Mengenang kepemimpinan Bupati Aceh Utara Wahab Dahlawi

“Kalau pulang ke rumah dan pergi memancing, beliau tidak pakai kendaraan dinas Bupati”.
Teungku A Wahab Dahlawi @IRMAN I.P/ATJEHPOSTcom/repro
ALMARHUM Tgk. H. A. Wahab Dahlawi meninggalkan kesan mendalam bagi rakyat Aceh Utara. Selama hidupnya, termasuk saat menjabat sebagai bupati di kabupaten ini, ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang patut diteladani. 

Putra Peudawa, Aceh Timur ini menyelesaikan program magister (S2) di India. Mulanya, ia menikah dengan Ramlah, warga Gampong Krueng  Seunong, Kemukiman Keude Krueng, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara.

Wahab Dahlawi kemudian menikah dengan Diana, warga Nias, Sumatera Utara. “Beliau bertugas sebagai Patih, semacam Wakil Bupati, di Nias tahun 1953,” kata Nasrullah Dahlawi, salah seorang anak Wahab Dahlawi pada ATJEHPOSTcom, Minggu, 2 Juni 2013.

Setelah berakhir masa tugas Patih di Nias, Wahab Dahlawi pulang ke Aceh Utara. Ia menjadi Bupati Aceh Utara tahun 1958-1960. Setelah itu, kata Nasrullah Dahlawi, Wahab Dahlawi menjadi salah satu pejabat penting di kantor Gubernur Aceh.

“Beliau kemudian ditunjuk oleh Gubernur pada masa itu menjadi Pejabat Bupati di Meulaboh (Aceh Barat). Beberapa tahun setelah itu, beliau kembali menjadi Bupati Aceh Utara (1967-1972),” kata Nasrullah Dahlawi yang pernah mengenyam pendidikan di Amerika Serikat dan saat ini sebagai Juru Bicara Partai Aceh, juga Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Samudra Pase.

Selama menjabat Bupati Aceh Utara, Wahab Dahlawi pada Sabtu dan Minggu sering pulang ke rumahnya yang ditempati istri pertama, Ramlah, di Keude Krueng, Kuta Makmur.

“Saat pulang ke Keude Krueng, beliau naik sepeda angin, tidak memakai kendaraan dinas. Ketika masyarakat bertanya, mengapa Pak Bupati pulang dengan sepeda, beliau bilang karena pulang ke rumah bukan melaksanakan tugas dinas, tapi atas nama pribadi Wabah Dahlawi,” kata seorang warga Kuta Makmur, Aceh Utara.

Wahab Dahlawi yang hobi memancing ikan, juga memakai sepeda angin setiap kali pergi ke tempat memancing di kawasan Blang Lancang, Lhokseumawe pada hari libur. “Kalau pulang ke rumah dan pergi memancing, beliau tidak pakai kendaraan dinas Bupati,” kata Anwar Haiwa diamini Maula Alfajri, warga Lhokseumawe.

Tak hanya itu. Wahab Dahlawi juga mamakai sepeda angin saat pergi mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah, Lancang Garam, Lhokseumawe. “Beliau biasa dipanggil Abon, setiap kali ke kampus naik sepeda dan membawa sebuah tas berisi sejumlah buku. Dalam kesehariannya, beliau memang sangat sederhana,” kata Said Baharuddin, alumni Sekolah Tinggi Ilmu Syariah tersebut.

Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Malikussaleh ini mulanya adalah Akademi Ilmu Agama (AIA) yang didirikan tahun 1969, diprakarsai Wahab Dahlawi bersama sejumlah tokoh masyarakat Aceh Utara. Saat itu Wabah Dahlawi menjabat Bupati Aceh Utara. Sekolah Tinggi itu kemudian menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh sejak tahun 2004.[]

No comments: