Tak Ada yang Salah dengan Sejarah

Berapa lama kah kita berkutat dalam pelajaran sejarah ? SD, SMP, SMA. Ya, hampir 12 Tahun kiranya kita telah bersama- sama dengan pelajaran ini. Sebuah pelajaran yang kerap kali dianggap pelajaran yang membosankan bagi sebagian orang. Namun, tentunya menyenangkan bagi sebagian yang lain. Penulis juga ketika masa- masa duduk di bangku Sekolah Dasar sangat gandrung terhadap Mata Pelajaran ini. Akan tetapi, entah mengapa seiring usia yang makin bertambah dan jenjang pendidikan yang makin meninggi pula, ada semacam kejenuhan yang merasuk kedalam diri terkait pelajaran sejarah ini. Lantas apanya yang salah ? memang ini bukan passion penulis atau ada sebab yang lain ? entahlah. Yang jelas, pasti ada yang salah, terlepas itu murni dari dalam diri sang pembelajar (peserta didik) atau dari Guru yang mengajarkan mata pelajaran tersebut.
Tidak ada yang salah dengan pelajaran sejarah, karena sejarah merupakan rumpun ilmu sosial yang berkaitan dengan peristiwa- peristiwa terdahulu baik itu bersifat positif atau sebaliknya. Hal ini senada dengan Sapriya (2012:26) yang mengemukakan bahwa sejarah adalah “studi tentang kehidupan manusia di masa lampau”.
Meskipun dalam sejarah tidak melulu membicarakan kebaikan sebuah periode atau peradaban, namun hal tersebut jangan dijadikan sebuah kambing hitam untuk menaruh kebencian terhadap sejarah. Justru hal yang dianggap tidak baik dalam sejarah bisa dijadikan pelajaran agar di masa sekarang dan masa depan hal tersebut tidak dilakukan.
Seseorang akan mudah meraih sukses jika ia berkaca pada masa lalu, baik itu masa lalu pribadinya atau masa lalu para pendahulunya. Mengapa demikian ? jawabannya jelas, karena orang yang mampu mencermati kesalahan- kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu oleh para pendahulunya akan berhati- hati dalam melangkah. Ia tahu bahwa tindakan tersebut pernah dilakukan dan memang memiliki dampak yang tidak baik, sehingga untuk mencapai sukses, orang tersebut tidak perlu terjatuh terlebih dahulu seperti orang- orang sebelumnya. Maka, atas dasar salah satu manfaat mempelajari sejarah diatas tidak ada alasan bagi kita untuk membenci pelajaran Sejarah.
Setidaknya ada tiga permasalahan yang sangat urgen perihal Mata pelajaran sejarah. Permasalahan tersebut yakni : semangat belajar para peserta didik di sekolah- sekolah terhadap mata pelajaran sejarah yang kurang antusias, Kompetensi guru yang kurang mumpuni untuk mengajar Mata Pelajaran Sejarah, dan minimnya sarana dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang bersangkutan. Ketiga masalah tersebut apabila dibiarkan berlarut- larut bukan tidak mungkin menyebabkan sikap apatis peserta didik terhadap mata pelajaran sejarah.
Peserta didik yang memiliki motivasi rendah untuk mempelajari sejarah patut ditelusuri lebih lanjut penyebabnya. Hal ini berguna untuk menemukan solusi terbaik untuk menanggulangi masalah tersebut. Tanpa tindakan tersebut, guru akan kesulitan untuk mentransfer ilmu tentang kesejarahan kepada peserta didik. Ketika mereka belajar pun bukan tidak mungkin karena sebuah keterpaksaan atau bisa juga karena tuntutan akademik semata. Esensi dari belajar sejarah itu sendiri dengan sendirinya akan lenyap dan yang didapat hanyalah pampangan nilai tinggi di laporan pendidikan. Bagus secara dzahir namun kenyataannya nihil. Menyedihkan sekali.
Sebagai seorang guru sejarah seseorang dituntut untuk memperdalam keilmuannya. Tidak hanya tentang informasi- informasi lampau saja melainkan permasalahan yang masih- masih hangat saat ini yang berkaitan dengan materi kesejarahan. Guru jangan sampai tertinggal informasi oleh sang peserta didik. Wawasan sejarah harus menjadi barang pribadi guru sejarah dan ketika peserta didik suatu ketika bertanya perihal sejarah guru menjawab dengan gamblang  dan mampu dicerna oleh peserta didik. Mengutip pernyataan Sapriya (2012) yang menyebutkan bahwa tenaga pengajar sejarah yang baik adalah “mereka yang mampu merangsang dan mengembangkan daya imajinasi peserta didik sedemikian rupa hingga cerita sejarah yang disajikan, dirasakan senantiasa menantang rasa ingin tahu.” Dengan kata lain, Guru harus memiliki daya kreatif dan inovatif agar peserta didik tetap respect dan timbul rasa ingin tahu terkait materi sejarah secara luas.
Masalah yang tidak kalah urgen, yakni minimnya sarana untuk pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu Media pelajaran yang digunakan oleh guru pun monoton dan tidak ada inovasi. Jadi, jangan sepenuhnya menyalahkan peserta didik jika ternyata hasil evaluasinya jeblok. Guru harus mengevaluasi caranya dalam mengajar. Barangkali ia kurang begitu paham dengan aneka media pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran sejarah. Bisa juga guru kurang akrab dengan buku- buku referensi cara mengajar sehingga mengalami kebuntuan dalam proses mengajar. Sang guru hanya tahu metode yang ia selalu lakukan selama bertahun- tahun mengajar, yaitu metode ceramah. Sebuah metode yang hanya menjadikan siswa seolah- olah patung yang duduk manis dan menunggu diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya. Jika tidak ada, maka pembelajaran pun dilanjutkan atau malah bubar. Ada dua kemungkinan ketika peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya namun tidak ada respon. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mereka sudah mengerti apa yang disampaikan oleh guru atau mereka tidak mengerti sama sekali. Kita tidak berharap hal tersebut terjadi.
Berdasarkan ketiga permasalahan pokok terkait pembelajaran sejarah di berbagai jenjang pendidikan tersebut setidaknya ada tiga alternatif solusi yang bisa dilakukan, yakni :
Pertama, Guru harus tampil menjadi sosok insiprator bagi peserta didik. Guru harus berusaha tampil energik dan bersemangat tatkala pembelajaran sejarah berlangsung. Hal ini akan menimbulkan semacam ketertarikan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, guru harus berusaha untuk merubah mindset peserta didik terhadap mata pelajaran sejarah.
Kedua, Guru pun tidak boleh kalah dengan peserta didiknya. Ia harus senantiasa mengasah kemampuannya dalam menceritakan peristiwa- peristiwa sehingga terkesan tidak membuat bosan. Guru pun harus menjadi pembelajar sejati dengan selalu menambah khazanah wawasan tentang sejarah baik itu dari literatur yang ada ataupun dari benda- benda yang memiliki nilai sejarah. Tidak ada alasan untuk merasa cukup dengan pengetahuan yang dimiliki sejak zaman- zaman kuliah dulu. Karena sejarah itu tidak statis melainkan dinamis dan berkembang seiring perkembangan zaman.
Ketiga, kemampuan guru  dalam menguasai media pembelajaran mestinya ditingkatkan. Hal ini untuk memberikan variasi pembelajaran sehingga tidak monoton. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain :
a. Menggunakan media wayang, yakni guru seolah- olah menjadi dalang dan menampilkan sejarah, misalnya perjuangan para pahlawan dengan menarik dan atraktif di depan kelas.
b. Menggunakan media video atau film pendek, sehingga gaya belajar masing- masing siswa dapat terfasilitasi, baik yang kecenderungannya visual, auditorial maupun kinestetik. Namun, hal ini perlu didukung dengan fasilitas pembelajaran yang memadai seperti LCD Projector untuk menampilkan gambar.
c. Mengajak siswa mengunjungi museum atau tempat bersejarah lain untuk mengenal lebih dekat para tokoh yang selama ini hanya mereka kenal lewat buku teks pelajaran.
d. Guru membuat semacam peta konsep materi sejarah yang menarik sehingga memudahkan peserta didik untuk mengingatnya. Namun, hal ini sekali lagi menuntut daya kreatif sang guru.
e. Diadakan kuis- kuis secara berkala sehingga memicu siswa untuk membaca lebih banyak tentang sejarah, baik itu sejarah bangsa Indonesia sendiri maupun sejarah Internasional.
Semoga kualitas pembelajaran sejarah di Sekolah makin membaik dari hari ke hari. Kita berharap dengan baiknya sistem pengajaran sejarah di sekolah berpengaruh positif terhadap moralitas peserta didik. Dengan demikian, kita tidak khawatir meninggalkan generasi mendatang yang lemah dalam ilmu pengetahuan. Selanjutnya, kita berharap semoga generasi mendatang mampu meneladani sikap patriotisme para tokoh sejarah yang selama ini mereka pelajari. Dengan spirit itu kita berharap generasi mendatang akan tangguh dan siap berkontribusi pada bangsa. Tidak hanya itu, namun juga membuat harum Indonesia di kancah Internasional. Bukankah itu yang selalu kita harapkan ?
Referensi :
Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. 

Muhammad Irfan Ilmy (1206179)
Ilmu Pendidikan Agama Islam, FPIPS, UPI Bandung 

No comments: