Situs Ken Dedes di Desa Panawijen, Malang

13686024971359152462
1368602552426229249
Jika Anda berkunjung dan berwisata ke kota Malang, jangan lupa mengunjungi beberapa daerah yang menjadi tujuan wisata budaya. Sebagai kota peninggalan Kerajaan Kanjuruhan dan Singosari yang merupakan cikalbakal Kerajaan Majapait, Malang memang mempunyai beberapa situs yang tak boleh dilupakan. Salah satunya adalah Situs Ken Dedes yang berada di Desa Panawijen( Polowijen ). Tepat di sebelah barat jembatan layang pintu masuk Malang dari arah utara atau Surabaya.
Seperti tertulis dalam Kitab Pararaton, Desa Panawijen merupakan sebuah tempat pertapaan di dekat sebuah kuburan atau atau ‘setra’ seorang pendeta Buddha, yakni Mpu Purwa. Mpu Purwa mempunyai seorang putri yang cantik bernama Ken Dedes. Karena kemolekannya itulah, Sang Akuwu Tumapel atau Singosari tergila-gila pada Ken Dedes. Karena nafsu yang menggebu, Sang Akuwu Tunggul Ametung langsung membawa lari Ken Dedes tanpa ijin, apalagi memintanya.
Mpu Purwa amat kecewa dengan perbuatan Tunggul Ametung dan mengutuknya: “Nah, semoga yang melarikan anakku tidak lanjut mengenyam kenikmatan, semoga ia ditusuk keris dan diambil isterinya, demikian juga orang orang di Panawidjen ini, semoga menjadi kering tempat mereka mengambil air, semoga tak keluar air kolamnya ini, dosanya: mereka tak mau memberitahu, bahwa anakku dilarikan orang dengan paksaan.”
1368602590355049341
13686026861843193581
Kenyataan, bahwa Tunggul Ametung akhirnya tewas di tangan Ken Angrok yang juga tergila-gila pada Ken Dedes. Apakah Desa Panawijen menjadi kering kerontang seperti kutukan Mpu Purwa, tak ada bukti empiris yang membuktikan hal tersebut. Keadaan sekarang jelas jauh berbeda dengan pada masa lalu. Sebelum tahun 1985, Desa Panawijen merupakan daerah pertanian yang subur tanpa pernah kekurangan air. Di dekat Situs Ken Dedes terdapat belik atau sumber mataair yang jernih dan terus mengalir. Namun sejak 1990an, mataair mulai surut karena lahan di sekitarnya berubah menjadi lingkungan perumahan mewah kelas menengah. Sedangkan sumur windu atau Situs Ken Dedes tersebut sedikit terabaikan, dalam arti berada di belakang perkampungan dan perumahan. Sungai kecil tempat mandi Ken Dedes dan masyarakat jaman dulu kini berubah menjadi parit pembuangan limbah rumah tangga. Yang belum berubah hanyalah kuburan atau setra yang masih ada hingga kini. Dan saya kira tak ada pengembang yang berani menggusurnya…..
Masyarakat Panawijen yang mengetahui nilai sejarah wilayah tersebut pada akhirnya membangun sebuah bangunan dan pagar untuk melindungi situs tersebut. Serta ada sebuah LSM yang melengkapi dengan memasang Susunan Silsilah Ken Dedes dan keturunannya hasil penelitian mereka. Sedangkan nama Desa Polowijen yang sudah jamak disebut sejak 2002 kembali menjadi Desa Panawijen sesuai dengan yang tertulis di Kitab Pararaton.

1368602757732770270

Tuyar

No comments: