Beberapa Keutamaan ‘Ali dan Mu’awiyah
Sebelumnya kita sudah mengetahui tentang
tragedi yang terjadi pada umat islam selepas terbunuhnya Khalifah Utsman
bin Affan. Dan kita juga sudah tahu tentang perselisihan yang terjadi
antara dua orang sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi
Sufyan ketika itu. Dan kita juga sudah tahu bagaimana seharusnya sikap
kita sebagai umat islam menyikapi perselisihan antara mereka
Setelah kita mengetahui semua itu,
ketahuilah, kedua-duanya merupakan sahabat Nabi yang mulia. Kedua-duanya
memiliki keutamaan dan jasa yang besar atas umat ini.
Apa sajakah keutamaan mereka?
Kita mulai dari Ali bin Abi Thalib.
1. Ia
adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
dari puteri beliau, Fathimah az-Zahra’ radhiyallahu anha.
2. Ia termasuk sahabat-sahabat Nabi yang mengikuti Bai’at Ridhwan.
Sedangkan orang yang mengikuti Bai’at
Ridhwan mendapatkan kabar gembira dari Rasulullah shollallahu’alaihi
wasallam yang bersabda:
لنْ يدخلَ النَّارَ أحدٌ بايعَ تحت الشَّجرةِ
“Tidak akan masuk neraka orang-orang yang ikut dalam bai’at di bawah sebuah pohon (yakni Bai‘at Ridhwan).” (HR. Tirmidzi)
3. Ia juga termasuk sahabat-sahabat Nabi yang mengikuti perang Badar.
Sedangkan orang yang mengikuti perang Badar
mendapatkan kabar gembira dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
dalam sabdanya:
وما يدريك لعل الله قد اطلع على أهل بدر فقال اعملوا ما شئتم فقد غفرت لكم
“Tahukah kamu, sesungguhnya Allah telah
mengetahui apa yang akan dilakukan oleh para peserta perang Badar. Allah
mengatakan, ‘Lakukanlah sesukamu sesungguhnya Aku telah mengampuni
kamu. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Ia juga
sahabat Nabi yang mendapat pujian Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam
tatkala beliau berkhutbah di hari kedelapan belas Dzulhijjah pada haji
wada’ di tempat yang bernama Ghadir Khum:
مَنْ كُنْتُ مَوْلاَهُ فَعَلِىٌّ مَوْلاَهُ
“Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai walinya maka sesungguhnya ia telah menjadikan Ali sebagai walinya.“ (HR. Ahmad)
Masih banyak lagi keutamaan beliau. Dan rasanya
teman-teman sebagian sudah tahu. Karena sahabat Nabi ini sudah begitu
popular di tengah-tengah kita. Jadi tidak perlu saya memperpanjang lagi
Berbeda dengan sahabat yang kedua ini yaitu Muawiyah. Mungkin banyak di antara kita yang belum mengetahui keutamaannya.
Muawiyah bin Abi Sufyan…
1. Ia
merupakan sahabat dan juga ipar Nabi. Sebab, saudarinya yaitu Ummu
Habibah merupakan istri Rasulullah. Dan istri Nabi adalah ibu kaum
mukminin, berarti Muawiyah adalah paman kaum mukminin.
2. Selain itu ia merupakan orang yang dipercaya Rasulullah untuk menulis wahyu tatkala turun kepada beliau.
3. Ia merupakan orang yang telah didoakan oleh Nabi:
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا وَاهْدِ بِهِ
“Ya Allah, jadikanlah ia (Mu’awiyah) sebagai
pembimbing dan terbimbing, serta berilah hidayah (kepada manusia)
melalui perantaraannya.” (HR. Tirmidzi).
Dan juga orang yang telah didoakan oleh Nabi:
اللَّهُمَّ عَلِّمْ مُعَاوِيَةَ الْكِتَابَ وَالْحِسَابَ وَقِهِ الْعَذَابَ
“Ya Allah, ajarkanlah Mu’awiyah al-kitab dan perhitungan, serta peliharalah dia dari siksaan.” (HR. Ahmad)
Bukankah doa Nabi makbul?
Makanya sahabat Nabi, Ibnu Abbas pun mengakui kedalaman ilmu Muawiyah.
Disebutkan dalam Shahih Bukhari dari Ikrimah, ia berkata kepada Ibnu Abbas:
إن معاوية أوتر بركعة
“Sesungguhnya Muawiyah melakukan witir dengan satu rakaat. ” Ibnu Abbas pun menjawab:
إنه فقيه
“Dia orang yang faqih. ” dalam riwayat lain:
إنه صحب رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم
“Dia pernah bersahabat dengan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. ”
Bahkan, Ali bin Abi Thalib pun mengakui keilmuan Muawiyah. Sepulang dari perang Shifin Ali berkata:
أيُّها الناس، لا تكوهوا إمارة معاوية إنه لو فقدتموه لقد رأيتم الرؤوس تَنْزُو مِنْ كَوَاهِلِهَا كَالْحَنْظَلِ
“Wahai sekalian manusia, janganlah kalian membenci
kepemimpinan Mu’awiyah karena sesungguhnya kalau kalian kehilangan
Mu’awiyah, niscaya kalian akan melihat kepala-kepala manusia terlepas
dari badan-badan seperti buah hanzhal. ” (Al-Bidayah wa Nihayah juz 6 hal 256).
4. Muawiyah juga mendapatkan kabar gembira dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda:
أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ البَحْرَ قَدْ أَوْجَبُوا
“Pasukan pertama dari umatku yang berperang di laut, telah dipastikan bagi mereka (tempat di Surga).” (HR. Bukhari)
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
قال المهلّب : في هذا الحديث منقبة لمعاوية لأنه أول من غزا البحر
Al-Muhallib berkata, “Dalam hadits ini terdapat
keutamaan Mu’awiyah karena beliaulah orang pertama yang berperang dengan
armada laut. “ (Fathul Bari juz 6 hal 102)
Umar bin Abdil’Aziz atau Mu’awiyah bin Abi Sufyan?
Kita semua tentu sudah tahu bagaimana
keutamaan Umar bin Abdil ‘Aziz. Keadilan, ketegasan dan kesalehan beliau
tidak tertandingi oleh siapapun pemimpin setelahnya. Namun, jika
dibandingkan dengan Muawiyah, siapa yang lebih baik? Umar bin Abdil’Aziz
atau Muawiyah?
Seorang Ulama Tabi’in yang masyhur yaitu Abdullah bin Mubarak ditanya:
أيهما أفضل معاوية بن أبي سفيان ، أم عمر بن عبد العزيز ؟
“Siapa yang lebih utama, Mu’awiyah bin Abi Sufyan atau Umar bin Abdil Aziz?”
Ibnul Mubarak menjawab:
والله إن الغبار الذي دخل في أنف
معاوية مع رسول الله صلى الله عليه وسلم أفضل من عمر بألف مرة ، صلَّى
معاوية خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقال : سمع الله لمن حمده ،
فقال معاوية : ربنا ولك الحمد ، فما بعد هذا ؟ .
“Demi Allah, sungguh debu yang masuk ke
hidung Mu’awiyah bersama Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam lebih
baik beribu-ribu kali daripada Umar (bin Abdil’Aziz). Mu’awiyah telah
shalat di belakang Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam. Nabi
mengucapkan:“Sami’allahu liman hamidah” (Allah
mendengarkan orang yang memuji-Nya) lalu Muawiyah menjawab, “Robbana
walakal hamd.” (Wahai Rabb kami bagi-Mu lah pujian)” Apa ada (keutamaan
lebih besar) setelah ini? ” (Wafayatul A’yan juz 3 hal 33)
Al Jarrah al Maushili berkata: Saya pernah
mendengar seorang lelaki bertanya kepada Al-Mu’aafa bin Imran: “Wahai,
Abu Mas’ud, bagaimanakah kedudukan Umar bin Abdul Aziz dibandingkan
dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan?” Mendengar perkataan itu, ia marah
besar dan berkata:
لا يقاس بأصحاب محمد صلى الله عليه وسلم أحد ، معاوية رضي الله عنه كاتبه وصاحبه وصهره وأمينه على وحيه عز وجل،
وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوا
لِي أَصْحَابِي وَأَصْهَارِي فَمَنْ سَبَّهُمْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Sahabat Nabi Muhamad shollallahu ‘alaihi
wasallam tidak dapat dibandingkan dengan siapapun. Mu’awiyah-semoga
Allah meridhoinya-adalah penulis Nabi, sahabat beliau, ipar beliau, dan
orang kepercayaan beliau dalam menulis wahyu Allah Azza wa Jalla,
sedangkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
“Jangan ganggu para sahabat dan iparku, karena siapa yang memaki mereka,
maka atasnya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia. ” (Asy-Syariah
juz 5 hal 2466 )
Jadi, kedudukan seorang yang beriman dan bertemu dengan Nabi bukanlah remeh. Ia mendapatkan posisi yang mulia, walaupun bertemunya hanya sesaat.
Makanya Imam Ahmad berkata:
فأدناهم صُحْبَة أفضل من الْقرن
الَّذِي لم يروه وَلَو لقوا الله بِجَمِيعِ الْأَعْمَال كَانَ هَؤُلَاءِ
الَّذين صحبوا النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم ورأوه وسمعوا مِنْهُ أفضل
لصحبتهم من التَّابِعين وَلَو عمِلُوا كل أَعمال الْخَيْر
“Orang yang paling sebentar menyertai Nabi di
antara para sahabat beliau itu lebih baik dibandingkan orang-orang yang
belum pernah melihat beliau walaupun mereka bertemu dengan Allah di
hari kiamat membawa seluruh amalan. Mereka orang yang bersahabat dengan
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, melihat beliau dan mendengar
perkataan beliau lebih baik daripada Tabi’in dikarenakan persahabatan
mereka dengan beliau, walaupun Tabi’in itu melakukan seluruh amalan
baik. ” (Ushul As-Sunnah)
Semoga dengan tulisan ini kita bisa menempatkan para sahabat Rasulullah semestinya sesuai posisi mereka.
No comments:
Post a Comment