Air Mata Cinta dari Abu Bakar

Mari kita rehat sejenak dari kesibukan kita di dunia ini. Mari kita melembutkan hati dengan menyimak sekilas tentang cinta pemimpin umat sepeninggal Rasulullah ini. Mari kita tengok cintanya kepada rasul-Nya.
Dialah orang yang mendampingi Rasulullah dalam peristiwa hijrah bersejarah menuju Madinah. Tatkala kabar keberangkatan keduanya dari Mekah tercium oleh Kafir Quraisy, mereka pun melakukan pengejaran untuk menangkap dua orang yang mulia ini. Seorang Rasul dengan sahabat setianya. Dalam perjalanan, di tengah bahaya yang mencekam, di bawah terik matahari serta panas pasir dan kerikil gurun yang membuat tubuh kepayahan, Abu Bakar mengorbankan kepentingannya sendiri dan mendahulukan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah kehausan, Abu Bakar pun iba. Abu Bakar berkata:
اشْرَبْ يَا رَسُولَ اللهِ. فَشَرِبَ حَتَّى رَضِيتُ، ثُمَّ قُلْتُ: هَلْ أَنَى الرَّحِيلُ (1) .
قَالَ: فَارْتَحَلْنَا، وَالْقَوْمُ يَطْلُبُونَا، فَلَمْ يُدْرِكْنَا أَحَدٌ مِنْهُمْ إِلَّا سُرَاقَةُ بْنُ مَالِكِ بْنِ جُعْشُمٍ عَلَى فَرَسٍ لَهُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَذَا الطَّلَبُ قَدْ لَحِقَنَا. فَقَالَ: ” لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا ” حَتَّى إِذَا دَنَا مِنَّا فَكَانَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ قَدْرُ رُمْحٍ أَوْ رُمْحَيْنِ أَوْ ثَلاثَةٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَذَا الطَّلَبُ قَدْ لَحِقَنَا. وَبَكَيْتُ، قَالَ: ” لِمَ تَبْكِي؟ ” قَالَ: قُلْتُ: أَمَا وَاللهِ مَا عَلَى نَفْسِي أَبْكِي، وَلَكِنْ أَبْكِي عَلَيْكَ. قَالَ: فَدَعَا عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ” اللهُمَّ اكْفِنَاهُ بِمَا شِئْتَ “. فَسَاخَتْ قَوَائِمُ فَرَسِهِ إِلَى بَطْنِهَا فِي أَرْضٍ صَلْدٍ، وَوَثَبَ عَنْهَا،
“Minumlah wahai Rasulullah.’ Beliau pun meminumnya hingga aku merasa senang. Aku bertanya, ‘Saatnya pergi? ‘ akhirnya kami pergi. Dan kafir Quraisy terus memburu kami, tapi tidak ada yang bisa mengejar kami melainkan Suraqah bin Malik bin Ju’syum dengan kudanya. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, orang yang mengejar kita sudah ada di belakang kita. ‘ Beliau bersabda, ‘Engkau jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita. ‘ Hingga ia semakin dekat dan jarak antara kami dengannya hanya satu atau dua atau 3 tombak, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, orang ini sudah dekat, ‘ Aku pun menangis. Rasulullah bertanya, ‘Kenapa engkau menangis? ‘ Aku menjawab, ‘Demi Allah, aku menangis bukan karena khawatir dengan diriku, melainkan aku menangis karena mengkhawatirkan keselamatanmu. ‘ Rasulullah pun berdoa, ‘Ya Allah, lindungilah kami darinya dengan kehendak-Mu. ‘ Akhirnya terbenamlah kaki kuda tunggangan Suraqah ke dalam tanah sampai perutnya. ” (HR. Ahmad)
Perhatikanlah ucapannya: “beliau meminumnya hingga aku merasa senang ” Apa arti kalimat ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini?
Lalu perhatikanlah ucapannya: “Demi Allah, aku menangis bukan karena khawatir dengan diriku, melainkan aku menangis karena mengkhawatirkan keselamatanmu. ” Apa arti kalimat ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini?
Kemudian, mari kita alihkan pikiran kita ke hari penaklukan kota Mekah. Ketika itu Abu Quhafah, ayahanda Abu Bakar Ash-Shiddiq, masuk islam. Keislamannya terlambat dibandingkan penduduk Mekah yang lain. Ia sudah tua dan rabun matanya.
Abu Bakar pun berangkat bersama ayahnya menuju Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam untuk mengumumkan keislamannya dan membaiat Rasulullah.
Anas bin Malik bercerita:
فلما مدّ يده يبايعه بكى أبو بكر رضي الله عنه، فقال النبي صلى الله عليه وسلم «ما يبكيك؟» قال: لأن تكون يد عمك مكان يده ويسلم ويقر الله عينك يحب إليَّ من أن يكون
“Tatkala Abu Quhafah menyodorkan tangannya untuk membaiat Nabi, Abu Bakar pun menangis. Nabi bertanya kepadanya, ‘Apa yang membuatmu menangis? ‘ Abu Bakar menjawab, ‘Sungguh seandainya saja tangan pamanmu (Abu Tholib) lah yang menjabatmu sekarang, ia masuk islam dan Allah membuatmu senang, tentu lebih aku sukai dari pada tangannya (Abu Quhafah). ” (HR. Al-Hakim)
Subhanallah…Abu Bakar tahu kalau Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam sangat mengharapkan keislaman pamannya. Karena itu ia lebih gembira seandainya paman beliau (Abu Tholib) lah yang masuk islam ketika itu, bukan Abu Quhafah, ayahnya sendiri…
Apa arti semua ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini?
Kemudian, mari kita layangkan pikiran kita ke masa senja Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam, tatkala tanda-tanda dekatnya ajal mulai menghampiri beliau.
Abu Sa’id Al-Khudri bercerita bahwa Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam suatu hari pernah naik mimbar lalu bersabda:
عَبْدٌ خَيَّرَهُ اللهُ بَيْنَ أَنْ يُؤْتِيَهُ زَهْرَةَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، فَاخْتَارَ مَا عِنْدَهُ» فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ وَبَكَى، فَقَالَ: فَدَيْنَاكَ بِآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا، قَالَ فَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الْمُخَيَّرُ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا بِهِ، وَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي مَالِهِ وَصُحْبَتِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ، لَا تُبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ خَوْخَةٌ إِلَّا خَوْخَةَ أَبِي بَكْرٍ
“Ada seorang hamba yang diberikan pilihan oleh Allah antara Allah akan memberinya kemewahan dunia atau memberi sesuatu yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu memilih sesuatu yang ada di sisi-Nya. “
Abu Bakar pun menangis lalu berkata, “Kami bersedia menebus engkau dengan bapak dan ibu kami. ” Abu Said Al-Khudri berkata, ’Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam lah hamba yang telah diberikan pilihan itu. Dan Abu Bakar sendiri yang memberitahukan hal itu kepada kami. Lalu Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa bagiku baik dalam hartanya maupun dalam persahabatannya adalah Abu Bakar. Kalau saja aku boleh mengangkat seorang khalil, niscaya aku akan memilih Abu Bakar sebagai khalil. Akan tetapi cukuplah ia saudaraku seislam. Sungguh, jangan ada di mesjid ini sebuah pintu kecil pun kecuali pintu Abu Bakar. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Bakar menangisi dekatnya waktu berpisah antara dirinya dengan sahabatnya, kekasihnya dan Rasulnya, Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.
Apa arti semua ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini?
Inilah kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. Cinta yang begitu indah dan begitu tulus. Cintanya kepada Rasulullah tidak pudar dan tidak pernah terputus. Meskipun, itu sepeninggal beliau shollallahu ‘alaihi wasallam.
Mari kita simak berikut ini:
Abu Hurairah berkata:
سَمِعْتُ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْيَوْمِ مِنْ عَامِ الْأَوَّلِ، ثُمَّ اسْتَعْبَرَ أَبُو بَكْرٍ وَبَكَى، ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” لَمْ تُؤْتَوْا شَيْئًا بَعْدَ كَلِمَةِ الْإِخْلاصِ مِثْلَ الْعَافِيَةِ، فَاسْأَلُوا اللهَ الْعَافِيَةَ
Aku mendengar Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata di atas mimbar ini, “Aku mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam di hari ini di awal tahun ini….lalu meneteslah air mata Abu Bakar dan menangislah ia. Kemudian ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Kalian belum pernah diberikan setelah kalimat ikhlas semisal afiat, maka mintalah kepada Allah afiat. ” (HR. Ahmad)
Apa arti semua ini? Bukankah ini cinta? Apakah engkau merasakan indahnya cinta ini? 

Nugraha E

No comments: