratu Nahrisyah terbuat dari mar-mar dengan kaligrafi indah. Sampai sekarang makam tersebut terpelihara dengan baik dan dijaga oleh seorang juru kunci. “Komplek makam ini ramai dikunjungi warga lokal dan wisatawan mancanegara. Ada yang sekedar berziarah, apa pula peneliti atau yang melakukan studi tentang sejarah Samudera Pasai,” kata Husaini, warga Kuta Krueng, Minggu lalu.
Di komplek makam Ratu Nahrisyah dan Sultan Zainal Abidin itu, kata Ramlan Yunus, terdapat 70 makam para pemuka kerajaan termasuk menteri kerajaan. Namun yang sudah diketahui identitasnya sekitar 30 makam.
Menurut Ramlan, sebagian batu nisan pemuka agama, pemuka kerajaan dan orang penting kerajaan itu sempat terbenam atau menyusut dalam tanah, miring dan rusak karena tidak terawat. Belakangan, kata dia, sebagian dari nisan itu sudah dipugar kembali secara alamiah oleh warga setempat.
Di lintasan jalan Gampong Beuringen (lokasi makam Sultan Malikussaleh) hingga ke Gampong Kuta Krueng (lokasi makam Ratu Nahrisyah), kata Ramlan, banyak makam pemuka agama dan pemuka Kerajaan Samudera Pasai.
Ramlan mengatakan, tulisan-tulisan kaligrafi di artifect-artifect nisan makam raja, pemuka agama, pemuka kerajaan dan orang-orang penting kerajaan menjadi bukti yang tak dapat terbantahkan sebagai sumber informasi akurat tentang peradaban Samudera Pasai.
“Artifect-artifect nisan-nisan ini memberikan informasi tentang sejarah. Makam memberi tahu sesuatu yang bisa kita ukur tingkatan peradaban. Kalau kita lihat sekilas, ya, cuma makam saja,” katanya.[]
Anggota Tim Peneliti dari Central Information for Samudera Pasai Heritage (CISAH) Ramlam Yunus menyebutkan, makam Ratu Nahrisyah adalah makam terindah di Asia Tenggara. Ratu Nahrisyah yang wafat pada 831 Hijriah (1428 Masehi), makamnya berdampingan dengan makam ayahnya, Sultan Zainal Abidin, wafat sekitar 808 Hijriah atau 1406 Masehi.
Makam Ratu Nahrisyah terbuat dari mar-mar dengan kaligrafi indah. Sampai sekarang makam tersebut terpelihara dengan baik dan dijaga oleh seorang juru kunci. “Komplek makam ini ramai dikunjungi warga lokal dan wisatawan mancanegara. Ada yang sekedar berziarah, apa pula peneliti atau yang melakukan studi tentang sejarah Samudera Pasai,” kata Husaini, warga Kuta Krueng, Minggu lalu.
Di komplek makam Ratu Nahrisyah dan Sultan Zainal Abidin itu, kata Ramlan Yunus, terdapat 70 makam para pemuka kerajaan termasuk menteri kerajaan. Namun yang sudah diketahui identitasnya sekitar 30 makam.
Menurut Ramlan, sebagian batu nisan pemuka agama, pemuka kerajaan dan orang penting kerajaan itu sempat terbenam atau menyusut dalam tanah, miring dan rusak karena tidak terawat. Belakangan, kata dia, sebagian dari nisan itu sudah dipugar kembali secara alamiah oleh warga setempat.
Di lintasan jalan Gampong Beuringen (lokasi makam Sultan Malikussaleh) hingga ke Gampong Kuta Krueng (lokasi makam Ratu Nahrisyah), kata Ramlan, banyak makam pemuka agama dan pemuka Kerajaan Samudera Pasai.
Ramlan mengatakan, tulisan-tulisan kaligrafi di artifect-artifect nisan makam raja, pemuka agama, pemuka kerajaan dan orang-orang penting kerajaan menjadi bukti yang tak dapat terbantahkan sebagai sumber informasi akurat tentang peradaban Samudera Pasai.
“Artifect-artifect nisan-nisan ini memberikan informasi tentang sejarah. Makam memberi tahu sesuatu yang bisa kita ukur tingkatan peradaban. Kalau kita lihat sekilas, ya, cuma makam saja,” katanya.[]
No comments:
Post a Comment