Masuknya Islam di Kalimantan (Bag. 2)

b. Perkembangan Kerajaan Banjar
Selain memperluas wilayah kekuasaan, Sultan Suriansyah juga berusaha mengembangkan ajaran Islam di Kalimantan. Setelah ia wafat dan digantikan oleh putranya Sultan Rahmatullah dari tahun 1550-1570. Setelah Sultan Rahmatullah wafat kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya Sultan Hidayatullah mulai tahun 1570-1595. Akhirnya ia juga digantikan oleh putranya Sultan Mustain Billah pada tahun 1595-1620, pada masa pemerintahannya kerajaan banjar mulai masa kejayaan.
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada pertengahan abab ke-17. Pada masa ini, lada menjadi komoditas perdagangan utama di Kesultanan Banjar. Sekitar pertengahan abad ke-18, Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari merupakan penasehat kesultanan, ia adalah ulama yang berjasa dalam mengembangkan ajaran Islam. ia membangun tempat belajar Islam untuk rakyat Banjar. Ia juga berhasil menulis dua buah kitab yaitu kitab Sabilal Muhtadin dan Parukunan.Keadaan Kalimantan ketika itu masih dalam suasana dipengaruhi oleh agama Hindu. Tetapi sejak Syekh Muhammad Arsyad kembali dari Madinah, Islam berkembang dengan maju di daerah ini.
Selain itu juga ada seorang sufi yang terkenal yaitu, Syekh Muhammad Nafis al-Banjari. Hadirnya ulama-ulama tersebut membantu kesultanan Banjar untuk menegakkan hukum Islam dalam masalah keluarga, perkawinan, dan pidana. Dari keterangan di atas bisa dilihat bahwa kerajaan Islam Banjar telah menerapkan hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Kemunduran Kerajaan Banjar
Pada tahun 1852, konflik di Kesultanan Banjar mulai terjadi, yang disebabkan adanya dua orang putra mahkota yaitu Pangeran Hidayatullah putra permaisuri Ratu Siti dan Pangeran Tamjidillah putra selir keturunan Cina. Mereka sama-sama putra dari Sultan Muda Abdurrahman tetapi berbeda ibu, mereka bersaing memperebutkan jabatan sultan di Kerajaan Banjar. Disini jelas bahwa pangeran Hidayatullah lebih kuat untuk menggantikan ayahnya, namun karena ada campur tangan Belanda, maka yang berhasil menjadi sultan adalah Sultan Pangeran Tamjidillah.
Kepemimpinan Tamjidillah tidak disenangi oleh pihak istana dan rakyatnya. Keadaan yang seperti ini membuat Pangeran Antasari seorang keluarga istana Banjar memimpin gerakan rakyat Banjar, menentang kepemimpianan Tamjidillah yang disokong oleh Belanda. Karna gerakan yang dipimpin oleh Pangeran Antasari mendapat sokongan yang banyak membuat ia bisa bertahan. Akhirnya Belanda memecat Tamjidillah dan pangeran Hidayatullah dibuang oleh Belanda ke Cianjur, maka Pangeran Antasari diangkat menjadi pemimpin rakyat Banjar. Dan sejak itu kerajaan ini berada dibawah kekuasaan Belanda.(bersambung).

Yosi Nofa

No comments: