Menangkis serangan Majapahit dan pengorbanan Putri Lindung Bulan
Sumpah Palapa Patih Gajah Mada menaklukkan seluruh nusantara berhasil dihentikan pasukan Negeri Beunua Teumieng. Semuanya berawal dari pengorbanan Putri Lindung Bulan.
NEGERI Beunua Teumieng merupakan negara bagian Kerajaan Islam Perlak yang kemudian meleburkan diri di bawah Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1524. Kegigihan pasukan Benua Teumieng di bawah panji Islam melawan penjajahan Kerajaan Majapahit kini dinukilkan dalam catatan sejarah kerajaan-kerajaan di Aceh.
Berdasarkan catatan Ali Hasjmy dalam buku Wanita Aceh; Negarawan dan Panglima Perang menuliskan bahwa serangan Majapahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada terjadi pada tahun 1377 Masehi atau 779 Hijriah. Saat itu Angkatan Perang Majapahit yang telah menduduki Pulau Kampey (Pulau Sampou) di bawah panglimanya Patih Nala, mengirim utusan kepada Raja Muda Sedia di Kota Masmani.
Utusan Majapahit ini meminta agar Negeri Beunua Teumieng tunduk di bawah kekuasaan Majapahit. Selain itu, Patih Nala juga meminta Putri Lindung Bulan diserahkan kepada Prabu Rajasanagara Hayam Wuruk sebagai kembang mas (persembahan).
Putri Lindung Bulan atau sering disebut Putri Sri Kande Negeri merupakan putri Raja Muda Sedia. Putri ini sering membantu ayahnya dalam segala urusan negara. Kedudukannya ibarat Perdana Menteri di Negeri Benua Teumieng.
Permintaan ini jelas ditolak oleh Raja Muda Sedia. Apalagi dirinya merupakan seorang muslim yang tidak mungkin tunduk di bawah kekuasaan Majapahit yang non muslim. Penolakan ini dianggap sebagai pembangkangan oleh Majapahit. Patih Nala kemudian mengirim pasukan terkuatnya untuk menaklukkan Negeri Beunua.
Pasukan Patih Nala berhasil dibendung oleh prajurit Negeri Beunua Teumieng di Kota Masmani yang dipimpin Laksamana Kantom Mano. Sayangnya pasukan Teumieng tidak dapat menahan lebih lama serangan besar-besaran tersebut yang menyebabkan Kota Masmani berhasil direbut saat itu.
Raja Muda Sedia dengan permaisurinya dapat melarikan diri berkat bantuan pengawal istana ke Kota Peunaron. Namun Putri Lindung Bulan urung kabur dan membiarkan dirinya ditawan Patih Nala.
Mengetahui Putri Lindung Bulan menjadi tawanan, pasukan Negeri Beunua Teumieng kembali merapatkan barisan. Mereka menyerang Kota Masmani yang sudah diduduki pasukan Majapahit dan berhasil merebut kembali ibukota kerajaan tersebut. Serangan itu dilaksanakan tengah malam dan dipimpin Laksamana Kantom Mano.
Serangan pasukan Teumieng ini berhasil membebaskan Masmani dari jajahan Majapahit dan melepaskan Putri Lindung Bulan. Bahkan mereka berhasil mendesak pasukan Majapahit ke laut dan lari tunggang langgang karena terkejut dengan taktik militer Laksamana Kantom Mano.
Kegagalan ini membuat Patih Nala kesal. Dia kemudian merencanakan serangan keduanya ke Negeri Beunua Teumieng dan Kerajaan Islam Perlak serta Kerajaan Islam Samudera Pasai. Serangan ini berhasil ditahan oleh pasukan Kerajaan Islam Perlak dan Kerajaan Islam Samudera Pasai.
Di tengah gencarnya peperangan, Patih Nala mendapat kabar bahwa Rajasanagara Hayam Wuruk meninggal dunia. Semangat berperangnya jadi luluh dan dengan mudah strategi militernya diberangus oleh pasukan Islam Samudera Pasai dan Perlak. Patih Nala bersama sisa pasukan akhirnya kembali ke tanah Jawa. []
Wanita Aceh; Negarawan dan Panglima Perang karangan Ali Hasjmy
Berdasarkan catatan Ali Hasjmy dalam buku Wanita Aceh; Negarawan dan Panglima Perang menuliskan bahwa serangan Majapahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada terjadi pada tahun 1377 Masehi atau 779 Hijriah. Saat itu Angkatan Perang Majapahit yang telah menduduki Pulau Kampey (Pulau Sampou) di bawah panglimanya Patih Nala, mengirim utusan kepada Raja Muda Sedia di Kota Masmani.
Utusan Majapahit ini meminta agar Negeri Beunua Teumieng tunduk di bawah kekuasaan Majapahit. Selain itu, Patih Nala juga meminta Putri Lindung Bulan diserahkan kepada Prabu Rajasanagara Hayam Wuruk sebagai kembang mas (persembahan).
Putri Lindung Bulan atau sering disebut Putri Sri Kande Negeri merupakan putri Raja Muda Sedia. Putri ini sering membantu ayahnya dalam segala urusan negara. Kedudukannya ibarat Perdana Menteri di Negeri Benua Teumieng.
Permintaan ini jelas ditolak oleh Raja Muda Sedia. Apalagi dirinya merupakan seorang muslim yang tidak mungkin tunduk di bawah kekuasaan Majapahit yang non muslim. Penolakan ini dianggap sebagai pembangkangan oleh Majapahit. Patih Nala kemudian mengirim pasukan terkuatnya untuk menaklukkan Negeri Beunua.
Pasukan Patih Nala berhasil dibendung oleh prajurit Negeri Beunua Teumieng di Kota Masmani yang dipimpin Laksamana Kantom Mano. Sayangnya pasukan Teumieng tidak dapat menahan lebih lama serangan besar-besaran tersebut yang menyebabkan Kota Masmani berhasil direbut saat itu.
Raja Muda Sedia dengan permaisurinya dapat melarikan diri berkat bantuan pengawal istana ke Kota Peunaron. Namun Putri Lindung Bulan urung kabur dan membiarkan dirinya ditawan Patih Nala.
Mengetahui Putri Lindung Bulan menjadi tawanan, pasukan Negeri Beunua Teumieng kembali merapatkan barisan. Mereka menyerang Kota Masmani yang sudah diduduki pasukan Majapahit dan berhasil merebut kembali ibukota kerajaan tersebut. Serangan itu dilaksanakan tengah malam dan dipimpin Laksamana Kantom Mano.
Serangan pasukan Teumieng ini berhasil membebaskan Masmani dari jajahan Majapahit dan melepaskan Putri Lindung Bulan. Bahkan mereka berhasil mendesak pasukan Majapahit ke laut dan lari tunggang langgang karena terkejut dengan taktik militer Laksamana Kantom Mano.
Kegagalan ini membuat Patih Nala kesal. Dia kemudian merencanakan serangan keduanya ke Negeri Beunua Teumieng dan Kerajaan Islam Perlak serta Kerajaan Islam Samudera Pasai. Serangan ini berhasil ditahan oleh pasukan Kerajaan Islam Perlak dan Kerajaan Islam Samudera Pasai.
Di tengah gencarnya peperangan, Patih Nala mendapat kabar bahwa Rajasanagara Hayam Wuruk meninggal dunia. Semangat berperangnya jadi luluh dan dengan mudah strategi militernya diberangus oleh pasukan Islam Samudera Pasai dan Perlak. Patih Nala bersama sisa pasukan akhirnya kembali ke tanah Jawa. []
Wanita Aceh; Negarawan dan Panglima Perang karangan Ali Hasjmy
No comments:
Post a Comment