Jama’ah Tabligh Itu Tidak Ada. Jadi, Karkun Itu Juga Tidak Ada




Kita sering mendengar sebutan Jama’ah Tabligh, ada juga yang menamakan Jama’ah Kompor, ada juga yang menyebutnya Jama’ah Da’wah. Dan orang-orangnya yang lelaki dinamakan karkun dan yang wanita dinamakan masturoh.
Sebenarnya, jama’ah tersebut tidak punya nama, dan memang tak perlu nama. Mereka adalah orang-orang yang berusaha memperbaiki diri dan mengajak orang lain untuk memperbaiki diri dengan menggunakan diri, harta, dan waktu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Meluruskan Kesalahpahaman Umat
Awal dari adanya Jama’ah ini adalah bermula dari kerisauan seorang wanita yaitu nenek dari Maulana Ilyas yang merupakan pemula tumbuhnya gagasan ini. Mengapa saya katakan gagasan, bukan pendiri atau yang lainnya, karena jama’ah ini sebenarnya hanya melanjutkan apa yang dilakukan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam berdakwah dan menjalankan kehidupan beragama. Nenek dari Maulana Ilyas tersebut sangat risau atas kemerosotan kondisi umat Islam yang sudah banyak menyimpang dari jalan yang ditempuh Rasulullah SAW, maka ia menginginkan putrinya menikah dengan orang yang faham agama. Faham maksudnya mempunyai ilmu, menyebarkan dan mengamalkannya. Cita-citanya terlaksana. Ketika ada seorang ulama yang baru saja ditinggal mati istrinya, maka putrinya dinikahkan dengan ulama tersebut, dan dari pernikahan yang berkah ini lahirlah Maulana Ilyas yang mencetuskan gagasan untuk meluruskan kesalahfahaman umat agar memahami kembali maksud hidup yang sesungguhnya.
Sesungguhnya faham ini bukan faham baru. Di Indonesia cara dakwah seperti ini telah dilakukan oleh wali Sanga sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa. Namun, ada cara berdakwah jama’ah ini yang merupakan kelebihan namun dikatakan banyak pihak sebagai kekurangan karena tidak harus dilakukan ulama, tapi siapapun dipersilakan untuk berdakwah atau mengajak pada kebaikan, tanpa dihalangi oleh perbedaan madzhab, pangkat, kedudukan, ras, dll.
Jadi sesungguhnya merupakan hal yang tidak disukai apabila jamaah ini terlihat seakan berbeda dari umat Islam yang lain.  Jama’ah Tabligh hanyalah sebutan orang saja, bukan nama jama’ah yang dimaksud. Maka istilah karkun dan bukan karkun, juga masturoh dan bukan masturoh hanya akan menghijabi antara jamaah tersebut dengan yang lain.
Apanya yang berbeda? Bajunya? Mereka tidak diharuskan berjubah dan atau bersurban. Yang berjubah dan atau bersurban ada dalilnya yaitu ingin meniru yang dipakai Rasulullah SAW. Salahkah? Sedangkan yang bukan Islam juga banyak yang berjubah? Lihatlah sejarah baju orang-orang Cina , berjubah, bahkan berjenggot juga.
Demikian sekilas tentang Jama’ah yang dinamai orang dengan banyak sebutan.
Disebut Jama’ah Tabligh, karena senantiasa bertabligh. Disebut Jama’ah Kompor karena tidak ingin merepotkan dan berharap bantuan orang lain dalam berdakwah.


Kinanti

No comments: