Keindahan yang Ada di Pulau Buton
Buton adalah nama
pulau yang di sebelah tenggara jazirah Pulau Sulawesi. Pulau ini diapit
oleh dua lautan yaitu Laut Banda di sebelah utara dan timur, kemudian
Laut Flores di sebelah selatannya, sedangkan di sebelah barat terdapat
Selat Buton dan Teluk Bone. Di pulau ini, dulunya pernah berdiri sebuah
kerajaan atau kesultanan yang bernama Buton atau Wolio. Daerah kekuasaan
Kesultanan Buton pernah meliputi, selain Pulau Buton, juga beberapa
pulau di kawasan antara Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku. Pusat
pemerintahannya terletak di pesisir barat bagian selatan Pulau Buton,
sekitar Kota Bau-Bau, yang dikenal dengan nama Wolio atau Keraton Buton.
di samping itu
Pulau Buton disebut sebagai pulau benteng. Karena, bangunan yang menjadi
basis pertahanan militer tersebut tersebar di banyak tempat. Sehingga,
pulau tersebut kerap disebut sebagai “Negeri Seribu Benteng” atau
“castle in town”. Karena, kota-kota penting di pulau itu hampir
dikelilingi benteng-benteng – mirip konsep tata ruang negeri Jerman yang
dikelilingi benteng-benteng. Namun, dunia pariwisata kerap “memaksa”
wisatawan yang berkunjung ke daerah itu hanya mengenal Benteng Keraton
Wolio. Ini bisa dimaklumi, karena benteng itu merupakan simbol kejayaan
Kesultanan Butuni, sekaligus sebagai satu-satunya bukti sejarah yang
masih terawat.
Berdasarkan sumber
sejarah yang saya peroleh melalui cerita orang tua dan sumber pendukung
lainnya yang memberitahukan bahwa Benteng Keraton Wolio dibangun sejak
masa pemerintahan Sultan Buton ke-3 La Sangaji pada abad ke-15. Dan,
bangunan itu benar-benar rampung pada masa pemerintahan Sultan Buton
ke-6 La Buke pada 1634. Keunikan bangunannya; bila dilihat dari atas,
dengan bangunan sebelas selatan sebagai kepalanya, maka akan memnentuk
huruf “dal” – huruf ke delapan pada alfabet bahasa Arab atau huruf
terakhir nama Baginda Rasulallah Muhammad saw. Pintu benteng (lawa)
berjumlah 12, yang bermakna jumlah lubang pada tubuh manusia. Atau,
bisa juga bermakna 12 lokasi yang dipilih oleh Tuhan, untuk mendapatkan
tanah pembentuk Nabi Adam As. Bastion (kubu pengawas) berjumlah 16.
Tapi, sumber lain menyebutkan 17 – jumlah rakaat dalam shalat selama
sehari. Angka-angka itu tidak muncul secara kebetulan. Tapi, perancang
pembangunan benteng memang menyiapkannya secara khusus, untuk
memberikan gambaran adanya nilai tasawuf dalam pemerintahan Kesultanan
Butuni. Sekaligus monumen bagi rakyatnya, untuk terus memahami dan
mengamalkan akhlak mulia yangbersandarkan ajaran Ilmu Tasawuf tersebut.
Arifin uji
No comments:
Post a Comment