Cikal bakal adat dan ajaran Islam Simeulue dari Minang?

Budaya dan ajaran Islam yang disebarkan Teungku Diujung identik dengan adat istiadat penduduk

Minangkabau.
Ilustrasi ulama Minangkabau.@republika.co.id
BENANG merah asal muasal adat istiadat serta ajaran Islam di Simeulue didominasi pengaruh budaya Sumatera Barat. Sementara sisanya merupakan campuran beberapa budaya di Sumatera seperti Jawa dan Sulawesi.
Ketua Majelis Adat Aceh atau MAA Simeulue Djaelani mengatakan pada abad ke 15 seorang Khaliullah yang dikenal sebagai Teungku Diujung asal Minangkabau (sekarang Sumatera Barat), merantau ke Aceh. Dia hendak menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
"Waktu itu Sumatera Barat masih dalam kekuasaan Sultan Aceh maka setiap yang akan berangkat ke Mekah harus melapor ke Aceh," kata Djaelani.
Setelah melapor kepada Sultan Aceh, Teungku Diujung justru diperintahkan untuk mengislamkan penduduk Pulau Simeulue yang belum memeluk ajaran Islam. Budaya dan ajaran Islam yang disebarkan Teungku Diujung identik dengan adat istiadat penduduk Minangkabau.
"Maka otomatis praktek sehari-hari pada saat itu mengikuti gaya Padang (Minangkabau) hingga sekarang," ujar Djaelani.
Di Simeulue, kata Djaelani, ditemukan tiga adat istiadat namun 60 persennya didominasi adat Sumatera Barat. Adat tersebut seperti adat istiadat Devayan yang berada di Simeulue Timur, Teupah Barat, Teupah Selatan dan Teupah Tengah.
Selain itu, kata Djaelani, di Simeulue juga terdapat adat istiadat Simolol yang berada di bagian tengah Pulau Simeulue yaitu Kecamatan Simeulue Tengah, Teluk Dalam dan Kecamatan Simeulue Cut. Sedangkan adat Barat, kata Djaelani, berada di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang. Adat Barat tersebut dinamakan sesuai dengan lokasi penyebaran kebudayaan tersebut di daerah barat kepulauan Simeulue.[](bna)

No comments: