Berbahaya! Pengaburan Sejarah
“Sejarah ditulis oleh pemenang” demikian
pepatah mengatakan dan diamini oleh kebanyakan sejarawan. Tidak heran
jika kemudian banyak fakta-fakta sejarah yang dikaburkan atau dibelokkan
demi menyesuaikan dengan keinginan dan alur cerita yang dibuat oleh si
“pemenang.” Pemenang selalu kelihatan sebagai pihak yang paling baik dan
paling benar dan pantas memenangkan pertarungan.
Padahal sejarah adalah bagian dari masa lalu yang
sangat dibutuhkan untuk introspeksi. Jika fakta-fakta sejarah sudah
dikaburkan atau dibelokkan, maka tidak ada gunanya lagi. Dia tidak lebih
hanya sebagai salah satu justifikasi saja dari sebuah gagasan dari
kelompok “pemenang” tanpa peduli siapa dia. Bisa jadi dia memang seorang
yang sangat baik dan patut dijadikan suri teladan, namun bisa juga dia
adalah penipu licik yang tamak.
Kalau mau jujur, sejarah adalah kumpulan
fakta-fakta di masa silam. Seorang sejarawan yang baik mestinya tidak
menulis sejarah berdasarkan apa yang diskenariokan pemenang. Seharusnya
dia menggali fakta-fakat yang ada. Jika fakta tersebut tersembunyi atau
disembunyikan, maka tugas dialah untuk mencari kebenaran dari fakta
tersebut. Satu hal lagi, seorang sejarawan seharusnya membatasi diri
dalam mencoba menginterpretasi fakta-fakta tersebut, karena interpretasi
merupakan salah satu penyebab biasnya sebuah sejarah. Biarlah publik
yang menginterpretasi fakta-fakta tersebut berdasarkan logikanya
sendiri. Kelak, kumpulan fakta itu akan menceritakan dirinya sendiri.
Di dunia ini, dalam setiap kejadian hanya ada satu
versi saja sejarah yang benar. Sisanya adalah versi interpretasi
berdasarkan fakta yang tidak utuh. Semakin sedikit fakta yang terkumpul,
semakin banyak asumsi dan interpretasi yang dimunculkan agar dia
menjadi sebuah rangkain cerita yang beralur dan bermakna. Jika sejarawan
malas dalam menggali fakta atau suka membelokkan fakta, maka yang
dipublikasikan tidak lebih hanyalah sebuah dongeng pengantar tidur saja.
Pengaburan fakta sejarah bisa berakibat fatal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penghilangan
kontribusi salah satu golongan bisa berakibat terjadinya kesalahpahaman.
Generasi penerus dari pihak yang fakta sejarahnya dikaburkan akan
merasa tidak punya andil dalam sejarah bangsa mereka sementara pihak
yang lain, semakin tegas merasa bahwa pihak yang dihilangkan
kontribusinya tersebut, memang tidak punya kontribusi apa-apa dalam
sejarah masyarakatnya. Ketimpangan ini akan menimbulkan sikap saling
curiga dan dampak buruk lainnya dalam kehidupan bermasyarakat di masa
datang.
Lebih jauh lagi, pihak yang kontribusinya
dihilangkan dalam sejarah akan merasa terpinggirkan. Mereka akan
berusaha menunjukkan fakta-fakta yang ada melalui jalur-jalur yang tidak
lazim. Buku-buku, koran-koran, majalah-majalah underground bermunculan
menjadi corong menyuarakan fakta yang mereka yakini kebenarannya. Pada
saatnya bukan mustahil akan menjadi gerakan massif yang berbalik menjadi
sumber pemberontakan fisik.
Berhati-hatilah dalam menulis sejarah. Tidak ada
pemenang yang kekal, karena kemenangan dan kekuasaan itu dipergilirkan
oleh Allah SWT. Jika tradisi penghilangan sejarah terus menerus dipupuk
oleh satu pemenang ke pemenang berikutnya, maka tidak ada pelajaran yang
bisa diambil untuk kebaikan dimasa mendatang. Wallahu’alam.
Catatan:
Tulisan ini terinspirasi dari wacana penghapusan
materi yang berkaitan dengan peranan Muslim dan Islam dalam perkembangan
budaya di Inggris dan Eropa dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah
Inggris. Padahal Renaissance yang terjadi di Eropa merupakan salah satu
buah dari keberhasilan budaya Islam. Pada saat itu Eropa sedang dalam
masa kegelapan, sementara dunia Islam sedang dalam masa kejayaannya.
Budaya Islam baik di bidang ilmu pengetahuan maupun dalam hubungan
sosial kemasyarakatan berkembang dengan pesat sampai ke daratan Eropa
terutama di Spanyol dan Italia. Banyak orang-orang Romawi dan Yunani
yang belajar ke universitas-universitas di wilayah kekuasaan Islam yang
kemudian mendorong mereka untuk melakukan perubahan mendasar dalam
kehidupan masyarakatnya yang pada gilirannya melahirkan Renaissance
tersebut.
Yosritzal
No comments:
Post a Comment