Berkunjung ke Museum Samparaja Bima

1364861014761660234Museum Samparaja Bima kini memprihatinkan. Museum yang terletak di jalan Gajah Mada Karara Kota Bima ini sepertinya tidak terurus. Benda-benda bersejarah dan naskah-naskah kuno sejak abad 17 yang ada di dalamnya semakin lapuk termakan usia. Melintasi bilik dan kamarnya tampak kotor dan tak terawat. Demikian pula kondisi benda-benda seperti porselin, Guci, Bak Air yang berasal dari Cina sejak abad 15 yang merupakan bukti sejarah hubungan Bima-China.
Ilham (33 Thn) salah seorang penjaga menuturkan, museum ini cukup sepi dan memang jarang sekali dikunjungi. Hanya pada saat-saat tertentu saja ada kunjungan misalnya wisatawan asing, krue televisi swasta dan para peneliti. Hampir tidak pernah ada masyarakat lokal yang mengunjungi museum ini. Padahal menurut Ilham di Museum ini terdapat banyak sekali naskah-naskah kuno yang memiliki nilai historis cukup tinggi dan perlu mendapat apresiasi dari generasi. Salah satu di antaranya adalah naskah kuno yang berisi pesan Sultan Abdul Kahir I kepada Jeneli Sape untuk memprehatikan orang-orang Wera yang ditulis di atas kertas perak dengan huruf Arab Melayu. Tulisan itu merupakan salah satu bukti sejarah yang otentik karena jelas hari, tanggal, bulan dan tahunnya. Yaitu pada hari Sabtu 17 Syawal 1060 H/ 17 Oktober 1650 H.
Dikatakan Ilham, masih banyak naskah-naskah kuno yang belum diterjemahkan dan perlu diapresiasi mengingat jarang sekali generasi Bima yang tertarik untuk meneliti naskah. Dan hal yang perlu dicermati menurut Ilham adalah usia Ibu Maryam( Ina Ka’u Mari) yang sudah semakin udzur. “ Siapa lagi yang akan peduli terhadap naskah-naskah kuno ini.” Ungkap Ilham. Ketika ditanya masalah bantuan Pemerintah, Ilham hanya menggeleng dan tidak mengetahui apakah ada bantuan pemerintah atau tidak terhadap eksistensi museum ini.
Museum Samparaja diresmikan pada tanggal 10 Agustus tahun 1995 oleh Bupati Bima H. Adi Haryanto. Museum ini bernaung dibawah Yayasan Museum Kebudayaan Samparaja Bima. Museum milik Hj. Siti Maryam Rachmat M.Salahuddin yang merupakan puteri dari Sultan Muhammad Salahuddin yang berfungsi sebagai sarana edukatif cultural dan pranata sosial budaya yang mengemban tugas-tugas antara lain mengumpulkan dan mengamankan warisan alam dan budaya Mbojo, dokumentasi dan penelitian ilmiah, penyebaran dan pemeratan ilmu untuk umum, pengenalan dan pengembangan kesenian, serta untuk membangkitkan rasa bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.(alan)

Alan M

1 comment:

mrsupriyanto0374 said...

Masyarakat Bima harus memperhatikan musium Samparaja, karna ini adalah simbol budaya mbojo