Sejarah Lokal dan Microhistory
Dalam wikipedia, yang dimaksud dengan sejarah lokal adalah the study of the history of a relatively small geographic area; typically a specific settlement, parish or country. Sedangkan menurut Magdalia Alfian[1],
sejarah lokal adalah sejarah dengan lingkup atau batasan tertentu
menurut geografi. Bisa sejarah Provinsi, kabupaten atau sejarah desa
yang memiliki keunikan dan memberi kearifan kepada masyarakat. Namun,
jika Sejarah lokal diartikan semata-mata sebagai sejarah daerah
tertentu, maka sejarah semacam itu sudah lama berkembang di Indonesia.
Bahkan sejarah yang kita miliki sekarang bermula dari tradisi sejarah
Lokal seperti itu. Hal ini bisa kita hubungkan dengan berbagai sejarah
daerah dengan nama-nama tradisional seperti babad, tambo, riwayat,
hikayat, dsb, yang dengan cara-cara yang khas (magis mistis) menguraikan
asal usul suatu daerah tertentu.[2]
Maka
dari itu, kita lebih merujuk kepada pengertian pertama yang diungkapkan
dalam wikipedia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Taufik Abdullah
bahwa lokal tidak bisa disamakan dengan daerah, karena daerah indentik
dengan politik dan bisa mengabaikai etnis kultural yang sebenarnya,
sedangkan lokal lebih mencerminkan unit lokalitas suatu perkembangan
sejarah.
Walaupun
demikian, bentuk penulisan sejarah lokal adalah dalam lingkup yang
terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Keterbatasan lingkup
itu biasanya dikaitkan dengan unsur wilayah (unsur spatial) atau
keseluruhan lingkungan sekitar yang bisa berupa kesatuan wilayah seperti
desa, kecamatan, kabupaten, kota kecil dan lain-lain. Maka, dapat kita
simpulkan bahwa yang dimaksud dengan sejarah lokal adalah studi tentang
kehgidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan
sekitar (neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan.
Dari
pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa sejarah lokal membahas
satu peristiwa yang pengaruhnya hanya terbatas pada lokalitas tertentu.
Sejarah lokal tidak bisa menjadi alat generalisasi bagi sebuah peristiwa
dalam skala yang lebih besar. Ia terbatas pada daerah atau wilayah di
mana peristiwa tersebut terjadi. Hal ini pula yang akan membedakan
sejarah lokal dengan microhistory.
Dalam wikipedia, microhistory diartikan sebagai the
study of the past on a very small scale. The most common type of
microhistory is the study of a small town or village. Other common
studies include looking at individuals of minor importance, or analysing
a single painting. Pengertian ini sangat dekat dengan apa yang
diuraikan dalam menjelaskan definisi sejarah lokal di atas. Namun, dalam
sumber yang lain disebutkan bahwa kekhususan microhistory adalah penelitiannya yang dilakukan dengan reducing the scale of observation. Artinya, penelitian yang biasanya dilakukan dalam large scale,
kemudian difokuskan untuk meneliti satu titik sudut pandang untuk
memperdalam kajian dari sebuah peristiwa. Bisa dispesifikasikan dalam
wilayah atau daerah tertentu atau juga dispesifikasikan dalam satu
bidang kehidupan tertentu, seperti politik, ekonomi, budaya, dan
sebagainya.
Kita dapat memahami bahwa microhistory memberikan pengaruh yang besar dalam studi sejarah di mana pengertian tersebut mengarahkan para peneliti to appear focusing specifically on historical research.[3]
Lebih dari itu, kehadiran istilah microhistory dalam studi sejarah juga
membawa para sejarawan untuk berfikir lebih kritis dalam mengkaji
sejarah-sejarah sosial. Artinya, microhistory bertujuan untuk
men-spesifikasi penelitian agar kajian dan analisis yang dilakukan oleh
peneliti lebih mendalam. Sehingga dapat kita katakan bahwa microhistory
merupakan sebuah penggalan kisah sejarah yang nantinya akan digunakan
sebagai alat generalisasi dari sebuah kisah yang besar. Hal ini yang
membedakannya dengan sejarah lokal.
[1]
Lektor Kepala Program Studi Sejarah, Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Indonesia
(http://kendariekspres.com/index.php?option=com_content&task=view&id=614&Itemid=39)
[2] I Gde Widja dalam Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah
[3] Sigurdur Gylfi Magnusson dalam historynewsnetwork.com
El Fahd
No comments:
Post a Comment