Menjawab Tuduhan Penginjil: Nabi Muhammad Mencontek Bibel?
A. Ahmad Hizbullah MAG
Untuk mengkristenkan umat Islam, para penginjil kembali merilis website kristenisasi berkedok Islam dengan alamat domain yang sangat menipu: www.####quran.com. Tipuan ini disempurnakan dengan memajang slogan islami dua bahasa di headernya: “Read A Qur’an Day, La Tahriquu bal iqra’u al-Qur’an was-siirah wal-hadits!”
Dengan kedok Islam itulah mereka mengobral postingan yang seluruhnya melecehkan, menghujat, mengadili dan menodai Al-Qur’an dan Nabi Muhammad. Anehnya, penodaan agama ini dilakukan untuk mengagung-agungkan Yesus, Bibel dan doktrin Kristen. Dalam nama Yesus mereka membabi buta menghina agama lain demi misi kristenisasi.
Salah satu trik murahan penginjil untuk meyakinkan kebenaran Bibel adalah menuduh Nabi Muhammad melakukan plagiat (mencontek) ayat-ayat Bibel. Dalam artikel berjudul “Muhammad Nyontek Doa Yesus,” mereka menuduh Nabi Muhammad memplagiat doa Bapa Kami dalam Injil Matius, ketika bersabda dalam sebuah hadits. Demikian kutipannya:
“Yesus mengajarkan kita untuk berdoa demikian: “Bapa kami yang ada di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di Sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan, selam-lamanya. Amin” (Matius 6:9-13).
Beberapa abad kemudian Muhammad berkata: “Jika ada di antara kamu yang menderita atau saudaranya menderita maka ia harus berkata: Allah Tuhan kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Perintah-perintahMu bertahta di surga dan di bumi. Kiranya kemurahan-Mu ada di bumi seperti di surga. Ampunilah kesalahan dan dosa kami, Engkaulah Tuhan atas orang-orang yang baik.”
Muhammad beruntung karena pada waktu itu undang-undang hak cipta belum diberlakukan. TERBUKTI! Wahyu Muhammad tidak lain tidak bukan hanyalah sebuah kitab plagiat!”
Tudingan penginjil itu salah kaprah semua, baik dalam pandangan Islam maupun Kristen sendiri.
PERTAMA, tuduhan Nabi Muhammad menjiplak Bibel juga mengada-ada. Sejarah yang sudah diakui di seluruh dunia bahwa Rasulullah SAW adalah Nabi yang Ummiy (tidak bisa membaca), otomatis menyangkal tuduhan para penginjil.
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah” (Qs Al-Jumu’ah 2; bdk: Al-A’raf 157, Al-’Ankabut 48).
KEDUA, Kesan menjiplak Bibel dilakukan secara culas dengan menerjemahkan hadits sedemikian rupa, hanya sebagian dan dimirip-miripkan dengan ayat Bibel. Perhatikan kutipan lengkap hadits berikut:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa di antara kalian mengeluhkan sesuatu atau saudaranya mengeluhkannya, maka hendaknya ia berdoa: ‘Tuhanku adalah Allah yang berada di langit, Maha Suci nama-Mu, urusan-Mu berada di langit dan bumi. Sebagaimana rahmat-Mu berada di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu juga di bumi! Ampunilah dosa dan kesalahan kami! Engkau Tuhan orang-orang yang baik, turunkan rahmat di antara rahmat-Mu, serta kesembuhan di antara kesembuhan-Mu kepada penyakit ini,’ maka ia akan sembuh.” (HR Abu Dawud dari Abu Darda’ RA, kitab Ath-Thibb bab Tata cara Ruqyah, hadits nomor 3892).
Memang, ada persamaan pembuka doa antara Bibel dan hadits tersebut. Dalam Bibel disebutkan: “Bapa kami yang ada di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu,” sedangkan dalam hadits Nabi disebutkan: “Tuhanku adalah Allah yang berada di langit, Maha Suci nama-Mu.”
Dengan kedok Islam itulah mereka mengobral postingan yang seluruhnya melecehkan, menghujat, mengadili dan menodai Al-Qur’an dan Nabi Muhammad. Anehnya, penodaan agama ini dilakukan untuk mengagung-agungkan Yesus, Bibel dan doktrin Kristen. Dalam nama Yesus mereka membabi buta menghina agama lain demi misi kristenisasi.
Salah satu trik murahan penginjil untuk meyakinkan kebenaran Bibel adalah menuduh Nabi Muhammad melakukan plagiat (mencontek) ayat-ayat Bibel. Dalam artikel berjudul “Muhammad Nyontek Doa Yesus,” mereka menuduh Nabi Muhammad memplagiat doa Bapa Kami dalam Injil Matius, ketika bersabda dalam sebuah hadits. Demikian kutipannya:
“Yesus mengajarkan kita untuk berdoa demikian: “Bapa kami yang ada di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di Sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya kerajaan, dan kuasa dan kemuliaan, selam-lamanya. Amin” (Matius 6:9-13).
Beberapa abad kemudian Muhammad berkata: “Jika ada di antara kamu yang menderita atau saudaranya menderita maka ia harus berkata: Allah Tuhan kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu. Perintah-perintahMu bertahta di surga dan di bumi. Kiranya kemurahan-Mu ada di bumi seperti di surga. Ampunilah kesalahan dan dosa kami, Engkaulah Tuhan atas orang-orang yang baik.”
Muhammad beruntung karena pada waktu itu undang-undang hak cipta belum diberlakukan. TERBUKTI! Wahyu Muhammad tidak lain tidak bukan hanyalah sebuah kitab plagiat!”
Tudingan penginjil itu salah kaprah semua, baik dalam pandangan Islam maupun Kristen sendiri.
PERTAMA, tuduhan Nabi Muhammad menjiplak Bibel juga mengada-ada. Sejarah yang sudah diakui di seluruh dunia bahwa Rasulullah SAW adalah Nabi yang Ummiy (tidak bisa membaca), otomatis menyangkal tuduhan para penginjil.
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah” (Qs Al-Jumu’ah 2; bdk: Al-A’raf 157, Al-’Ankabut 48).
KEDUA, Kesan menjiplak Bibel dilakukan secara culas dengan menerjemahkan hadits sedemikian rupa, hanya sebagian dan dimirip-miripkan dengan ayat Bibel. Perhatikan kutipan lengkap hadits berikut:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa di antara kalian mengeluhkan sesuatu atau saudaranya mengeluhkannya, maka hendaknya ia berdoa: ‘Tuhanku adalah Allah yang berada di langit, Maha Suci nama-Mu, urusan-Mu berada di langit dan bumi. Sebagaimana rahmat-Mu berada di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu juga di bumi! Ampunilah dosa dan kesalahan kami! Engkau Tuhan orang-orang yang baik, turunkan rahmat di antara rahmat-Mu, serta kesembuhan di antara kesembuhan-Mu kepada penyakit ini,’ maka ia akan sembuh.” (HR Abu Dawud dari Abu Darda’ RA, kitab Ath-Thibb bab Tata cara Ruqyah, hadits nomor 3892).
Memang, ada persamaan pembuka doa antara Bibel dan hadits tersebut. Dalam Bibel disebutkan: “Bapa kami yang ada di Sorga, dikuduskanlah nama-Mu,” sedangkan dalam hadits Nabi disebutkan: “Tuhanku adalah Allah yang berada di langit, Maha Suci nama-Mu.”
Tapi tidak tepat bila Nabi Muhammad dituding menjiplak doa Bapa Kami dalam Bibel hanya karena ada kemiripan antara hadits Nabi dengan ayat Bibel. Karena banyak perbedaan dalam kedua nas tersebut.
1) Doa Bapa Kami dalam Injil adalah doa harian, berbeda konteks dengan doa Nabi untuk kesembuhan suatu penyakit. 2) Dalam doa Bapa Kami ada permohonan minta makanan, yang tidak diajarkan dalam doa Nabi untuk kesembuhan. 3) Dalam doa Bapa Kami ada permohonan agar dihindarkan dari pencobaan dan dilepaskan dari yang jahat, yang tidak diajarkan dalam doa Nabi untuk kesembuhan.
4. Beda nas istigfar. Bibel: “Ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Sedangkan doa dalam hadits sangat singkat tapi komprehensif: “Ampunilah dosa dan kesalahan kami.” 5) Penutup doanya juga jelas jauh berbeda.
Dengan lima perbedaan dan hanya satu persamaan antara ayat Bibel dan hadits Nabi, maka sungguh keblinger orang yang menuduhnya sebagai sebuah plagiat.
KETIGA, Penginjil membanggakan doa Bapa Kami sebagai warisan Yesus. Padahal berdasarkan penelitian ilmiah yang mendalam, para sejarawan Bibel mengakui bahwa doa Bapa Kami bukan ajaran Yesus.
A. Roy Eckardt, guru besar pada Pusat Pascasarjana Studi Ibrani Oxford, Inggris, meragukan otentisitas doa Bapa Kami sebagai ucapan Yesus:
“Belakangan ini muncul keragu-raguan tentang keaslian dari doa Bapa Kami ini. Mungkin cuma kata “Bapa” yang dapat langsung dikaitkan dengan Yesus” (Reclaiming the Jesus of History: Christology Today, edisi Indonesia: Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masa Kini, hlm. 108).
Dalam catatan kakinya, ditegaskan bahwa doa Bapa Kami bukan berasal dari Yesus, tapi sebuah sisipan yang dilakukan oleh para penulis Injil:
“Pada bulan Oktober 1988 sekelompok pakar Alkitab yang dikenal sebagai Jesus Seminar telah melihat bahwa doa ini tidak berasal dari Yesus, tetapi hasil usaha orang-orang Kristen perdana yang menggubah dan menyusunnya bertahun-tahun setelah penyaliban Yesus. Kelompok ini sepakat bahwa doa Bapa Kami ini berasal dari penulis Injil yang pada awal abad ke-20 diberi sebutan ”Q” (Gustav Niebuhr, The Jesus Seminar Courts Notoriety, hlm. 1060-1061).”
Belakangan, Lynn Picknett dan Clive Prince, peneliti dan pengajar bidang okultisme dan misteri sejarah agama dari London, mengungkap bahwa doa Bapa Kami itu bukan ciptaan Yesus, tapi meniru doa para penganut agama Mesir Kuno kepada Osiris-Amon, dewa Mesir Kuno:
"Sejak abad ke-19, pakar tentang Mesir yang amat kondang, Sir E.A. Wallis-Budge mencatat mengenai asal-usul bagian pembuka doa Bapa Kami, doa yang didaraskan oleh para penganut agama Mesir kuno kepada Osiris-Amon yang diawali dengan uangkapan "Amon, Amon yang ada di surga..." Jadi, tampak sangat jelas bahwa doa ini lebih tua berabad-abad daripada Yohanes Pembaptis dan Yesus; Nama "Tuhan" yang diseru dalam doa ini tidak mengacu kepada Yahwe atau yang kelak diyakini sebagai Putranya, Yesus. Kesimpulannya, doa Bapa Kami bukanlah ciptaan Yesus" (The Templar Relevation: Secret Guardians of the True Identity of Christ, edisi Indonesia: Para Pelindung Identitas Sejati Kristus, hl. 553).
Tuduhan penginjil bahwa Nabi Muhammad menjiplak doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus dalam Injil adalah blunder besar. Karena terbukti bahwa doa Bapa Kami dalam Bibel bukan ucapan maupun ajaran Yesus, melainkan sisipan yang dilakukan oleh para penulis Injil, meniru tradisi agama Mesir kuno kepada dewa Osiris-Amon.
Seharusnya para penginjil Kristen berkaca dulu sebelum menuduh Nabi Muhammad mencontek atau menjiplak Bibel. Ingat kata bijak Yesus dalam Injil: “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”
Camkan kecaman Yesus dalam Injil: Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu!!
FAKTA & DATA: BIBEL ADALAH KITAB PLAGIAT
Sejatinya serangan teologis penginjil terhadap Nabi Muhammad itu adalah upaya menutupi kelemahan Bibel yang penuh dengan tradisi plagiarisme. Inilah fakta-fakta ini yang tak dapat dipungkiri bahwa jiplak-menjiplak ayat adalah tradisi Bibel:
1. Perjanjian Lama diplagiat Perjanjian Lama, misalnya: kitab II Raja-raja pasal 19:1-3 seluruhnya menduplikasi kitab Yesaya pasal 37:1-3.
2. Perjanjian Baru memplagiat Perjanjian Lama, misalnya Injil Markus 15: 28. Ayat ini dinyatakan sebagai ayat palsu oleh Lembaga Biblika Indonesia dengan komentar singkat: “Ayat ini tidak asli, hanya kutipan dari Yesaya 53:12.”
3. Perjanjian Baru memplagiat Perjanjian Baru, misalnya: Injil Matius 17: 21. Ayat ini dinyatakan sebagai ayat palsu oleh Lembaga Biblika Indonesia dengan komentar singkat: “Ayat ini agaknya tidak asli dalam Matius tetapi diambil dari Markus 9: 29.”
Dengan data-data ini, seharusnya para penginjil berani berkomentar pedas: “Penulis Bibel beruntung karena pada waktu itu undang-undang hak cipta belum diberlakukan. Terbukti Bibel tidak lain tidak bukan hanyalah sebuah kitab plagiat!” []
Suara Islam
1) Doa Bapa Kami dalam Injil adalah doa harian, berbeda konteks dengan doa Nabi untuk kesembuhan suatu penyakit. 2) Dalam doa Bapa Kami ada permohonan minta makanan, yang tidak diajarkan dalam doa Nabi untuk kesembuhan. 3) Dalam doa Bapa Kami ada permohonan agar dihindarkan dari pencobaan dan dilepaskan dari yang jahat, yang tidak diajarkan dalam doa Nabi untuk kesembuhan.
4. Beda nas istigfar. Bibel: “Ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Sedangkan doa dalam hadits sangat singkat tapi komprehensif: “Ampunilah dosa dan kesalahan kami.” 5) Penutup doanya juga jelas jauh berbeda.
Dengan lima perbedaan dan hanya satu persamaan antara ayat Bibel dan hadits Nabi, maka sungguh keblinger orang yang menuduhnya sebagai sebuah plagiat.
KETIGA, Penginjil membanggakan doa Bapa Kami sebagai warisan Yesus. Padahal berdasarkan penelitian ilmiah yang mendalam, para sejarawan Bibel mengakui bahwa doa Bapa Kami bukan ajaran Yesus.
A. Roy Eckardt, guru besar pada Pusat Pascasarjana Studi Ibrani Oxford, Inggris, meragukan otentisitas doa Bapa Kami sebagai ucapan Yesus:
“Belakangan ini muncul keragu-raguan tentang keaslian dari doa Bapa Kami ini. Mungkin cuma kata “Bapa” yang dapat langsung dikaitkan dengan Yesus” (Reclaiming the Jesus of History: Christology Today, edisi Indonesia: Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masa Kini, hlm. 108).
Dalam catatan kakinya, ditegaskan bahwa doa Bapa Kami bukan berasal dari Yesus, tapi sebuah sisipan yang dilakukan oleh para penulis Injil:
“Pada bulan Oktober 1988 sekelompok pakar Alkitab yang dikenal sebagai Jesus Seminar telah melihat bahwa doa ini tidak berasal dari Yesus, tetapi hasil usaha orang-orang Kristen perdana yang menggubah dan menyusunnya bertahun-tahun setelah penyaliban Yesus. Kelompok ini sepakat bahwa doa Bapa Kami ini berasal dari penulis Injil yang pada awal abad ke-20 diberi sebutan ”Q” (Gustav Niebuhr, The Jesus Seminar Courts Notoriety, hlm. 1060-1061).”
Belakangan, Lynn Picknett dan Clive Prince, peneliti dan pengajar bidang okultisme dan misteri sejarah agama dari London, mengungkap bahwa doa Bapa Kami itu bukan ciptaan Yesus, tapi meniru doa para penganut agama Mesir Kuno kepada Osiris-Amon, dewa Mesir Kuno:
"Sejak abad ke-19, pakar tentang Mesir yang amat kondang, Sir E.A. Wallis-Budge mencatat mengenai asal-usul bagian pembuka doa Bapa Kami, doa yang didaraskan oleh para penganut agama Mesir kuno kepada Osiris-Amon yang diawali dengan uangkapan "Amon, Amon yang ada di surga..." Jadi, tampak sangat jelas bahwa doa ini lebih tua berabad-abad daripada Yohanes Pembaptis dan Yesus; Nama "Tuhan" yang diseru dalam doa ini tidak mengacu kepada Yahwe atau yang kelak diyakini sebagai Putranya, Yesus. Kesimpulannya, doa Bapa Kami bukanlah ciptaan Yesus" (The Templar Relevation: Secret Guardians of the True Identity of Christ, edisi Indonesia: Para Pelindung Identitas Sejati Kristus, hl. 553).
Tuduhan penginjil bahwa Nabi Muhammad menjiplak doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus dalam Injil adalah blunder besar. Karena terbukti bahwa doa Bapa Kami dalam Bibel bukan ucapan maupun ajaran Yesus, melainkan sisipan yang dilakukan oleh para penulis Injil, meniru tradisi agama Mesir kuno kepada dewa Osiris-Amon.
Seharusnya para penginjil Kristen berkaca dulu sebelum menuduh Nabi Muhammad mencontek atau menjiplak Bibel. Ingat kata bijak Yesus dalam Injil: “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”
Camkan kecaman Yesus dalam Injil: Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu!!
FAKTA & DATA: BIBEL ADALAH KITAB PLAGIAT
Sejatinya serangan teologis penginjil terhadap Nabi Muhammad itu adalah upaya menutupi kelemahan Bibel yang penuh dengan tradisi plagiarisme. Inilah fakta-fakta ini yang tak dapat dipungkiri bahwa jiplak-menjiplak ayat adalah tradisi Bibel:
1. Perjanjian Lama diplagiat Perjanjian Lama, misalnya: kitab II Raja-raja pasal 19:1-3 seluruhnya menduplikasi kitab Yesaya pasal 37:1-3.
2. Perjanjian Baru memplagiat Perjanjian Lama, misalnya Injil Markus 15: 28. Ayat ini dinyatakan sebagai ayat palsu oleh Lembaga Biblika Indonesia dengan komentar singkat: “Ayat ini tidak asli, hanya kutipan dari Yesaya 53:12.”
3. Perjanjian Baru memplagiat Perjanjian Baru, misalnya: Injil Matius 17: 21. Ayat ini dinyatakan sebagai ayat palsu oleh Lembaga Biblika Indonesia dengan komentar singkat: “Ayat ini agaknya tidak asli dalam Matius tetapi diambil dari Markus 9: 29.”
Dengan data-data ini, seharusnya para penginjil berani berkomentar pedas: “Penulis Bibel beruntung karena pada waktu itu undang-undang hak cipta belum diberlakukan. Terbukti Bibel tidak lain tidak bukan hanyalah sebuah kitab plagiat!” []
Suara Islam
No comments:
Post a Comment