Batang yang Menyejarah (8)
(13) Muhammad Sarengat. Bagi penduduk Kabupaten Batang dan sekitarnya berusia muda saat ini Muhammad Sarengat (M. Sarengat) adalah nama sebuah stadion olah raga (sepakbola) satu-satunya di sana. Mereka banyak yang tidak tahu bahwa nama tersebut diambil dari nama salah seorang putra Batang terbaik yang pernah ada. Beliaulah Muhammad Sarengat, salah seorang pahlawan olah raga nasional yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah pesta olah raga terbesar se benua Asia, Asian Games IV tahun 1962 yang digelar di Jakarta. Saat itu M. Sarengat memecahkan rekor lari dalam even Lari Jarak 100 M dengan catatan waktu 10,4 detik sehingga M. Sarengat dikenal sebagai Manusia tercepat Asia. Rekor ini terus bertahan selama puluhan tahun di tingkat Asia. Ketika rekor lari Asia dibuat beliau baru berusia 21 tahun. Rekor itu menjadikannya sangat terkenal sebagai pelari bukan saja di tanah air namun juga di Asia.
M. Sarengat lahir tahun 1941 dari keluarga terpelajar (dokter). Rumah keluarga beliau berada di kampung Kertonegaran (sekarang ini masuk wilayah Kelurahan Proyonanggan Tengah), bersebelahan dengan komplek perkantoran Pemkab Batang. Rumah itu hingga kini masih ada (meskipun agak kurang terawat) dan warga setempat menyebutnya “Wisma Kedokteran.” (rumah pak dokter). Kampung Kertonegaran dahulunya merupakan tempat tinggal para priyayi dan pegawai pemerintah, termasuk keluarga dokter ayah M. Sarengat. Rumahnya berhalaman luas dengan tanaman-tanaman keras memenuhi halaman. Karena semua anggota keluarga meninggalkan Batang, rumah itu akhirnya kurang terawat. Padahal sebenarnya, rumah ini merupakan warisan sejarah orang ternama Kabupaten Batang yang dapat dijadikan semacan museum keluarga M. Sarengat, supaya generasi muda Kabupaten Batang dapat mengenali sejarah hidup, karya dan prestasi salah satu putra terbaik Batang dan meneladaninya untuk kemajuan Batang ke depan.
Setelah tidak aktif lagi dalam olah raga, M. Sarengat menekuni profesinya sebagai dokter di bidang ketentaraan (Angkatan Darat) hingga pensiun dengan pangkat kolonel. Beliau dan keluarganya (isteri Nanik Sarengat, anak-anak Meidy, Sari, dan Andung) menghabiskan masa tuanya di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Setahun sekali atau waktu-waktu khusus beliau dan keluarganya kembali ke Batang untuk melihat tanah leluhurnya yang pasti meninggalkan kenangan indah sebelum meninggalkan untuk selama-lamanya. (sugito hd)
M. Sarengat lahir tahun 1941 dari keluarga terpelajar (dokter). Rumah keluarga beliau berada di kampung Kertonegaran (sekarang ini masuk wilayah Kelurahan Proyonanggan Tengah), bersebelahan dengan komplek perkantoran Pemkab Batang. Rumah itu hingga kini masih ada (meskipun agak kurang terawat) dan warga setempat menyebutnya “Wisma Kedokteran.” (rumah pak dokter). Kampung Kertonegaran dahulunya merupakan tempat tinggal para priyayi dan pegawai pemerintah, termasuk keluarga dokter ayah M. Sarengat. Rumahnya berhalaman luas dengan tanaman-tanaman keras memenuhi halaman. Karena semua anggota keluarga meninggalkan Batang, rumah itu akhirnya kurang terawat. Padahal sebenarnya, rumah ini merupakan warisan sejarah orang ternama Kabupaten Batang yang dapat dijadikan semacan museum keluarga M. Sarengat, supaya generasi muda Kabupaten Batang dapat mengenali sejarah hidup, karya dan prestasi salah satu putra terbaik Batang dan meneladaninya untuk kemajuan Batang ke depan.
Setelah tidak aktif lagi dalam olah raga, M. Sarengat menekuni profesinya sebagai dokter di bidang ketentaraan (Angkatan Darat) hingga pensiun dengan pangkat kolonel. Beliau dan keluarganya (isteri Nanik Sarengat, anak-anak Meidy, Sari, dan Andung) menghabiskan masa tuanya di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Setahun sekali atau waktu-waktu khusus beliau dan keluarganya kembali ke Batang untuk melihat tanah leluhurnya yang pasti meninggalkan kenangan indah sebelum meninggalkan untuk selama-lamanya. (sugito hd)
No comments:
Post a Comment