Jiwa Kepemimpinan Adolf Hitler
Pada umumnya
orang-orang mengetahui sosok Adolf Hitler. Mengapa? Karena Hitler adalah
salah satu tokoh paling berpengaruh pada abad ke 20, yang menjadi tokoh
utama Jerman NAZI, Perang dunia ke 2 di Eropa, dan Holocaust. Bagaimana
cara Hitler untuk mencapai hal tersebut? Tentunya Hitler memiliki jiwa
kepemimpinan yang kuat untuk mewujudkan rencananya. Akan tetapi
sebelumnya, saya akan memaparkan riwayat hidup Adolf Hitler secara
singkat.
Adolf Hitler
merupakan veteran Perang Dunia I. Ia tercatat sebagai anggota
ketentaraan Bavaria sejak Agustus 1914. Pada tahun 1919, ia bergabung
dengan partai pekerja Jerman (NSADP). Hitler memiliki kebencian terhadap
kaum komunis dan yahudi, sehingga ia menyalurkan kebenciannya tersebut
dengan pidato yang berapi-api tentang kemarahannya atas berakhirnya Perang Dunia I. Hitler
menyatakan ketidak-setujuannya atas Perjanjian Versailles yang ia
pandang memberatkan Jerman. Karena berdasarkan perjanjian tersebut
Jerman diharuskan melepaskan banyak wilayah negara dan mengganti-rugi
kepada negara-negara pemenang perang. Pada 1921, Hitler menjadi pemimpin
partai pekerja Jerman yang kecil yang kemudian berubah nama menjadi
partai pekerja nasionalis Jerman (NAZI). Pidato yang disampaikan Hitler
berhasil menarik simpati banyak orang Bavaria. Sehingga mereka pun
bergabung dengan NAZI.
Pada tahun
1923, Hitler berusaha melakukan kudeta. Peristiwa ini dikenal sebagai
peristiwa Beer Hall Putsch. Namun usaha ini gagal. Sehingga Hitler
ditahan hingga tahun 1924. Setelah bebas, Hitler memprogandakan
keunggulan ras bangsa arya diatas bangsa lain. Hal ini membuatnya banyak
mendapatkan dukungan dari rakyat Jerman. Pada tahun 1933,
Hitler ditunjuk menjadi kanselir. Ia memutuskan untuk mengubah Republik
Weimar menjadi Reich Ketiga yang berlandaskan pada ideologi NAZI.
Hitler
berambisi untuk menjadikan Jerman bangsa yang paling berkuasa didunia
dan melanjutkan ideologi NAZI di Eropa. Ia kemudian melakukan invansi ke
Polandia yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia ke II. Akibatnya
adalah tewasnya 50 juta orang. Lambat laun Jerman semakin terdesak. Pada
1945 Uni Soviet berhasil mengepung Jerman.
Berdasarkan paparan mengenai riwayat hidup Adolf Hitler diatas, saya berpendapat bahwa jiwa
kepemimimpinan yang ada pada Adolf Hitler adalah otoriter, karismatik,
ambisius, dan oportunis. Adapun penjelasan dari pendapat tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Jiwa
Otoriter : Hitler memiliki jiwa otoriter karena dalam pengaturan
strategi perang dan waktu untuk melakukan penyerangan semua berada
didalam kekuasaan Hitler. Para bawahannya tidak satupun berani menentang
perintahnya. Selain itu ditengah krisis ekonomi yang melanda Jerman
pada 19
2. Berkarisma
: Didalam setiap pidatonya, Hitler berhasil membuat bersimpati
kepadanya dan dapat mengikuti keinginannya. Seperti pada propaganda
NAZI, karena karisma yang dimiliki Hitler, banyak orang yang bergabung
dengan NAZI. Sehingga mereka mau melaksanakan rencana-rencana Hitler.
3. Ambisius
: Jiwa ambisius Hitler tampak dari ambisinya yang ingin menjadikan ras
bangsa arya sebagai bangsa yang memiliki derajat diatas bangsa lain.
Sehingga ia akan melakukan cara apa saja untuk mewujudkan ambisinya
tersebut. Seperti melakukan penyerangan ke negara lain. Salah satu
contohnya adalah penyerbuan ke Polandia yang justru mengawali terjadinya
Perang Dunia ke II.
4. Oportunis
: Hitler dapat dikatakan berjiwa oportunis, karena berusaha untuk
memanfaatkan peluang pada situasi yang sulit. Contohya pada saat kemerosotan
Weimar, yang membuat rakyat yang tidak nyaman dengan sistem
pemerintahan yang baru dan menginginkan kembali ke sistem yang
sebelumnya. Sehingga rakyat pun bergabung dengan NAZI.
Tri Utami
No comments:
Post a Comment