Chichen Itza nan Erotis di Lereng Lawu
Kompleks Candi Sukuh dibangun di sebuah pelataran puncak bukit. Candi induknya terletak di teras ketiga. Alas Candi Induk berdenah segi empat. Makin ke atas makin kecil, membentuk Trapesium. Di puncak candi terdapat bangunan berbentuk kubus. Ada tangga naik di depan untuk menuju puncak melalui sebuah lubang diatap badan dan atap candi. Tangga naik hanya cukup dilalui satu orang.
Sepintas, candi ini mirip Chichen Itza. Situs kuno peradaban Suku Maya di Semenanjung Yucatan, Mexico, Amerika Selatan. Boleh dikatakan Candi Sukuh adalah miniatur Chichen Itza, karena Candi Sukuh tingginya “hanya” sekitar 6 meter. Chichen Itza 24 meter! Jadi, tidak perlu ke Mexico untuk melihat “Chichen Itza” karena di Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah sudah ada miniaturnya.
Candi Sukuh, selain berciri sebagai punden berundak, tapi juga mirip dengan piramida yang terpancung puncaknya. Candi punden berundak menjadi trend di masa akhir Majapahit. Terjadi gejala Millenarisme dengan membangun Candi Punden Berundak di Gunung-Gunung. Ini sebagai bentuk pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dipercaya bersemayam di gunung. Jika memang Candi Sukuh dibangun pada masa akhir masa Majapahit, sekitar abad ke-15 tentu sangat jauh dengan masa pembangunan Chichen Itza yang konon didirikan 800 tahun sebelum masehi. Lalu mengapa dua situs itu memiliki kesamaan? Apakah Candi Sukuh juga mendapat pengaruh kebudayaan Maya? Perlu kajian mendalam untuk menjawabnya.
Chichen Itza dibangun sebagai tempat pemujaan dan persembahan Suku Maya. Disamping itu, suku Maya juga dikenal diseantero jagad sebagi trah manusia yang cakap di bidang penanggalan dan astronomi. Bilamana Chichen Itza dan bangunan disekitarnya juga sangat berhubungan dengan ilmu astronomi. Bagaimana dengan Candi Sukuh? Apakah juga ada kaitannya dengan ilmu perbintangan? Ini juga perlu penelitian yang tidak mudah. Memang biasanya, kebudayaan berunsur Megalith, sering dihubungkan dengan ilmu astronomi. Stonehenge di Wiltshire, Inggris misalnya. Hmmm…..Candi Sukuh yang penuh misteri!
Kompleks Candi Sukuh dibangun secara bertingkat (berteras). Di Teras I terdapat sebuah Gapura. Kondisinya masih lumayan bagus. Gapura di Teras II kondisinya memprihatinkan. Gapuranya hampir runtuh. Namun, masih ada bekas arca dwarapala sebagai penjaga pintunya. Lalu naik lagi ke Teras III. Di Teras III inilah Candi Sukuh berada. Sebelum ke Candi Induk, sebaiknya menimati tinggalan di tersa III. Di pelatarannya banyak dijumpai beberapa artefak kuno yang sangat menggoda. Jika dari tampilannya saja Candi Sukuh sudah menyisakan banyak pertanyaan, maka artefak dan ornamen-ornamen di Candi Sukuh juga menyajikan sejuta cerita yang penuh gelora . Erotisme tanpa tedeng aling-aling dimunculkan secara vulgar oleh para Silpin-nya (pemahat arca).
Namun diantara beberapa ornamen kuno itu, paling menarik perhatin saya adalah relief Bima Suci yang berukuran agak besar di sisi kanan depan Candi Induk. Sepintas, nampak seperti tapal kuda. Begitu dicermati, saya lebih sepakat bahwa relief ini adalah sebuah Rahim. Menggambarkan proses pembuahan dan kelahiran yang terjadi dalam dan dari rahim seorang ibu. Mungkin para Silpin ingin menyampaikan pesan bahwa tidak ada ibu yang jahat. Semua anak yang dilahirkan adalah sama. Suci. Alam, lingkungan dan masyarakat sekitarnyalah yang akan menjadikannya sosok yang baik atau sosok yang jahat.
Teguh H
No comments:
Post a Comment