Belajar dari Sejarah Khalifah Ali bin Abi Thalib Karamahullahu Wajhah

Dalam penulisan sejarah apapun,dan dimasa yang mana juga dalam kurun sejarah,selalu terdapat perbedaan berita dan sumber.Akibatnya,penafsirannya pun tentu juga sedikit banyak akan terpengaruh.Dalam semua halaman sejarah penting,meskipun pelakunya masih hidup,sering terjadi penulisan yang menyimpang dari peta kejadian yang sebenarnya,dan sering pula fiksi dan fakta tercampur aduk, dalam “Dichtung und Wahrheit” ,peristiwa yang dikarang-karang dan peristiwa yang sebenarnya.Dalam penuturan peristiwa demi peristiwa dikalangan sejarawan memang sering terdapat kesimpangsiuran dan perbedaan-perbedaan data dan penafsiran.Ini adalah hal biasa.Tetapi secara keseluruhan tidak sampai mengganggu pengertian dasarnya.Sungguh pun begitu ada juga yang jauh berlawanan dari kenyataan sejarah.Ibn Khaldun benar, bahwa ada penulis sejarah yang menyanjung-nyanjung tokoh yang disenanginya setinggi langit, sebaliknya,tokoh yang tidak disukai akan dihempaskan kesudut tak berharga lagi.Kita tak menutup mata dari sebagian sejarawan yang memang sangat berlebihan dengan maksud-maksud tertentu untuk kepentingan politik atau golongan.
Inilah yang kita rasakan, lebih-lebih dalam menelaah sejarah Amirul Mukminin Ali Karamahullahu Wajhah dan sesudahnya.Belum lagi dalam melukiskan pribadi Ali bin Abi Thalib r.a, ada penulis yang menyertakan mukjizat-mukjizat, misalnya dengan menempatkan Imam Ali Karamahullahu Wajhah sedemikian rupa hingga melebihi para nabi dan malaikat.Mereka sering mencampuradukkan fakta dengan mitos,tanpa ada dasar yang kuat yang dapat dijadikan pegangan.Orang yang terdorong hanya ingin memuji seorang tokoh besar sejarah,maka kebesaran itu tidak akan terlihat.
Lepas dari itu semua, yang juga patut kita ingat, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib membangun pemerintahannya diatas puing-puing yang sudah terlanjur porak-poranda yang ditinggalkan oleh kaum pemberontak,dan sukar sekali benang basah itu akan dapat ditegakkan kembali dalam waktu yang singkat,dalam masa yang hanya empat tahun sembilan bulan masa pemerintahannya itu.Tetapi bagaimana pun juga, disamping para Khulafa Rasyidun, Ali r.a adalah tokoh yang menarik untuk ditelaah.Kedudukannya secara kekeluargaan yang sangat dekat kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagai sepupunya yang sudah diasuhnya sejak kecil, dibesarkan dalam didikannya bersama Khadijah,sehingga ia memandang keduanya adalah orangtuanya sendiri.Karena dalam kebanyakan peristiwa sering terjadi kesimpangsiuran sesuai dengan penguraian para sejarawan, sehingga cerita menjadi sangat rumit, dan peristiwanya terlalu panjang,  saya mencoba menempuh jalan tengah dengan meninggalkan beberapa peristiwa jika terasa kurang penting atau masih diragukan.Zaman Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a dan daerahnya sudah berada ditengah-tengah masa multidimensi.Banyak sekali segi yang dapat dibahas,tetapi harus diusahakan membatasi pembahasan ini pada hal-hal yang tidak terlalu jauh keluar dari batas biografi.Tidak setiap peristiwa dan tidak semua perbedaan sumber sejarah akan dikemukakan, kecuali yang terasa sangat penting.Tetapi juga tidak terlalu singkat untuk menjaga keutuhannya.
Penulisan sejarah akan terasa sering menyulitkan,bila yang ditampilkan itu tokoh penting dan dihormati.Ia harus dapat memilah mana yang penilaiannya dapat diterima secara wajar dan mana yang tidak.Dalam hal ini lebih baik bersikap pragmatis dan sesederhana mungkin dalam menghadapi kenyataan sejarah,dengan selalu mengutamakan penulisan yang lebih obyektif sedapat mungkin.Dalam beberapa hal, jika sudah terlihat merupakan penyimpangan dari fakta sejarah dan kodrat manusia, ya terpaksa harus kita tinggalkan.Tetapi jika tidak terlalu ekstrem saya biarkan dan terserah kepada pembaca menilainya.Ali bin Abi Thalib Karamahullahu Wajhah dikenal sebagai salah seorang sahabat besar,berakhlak mulia, zahid yang dijadikan teladan,bersikap lemah-lembut terhadap siapa pun, dan dari keluarga Nabi,dengan kecenderungan pada keadilan dan kebenaran yang sangat kuat.Dia memang intelek, cerdas dan pemberani.Watak dan sifat-sifatnya yang terpuji memang dibuktikan oleh sejarah.Sudah diakui secara umum,seperti yang dikatakan oleh para sejarawan.Ia disegani dan menjadi tempat bertanya para sahabat dan siapa saja,dan sekaligus dicintai.Oleh karena itu,tidak heran jika kemudian orang ingin melukiskan Imam Ali r.a sebagai sosok yang luar biasa.Ketika itulah lalu timbul cerita-cerita tentang tokoh ini yang terasa dibuat-buat dan dilebih-lebihkan, melebihi siapa pun.Kemampuan tenaga rohani dan tenaga fisiknya yang luar biasa,kadang sudah melampaui kodrat alam sebagai manusia.Hal ini terjadi tentu karena didorong oleh rasa kagum dan cinta kepadanya,tetapi juga bukan tak mungkin karena maraknya pengaruh politik dan kegolongan.Sudah tidak asing lagi bagi para ahli hadits dan kalangan sejarawan, bahwa setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat dan setelah timbul pertentangan antargolongan, banyak hadits yang tidah shahih tersebar,terutama untuk kepentingan politik.Tetapi dalam waktu panjang secara tak sadar kadang yang demikian ini justru dapat merendahkan martabat orang yang dikagumi dan dicintai itu.

Ilham 

No comments: