Air Bah & Dongeng (Sejarah?) Dunia
Entahlah, akhir-akhir saya tertarik dengan sejarah dunia. Walapun memang sayang membaca pelajaran sejarah karena sejarah bagi saya adalah romantisme kehidupan manusia. Sebuah cerita, dalam peradaban manusia ternyata memiliki kesamaan intisari. Nah! karena judulnya soal air bah, maka itu bisa merujuk pada sebuah peristiwa besar di wilayah Sumeria (Iraq).
Tidak ada yang tidak mengenal Nuh, pria yang bertahan hidup dengan bahtera besarnya, menyelamatkan seluruh spesies yang ada di dunia. Nuh dalam kitab-kita suci agama besar disebut sebagai perwakilan Tuhan di bumi.
Nuh, pada cerita bangsa Sumeria (lihat Sejarah Dunia Kuno, Susan Wise Bauer) memiliki nama lain atau mungkin bisa dikatakan tokoh berbeda dengan cerita yang hampir sama yaitu Utnapisthim yang diceritakan dalam bahasa Akadia sebagai orang bijak. Utnapisthim mendapat bocoran rahasia langit dari Dewa Ea bahwa Ehil, raja para dewa berniat membasmi semua umat manusia dengan menumpahkan air ke bumi. Singkat cerita, pria bijak itu lolos dari musibah dengan bahtera besar bersama keluarga dan beberapa pasang binatang.
Pada versi Babilonia, kisah Nuh tertuang dalam puisi Atrahasis. Atrahasis adala seorang raja yang kemudian harus rela emlihat bawahannya mati tenggelam saat air bah turun ke bumi. Sebelum peristiwa besar itu terjadi, Atrahasis menjamu para bawahannya dengan makanan melimpah. Mungkin perjamuan itu bisa dikatakan sebagai ‘permajuan akhir’ oleh Atrahasis.
Cerita-cerita air bah ini bahkan hamoir sama dengan cerita banjir besar yang melanda bumi yang diceritakan diberbagai kebudayaan. Di Cina misalnya, seorang panglima pertang berhasil membuka pintu langit dan menumpahkan air yang banyak ke bumi dan hanya seorang ratu dan beberapa pengawalnya yang selamat. Lalu di India, Raju Manu mendapatkan infiormasi dari seekor ikan tentang akan datangnya banjir besar. Raja Manu diminta untuk membuat perahu besar. Alhasil air bah turun dan menyapu habis semua daratan.
Di Benua Amerika pun cerita-cerita soal air bah masuk dalah cerita-cerita rakyat setempat, seperti di suku Maya dan masyarakat kuno Peru. Namun yang menjadi pertanyaan awal adalah kenapa dari berbagai kebudayaan tersebut memiliki intisari yang sama soal air bah (dan mungkin juga Nuh?)
Jawaban pertama yang terlintas di kepala saya adalah kejadian air bah tersebut benar adanya dan orang-orang yang selamat dari kiamat dunia itu menceritakan kembali peristiwa itu dengan tokoh-tokoh yang berbeda dan dengan penambahan unsur-unsur mistis dan alur cerita baru di dalamnya.
Jawab selanjutnya adalah bencana banjir menjadi cerita sedih sejak masyarakat kuno. Bencana air besar akan menimbulkan luka yang dalam yang kemudian diceritakan dalam bentuk kisah untuk menguatkan masyarakat-masyarakat di masa depan tentang ganasnya air ah itu.
(Perlu dicatat! jawaban-jawaban tersebut merupakan hasil penalaran saya pribadi, Berani berasumsi tidak salah kan?)
Soal air bah dan bahtera Nuh adalah salah topik yang menarik dan klasik di dunia arkeolog. Tapi kadangkala saya berfikir, penemuan fosil binatang laut di puncak gunung atau di atas daratan-daratan yang jaraknya jauh dari pesisir bisa menjawab bahw dulunya dunia memang pernah digenangi air.
Taufiq R
Tidak ada yang tidak mengenal Nuh, pria yang bertahan hidup dengan bahtera besarnya, menyelamatkan seluruh spesies yang ada di dunia. Nuh dalam kitab-kita suci agama besar disebut sebagai perwakilan Tuhan di bumi.
Nuh, pada cerita bangsa Sumeria (lihat Sejarah Dunia Kuno, Susan Wise Bauer) memiliki nama lain atau mungkin bisa dikatakan tokoh berbeda dengan cerita yang hampir sama yaitu Utnapisthim yang diceritakan dalam bahasa Akadia sebagai orang bijak. Utnapisthim mendapat bocoran rahasia langit dari Dewa Ea bahwa Ehil, raja para dewa berniat membasmi semua umat manusia dengan menumpahkan air ke bumi. Singkat cerita, pria bijak itu lolos dari musibah dengan bahtera besar bersama keluarga dan beberapa pasang binatang.
Pada versi Babilonia, kisah Nuh tertuang dalam puisi Atrahasis. Atrahasis adala seorang raja yang kemudian harus rela emlihat bawahannya mati tenggelam saat air bah turun ke bumi. Sebelum peristiwa besar itu terjadi, Atrahasis menjamu para bawahannya dengan makanan melimpah. Mungkin perjamuan itu bisa dikatakan sebagai ‘permajuan akhir’ oleh Atrahasis.
Cerita-cerita air bah ini bahkan hamoir sama dengan cerita banjir besar yang melanda bumi yang diceritakan diberbagai kebudayaan. Di Cina misalnya, seorang panglima pertang berhasil membuka pintu langit dan menumpahkan air yang banyak ke bumi dan hanya seorang ratu dan beberapa pengawalnya yang selamat. Lalu di India, Raju Manu mendapatkan infiormasi dari seekor ikan tentang akan datangnya banjir besar. Raja Manu diminta untuk membuat perahu besar. Alhasil air bah turun dan menyapu habis semua daratan.
Di Benua Amerika pun cerita-cerita soal air bah masuk dalah cerita-cerita rakyat setempat, seperti di suku Maya dan masyarakat kuno Peru. Namun yang menjadi pertanyaan awal adalah kenapa dari berbagai kebudayaan tersebut memiliki intisari yang sama soal air bah (dan mungkin juga Nuh?)
Jawaban pertama yang terlintas di kepala saya adalah kejadian air bah tersebut benar adanya dan orang-orang yang selamat dari kiamat dunia itu menceritakan kembali peristiwa itu dengan tokoh-tokoh yang berbeda dan dengan penambahan unsur-unsur mistis dan alur cerita baru di dalamnya.
Jawab selanjutnya adalah bencana banjir menjadi cerita sedih sejak masyarakat kuno. Bencana air besar akan menimbulkan luka yang dalam yang kemudian diceritakan dalam bentuk kisah untuk menguatkan masyarakat-masyarakat di masa depan tentang ganasnya air ah itu.
(Perlu dicatat! jawaban-jawaban tersebut merupakan hasil penalaran saya pribadi, Berani berasumsi tidak salah kan?)
Soal air bah dan bahtera Nuh adalah salah topik yang menarik dan klasik di dunia arkeolog. Tapi kadangkala saya berfikir, penemuan fosil binatang laut di puncak gunung atau di atas daratan-daratan yang jaraknya jauh dari pesisir bisa menjawab bahw dulunya dunia memang pernah digenangi air.
Taufiq R
No comments:
Post a Comment