Krisis Ulama. Ini Antisipasinya (Bagian-3, habis)
Kaderisasi ulama harus diarahkan untuk menciptakan ulama intelektual.
Dan, ilmu keagamaan ini sebenarnya masih sangat mentah. Para santri perlu meracik ilmu tersebut agar bisa dikontekstualisasikan.
Said pun tidak mempermasalahkan jika saat ini ulama tidak lagi hanya lulusan pesantren. Ulama memang harus dilengkapi ilmu agama, tapi yang paling penting adalah memperbarui metodologi.
“Santri juga perlu memahami metodologi itu, termasuk cara dakwah. Dan, itu hanya bisa didapat di perguruan tinggi, bukan di pesantren,” ujarnya.
Menurut Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof KH Satori Ismail, standar lulusan ponpes tradisional memiliki karakter sendiri yang tak bisa disamakan dengan pesantren modern.
Jika standar ulama hanya didasarkan pada lulusan pesantren tradisional, ungkap doktor dari Universitas Islam Madinah Arab Saudi ini, akan jadi masalah.
Di tengah arus globalisasi dan perkembangan informasi saat ini, ungkap Satori, ulama tidak hanya diukur dari kemampuan agama yang mendalam atau pemahaman kitab kuning yang tinggi.
Tapi bagaimana ulama dapat menyampaikan isi ajaran Islam melalui metodologi dakwah yang tepat. Karena itu, kata dia, dibutuhkan ilmu-ilmu umum yang mumpuni juga, termasuk wacana keilmuan terkini.
Satori mengatakan kaderisasi para ulama harus diarahkan pada bagaimana menciptakan ulama intelektual. Program keulamaan juga harus diarahkan untuk menjadikan ulama sebagai sosok yang profesional dan terampil, tidak hanya terpaku pada masalah agama.
Redaktur : Damanhuri Zuhri |
No comments:
Post a Comment