Mari Menjaga Kelestarian Situs dan Candi!
Bila mengunjungi situs-situs dan candi-candi peninggalan kerajaan-kerajaan kuno, tampak beberapa candi mengalami kerusakan parah. Entah apa yang terbersit dalam benak pengunjung saat melihat keadaan atau kerusakan yang sedemikian rupa.
Beberapa kali penulis ditanya oleh para siswa yang mengadakan wisata belajar dan beberapa wisatawan manca negara yang mengunjungi situs atau candi tersebut. Pertanyaannya sama: ‘mengapa patung-patung yang ada di candi atau situs tersebut mengalami kerusakan?’
Agak pekewuh juga menjawab pertanyaan seperti ini jika yang melontarkan adalah siswa yang baru duduk di kelas 4, 5, dan 6 sekolah dasar. Jika pertanyaannya: ‘mengapa candi-candi atau situs-situs ini mengalami kerusakan?’ Penulis dengan mudah menjawab: ‘karena usia, tak ada perawatan, dan bencana alam.’ Mereka pun akan mudah menangkap, karena banyak candi dan situs-situs memang kebanyakan berada di pedalaman wilayah pegunungan.
Jawaban yang penulis berikan kadang membuat mereka terkejut, termasuk para penjaga candi dan pemandu wisata yang jarang berani atau memang tak mau menjawab dengan sejujurnya. “Kerusakan patung-patung tersebut dilakukan oleh mereka yang tangan jail atau tidak senang dengan keindahan patung tersebut!”
“Mengapa mereka tidak senang dengan keindahan patung tersebut?”
Nah, sebuah pertanyaan kritis seorang siswa yang harus dijawab dengan sejujurnya ataukah harus dikelabui untuk menutupi keangkuhan dan kebodohan para penguasa baru pasca hancurnya Kerajaan Majapait dan babak belurnya Kerajaan Mataram?
Jika yang bertanya para wisatawan manca negara, maka penulis secara terus terang akan menjawab: ‘dihancurkan oleh penguasa baru yang tidak sepaham dengan agama para pendahulu!’ Jelas penulis tidak akan berbohong, sebab mereka kebanyakan telah mengetahui dari buku-buku yang banyak memberi ulasan tentang sejarah Indonesia. Apalagi jika yang berkunjung dan bertanya adalah mereka yang ingin tahu tentang Indonesia. Mereka pun tersenyum tanda setuju.
Benarkah patung-patung ini sengaja dirusak oleh penguasa baru? Memang sekarang agak sulit menemukan buku-buku atau artikel yang bisa menjamin ‘kebenaran’ ini. Bahkan di perpustakaan kota pun sulit ditemukan buku seperti ini, termasuk karya Moh. Yamin. Sedangkan para penulis sejarah pada masa kini, cenderung lebih berorientasi pada penguasa baru sebagai pemenang. Kebenaran sejarah pun ada di pihak pemenang dengan mengaburkan kejadian sesungguhnya. Mengerikan sekali ………………..
Teringat peledakan Candi Borobudur di tahun 1982…
Tuyas
No comments:
Post a Comment