Bukti Kanibalisme yang Membuat Anda Bergidik
Kanibalisme terjadi didorong karena bencana kelaparan melanda Jamestown tahun 1609 - 1610.
Rekonstruksi wajah dari Jane, korban kanibalisme di Jamestown yang berusia 14 tahun. Kondisi tahun 1609 -1610 di Jamestown memaksa warganya untuk memakan satu sama lain. (Don Hurlbert, Smithsonian; art by StudioEIS)
Bukti fisik pertama kanibalisme yang dilakukan oleh para koloni Inggris di Jamestown, Virginia, Amerika Serikat ditemukan pada sebuah komplek permukiman pertama. Arkeolog menduga kanibalisme terjadi didorong karena bencana kelaparan melanda Jamestown tahun 1609 - 1610.
Tim arkeolog dari The Smithsonian Museum of Natural History, Historic Jamestowne, dan The Colonial Williamsburg Foundation mengumumkan bukti kanibalisme ini untuk dipamerkan di The Archaearium at Historic Jamestown, AS, pada (3/5).
Direktur Arkelogi di Historic Jamestowne, William Kelso, mengatakan bahwa sebelumnya ada lima catatan sejarah yang menulis referensi mengenai adanya fenomena kanibalisme yang dilakukan penduduk awal Jamestown. Namun, ini merupakan bukti yang pertama kali ditemukan.
Penelitian bermula dari penemuan bagian tengkorak dan tulang kering seorang gadis Inggris berusia 14 tahun, yang ditengarai sebagai korban pembantaian, dan kemudian dijuluki "Jane". Peneliti juga menemukan sisa-sisa tulang dari abad ke 17 di tempat sampah pada ruang bawah tanah di sebuah bangunan yang dibangun tahun 1608 di James Fort.
Kemudian Kelso berdiskusi dengan Doug Owsley, Kepala Antropologi Fisik di The Smithsonian Museum of Natural History untuk menganalisa apakah sisa-sisa tulang tersebut merupakan hasil pembunuhan atau kanibalisme. Owsley, menjelaskan bahwa terdapat potongan dan bekas luka di tengkorak Jane yang dilakukan oleh satu atau lebih penyerang, pasca ia tewas.
"Mereka sangat tertarik pada daging di pipi, otot-otot wajah, lidah, dan otak, sementara rambut Jane tidak lepas," jelas Owsley. Bagian belakang otak Jane retak dan terbuka, yang diduga akibat pukulan keras menggunakan kapak. Sementara banyak luka di sepanjang rahang bawah diduga menggnakan pisau tajam untuk menghilangkan bagian tenggorokan dan lidah.
Dari potongan-potongan daging tampak bahwa ini bukan dilakukan oleh tukang daging yang berpengalaman. "Keputusasaan dan situasi luar biasa yang dihadapi oleh para penjajah James Fort selama musim dingin 1609-1610 tercermin dalam otopsi gadis ini (Jane)," tambah Owsley.
Makan apa saja
Menurut Horn, Jane kemungkinan datang ke Jamestown pada Agustus 1609 bersama enam kapal lain dari Inggris. Perjalanan mereka yang terhantam badai makin terasa merana karena suplai makanan terbuang di laut.
Sebelum Jane dan rekan-rekannya datang, sekitar 300 para penghuni Jamestown sudah lebih dulu kelaparan dan terpapar penyakit. Situasi memanas karena hubungan para penghuni ini dengan kaum Indian setempat, Powhatan, berjalan buruk.
Pemimpin koloni, Kapten John Smith, malah kabur dan meninggalkan kaumnya dalam kondisi tidak pasti. November 1609, kaum Indian Powhatan melancarkan perang pada kaum pendatang ini hingga membuat, "Kondisi semakin amat sangat putus asa," kata James Horn, Wakil Presiden Riset dari The Colonial Williamsburg Foundation.
Jane dan penghuni Jamestown kehabisan makanan, hingga akhirnya memakan kuda, anjing, dan kucing. Warga ini kemudian juga terpaksa mengonsumi tikus dan ular. Beberapa bahkan memakan sepatu boot atau apapun yang mengandung kulit.
Ini dilakukan karena usaha mereka mencari makanan di hutan selalu berakhir dengan pembunuhan oleh kaum Indian Powhatan. Semua ini menurut kesaksian tulisan dari George Percy, pemimpin pengganti John Smith.
"Tak ada yang tersisa untuk mempertahankan hidup, selain untuk menggali mayat dan memakannya. Beberapa orang sampai menjilat darah yang jatuh dari rekan yang melemah," tulis Percy.
Hingga musim semi tahun 1610, hanya sekitar 60 orang warga Jamestown yang selamat. Tapi hingga sekrang belum diketahui berapa banyak yang dikanibal sesama warga.
(Umi Rasmi/Zika Zakiya. National Geographic News)
Tim arkeolog dari The Smithsonian Museum of Natural History, Historic Jamestowne, dan The Colonial Williamsburg Foundation mengumumkan bukti kanibalisme ini untuk dipamerkan di The Archaearium at Historic Jamestown, AS, pada (3/5).
Direktur Arkelogi di Historic Jamestowne, William Kelso, mengatakan bahwa sebelumnya ada lima catatan sejarah yang menulis referensi mengenai adanya fenomena kanibalisme yang dilakukan penduduk awal Jamestown. Namun, ini merupakan bukti yang pertama kali ditemukan.
Penelitian bermula dari penemuan bagian tengkorak dan tulang kering seorang gadis Inggris berusia 14 tahun, yang ditengarai sebagai korban pembantaian, dan kemudian dijuluki "Jane". Peneliti juga menemukan sisa-sisa tulang dari abad ke 17 di tempat sampah pada ruang bawah tanah di sebuah bangunan yang dibangun tahun 1608 di James Fort.
Kemudian Kelso berdiskusi dengan Doug Owsley, Kepala Antropologi Fisik di The Smithsonian Museum of Natural History untuk menganalisa apakah sisa-sisa tulang tersebut merupakan hasil pembunuhan atau kanibalisme. Owsley, menjelaskan bahwa terdapat potongan dan bekas luka di tengkorak Jane yang dilakukan oleh satu atau lebih penyerang, pasca ia tewas.
"Mereka sangat tertarik pada daging di pipi, otot-otot wajah, lidah, dan otak, sementara rambut Jane tidak lepas," jelas Owsley. Bagian belakang otak Jane retak dan terbuka, yang diduga akibat pukulan keras menggunakan kapak. Sementara banyak luka di sepanjang rahang bawah diduga menggnakan pisau tajam untuk menghilangkan bagian tenggorokan dan lidah.
Dari potongan-potongan daging tampak bahwa ini bukan dilakukan oleh tukang daging yang berpengalaman. "Keputusasaan dan situasi luar biasa yang dihadapi oleh para penjajah James Fort selama musim dingin 1609-1610 tercermin dalam otopsi gadis ini (Jane)," tambah Owsley.
Makan apa saja
Menurut Horn, Jane kemungkinan datang ke Jamestown pada Agustus 1609 bersama enam kapal lain dari Inggris. Perjalanan mereka yang terhantam badai makin terasa merana karena suplai makanan terbuang di laut.
Sebelum Jane dan rekan-rekannya datang, sekitar 300 para penghuni Jamestown sudah lebih dulu kelaparan dan terpapar penyakit. Situasi memanas karena hubungan para penghuni ini dengan kaum Indian setempat, Powhatan, berjalan buruk.
Pemimpin koloni, Kapten John Smith, malah kabur dan meninggalkan kaumnya dalam kondisi tidak pasti. November 1609, kaum Indian Powhatan melancarkan perang pada kaum pendatang ini hingga membuat, "Kondisi semakin amat sangat putus asa," kata James Horn, Wakil Presiden Riset dari The Colonial Williamsburg Foundation.
Jane dan penghuni Jamestown kehabisan makanan, hingga akhirnya memakan kuda, anjing, dan kucing. Warga ini kemudian juga terpaksa mengonsumi tikus dan ular. Beberapa bahkan memakan sepatu boot atau apapun yang mengandung kulit.
Ini dilakukan karena usaha mereka mencari makanan di hutan selalu berakhir dengan pembunuhan oleh kaum Indian Powhatan. Semua ini menurut kesaksian tulisan dari George Percy, pemimpin pengganti John Smith.
"Tak ada yang tersisa untuk mempertahankan hidup, selain untuk menggali mayat dan memakannya. Beberapa orang sampai menjilat darah yang jatuh dari rekan yang melemah," tulis Percy.
Hingga musim semi tahun 1610, hanya sekitar 60 orang warga Jamestown yang selamat. Tapi hingga sekrang belum diketahui berapa banyak yang dikanibal sesama warga.
(Umi Rasmi/Zika Zakiya. National Geographic News)
No comments:
Post a Comment