Temuan Unik di Aceh, Sisa Menir-menir atau Benda Antik?

13702751711332899679
Sejumlah benda antik yang tersisa. Sumber gambar : abanggeutanyo
Pemuda berbadan gempal itu -sebut saja Yadi- beberapa kali terlihat di salah satu warung kopi tempat saya biasa mampir ke sana. Salah satu kenalan barunya adalah penulis.
Dua minggu lalu ia menceritakan tentang temuan benda-benda berharga atau kuno yang disinyalir milik raja atau keturunan raja di antara Pendopo dan Keraton Aceh. Pada saat itu penulis kira itu hanya hisapan jempol atau pembicaraan tingkat warkop saja meskipun saya mendengar dan menghargainya pembicaraannya tapi dak begitu saya gubris.
Minggu ke dua setelah bertemu kembali dengan pemuda tadi ia menyampaikan kembali soal temuannya. Kali ini ia lebih bersemangat mengurai lebih detail temuannya. Untuk membuktikan ucapannya ia membolehkan saya melihat hasil temuan itu di rumahnya.
Minggu (2/6), tanpa sengaja saya bertemu lagi dengannya. Seperti biasa ia bercerita lagi tentang kisah perburuan harta qarunnya. Kali ini saya lebih respek. Penasaran, sayapun bersedia diajak ke rumahnya yang tak jauh dari lokasi kami bertemu di sebuah warkop.
Setiba dirumahnya ia memperlihatkan sejumlah barang-barang keramik yang sudah pecah dan sudah sulit dibentuk kembali. Beberapa benda yang terlihat pada gambar tulisan ini adalah :
  1. Potongan cawan dan piring dari aneka proselin yang menawan. Saya memeriksa satu persatu bahannya memang bagus sekali karena bagian luar dan dalamnya bergurat atau bergambar arsitektur. Salah satu pecahan pada cawan bertuliskan kata “China.” Tak lengkap tulisan itu karena potongan lainnya sudah tidak ditemukan. Ada 12 motif pecahan keramik yang berbeda warna, bentuk dan coraknya terlihat dalam kumpulan pecahan benda tersebut.

  2. Dua keping teraso atau tegel dengan merek “HOLLAND” dan “DVK.” Teraso berwarna gading itu ketika diketuk dengan jari bunyinya nyaring seperti potongan plat besi. Setelah menelusuri beberapa literatur tentang keramik atau tegel DVK kita menemukan bukti bahwa Dun’antuli Vonaldiszes Kera’mia (DVK) adalah pabrik tegel atau keramik untuk lantai itu ada di kota Danube, bagian barat Hungaria. Pabrik tersebut telah mewarisi budaya membuat industri keramik dan sejnisnya dari Jerman -ribuan tahun sebelum masehi- adalah salah satu tempat membuat keramik dan tegel serta sejenisnya paling terkenal di dunia. Sumber http://www.absoluteastronomy.com.

  3. Botol George Rawney. Ketika mencoba mengembangkan informasi tentang George Rawney dianeka situs ternyata ini adalah sebuah pabrik parfum yang terkenal pada 1783 di pusat kota London, Inggris.(Sumber: http://www.gracesguide.co.uk/George_Rowney_and_Co). Richard dan Thomas Rawney, dua bersaudara menjadi saudagar parfum terkenal pada masa pemerintahan Geoge IV. Jika dihubungkan dengan kerjaan Aceh, pada masa itu adalah masa pemerintahan Alauddin Muhammad Syah (masa pemerintahan 1781-1795).

  4. Selonsong peluru. Melihat pada perang pertama Belanda-Aceh meletus pada 1873 - 1874 yang menewaskan Jendral Kohler pada 14 April 1843 dikaitkan dengan temuan (bersamaan) dengan sejumlah benda lainnya di atas tak tertutup kemungkinan selonsong itu adalah “selonsong spesial” penuh makna yang ditanam (simpan) oleh keluarga keraton atau kerajaan. Bisa juga itu adalah selonsong peluru yang ditembakkan Belanda terhadap salah satu keluarga keraton pada masa perang tersebut.

    • Kemungkinan lainnya jika mengacu pada periode tersebut adalah sisa selonsong peluru pasukan Belanda saat Jendral van Swieten berhasil menduduki keraton sultan pada 26 Januari 1874. Saat itu kerajaan Aceh dipimpin oleh sultan Mahmud Syah (bukan Sultan Machmud Syah Kerajaan Siak-red) yang juga wafat pada tahun tersebut. Tidak ada literatur khusus tentang Sultan Mahmud Syah, apakah beliau wafat karena tertembak Belanda dengan peluru itu atau bukan.





13702754451401856624
Botol yang ditemukan itu mirip dengan botol yang terdapat pada tulisan ini : http://lindasflipside.blogspot
Setelah memperhatikan benda benda tersebut kami meluncur ke lokasi tempat temuan sejumlah benda itu. Tempat penemuannya di sebuah rumah bekas rumah Pangdam yang terletak diantara Pendopo dengan taman Putro Phang. Lokasi itu telah dibenahi sekitar dua bulan terakhir dan kini menjadi sebuah teman yang sangat indah persembahan Kodam untuk warga umum, siapapun yang akan menikmati suasana kota Banda Aceh.
Di tengah taman bekas rumah pangdam itu, kini telah berdiri dua balai mirip meunasah (khas Aceh) yang dibawahnya mengalir air bersih dalam kolam yang berisi ikan-ikan peliharaan. Ketika proses pengerukan pembangunan itulah pemuda tadi membawa pulang benda-benda yang sudah hancur berkeping dilindas atau terkena tekanan belalai Beko.
Pada saat penulis melaksanakan kunjungan di tempat itu, tanpa disangka seorang pengusaha muda Aceh (sebut saja Cek Lie, karena performannya mirip Tionghoa) juga sedang melakukan kegiatan yang sama. Tanpa mengetahui maksud kedatangan penulis ia menceritakan sejarah lokasi taman itu dengan sejumlah prakiraan harta qarun yang terkandung di dalamnya.
Cek Lie menceritakan, sekitar 10 tahun lalu, seorang paranormal dari Samadua (abu) pernah menyampaikan padanya tentang peta tempat bersemanyamnya dua intan diantara Lonceng Cakradonya di Meuligo dengan taman Putro Phang. Sang paranormal itu telah meninggal dunia beberapa tahun silam belum sempat membuktikan kebenarannya.
Dalam suasana canda tawa, penulis melakukan konfirmasi atas pernyataan cek Lie kepada petugas yang jaga di balai-balai di tengah taman atau di atas kolam tadi, sebut saja Mas Har.
Mas Har sambil tertawa terkekeh-kekeh mengatakan kalau ada silahkan ambil saja. “Tak ada satupun bukti perburuan harta qarun menghasilkan selain membuat orang menjadi gila, hahahahahahha…,” katanya penuh semangat.




Pertemuan tak disangka itu pun selesai. Penulis dengan pemuda tadi mohon pamit sekalian menyampaikan terimakasih bahwa tujuan ke tempat itu semata-mata ingin melihat tempat ditemukan semacam barang pecah belah dan sisa barang rongsokan peninggalan menir-menir Belanda.
Biarpun demikian, kita dapat melihat dari barang rongsokan itu bahwa benda-benda antik atau aneh tersebut ternyata sudah ada sejak hampir 3 abad lalu di Aceh. Ini dapat memberi pesan bahwa telah ada kerjasama perdagangan dengan sejumlah negara. Paling tidak memperlihatkan barang itu telah digunakan di Aceh, terlepas siapa yang menggunakannya. Raja-raja Aceh, Hulubalang atau bangsawan Aceh? Atau bisa saja menir-menir Belanda memesan untuk mereka gunakan sendiri..???
Pernah suatu ketika pemuda tadi membawa pecahan keramik tersebut kepada salah satu pengusaha etnis China. Kepadanya pengusaha itu mengatakan untuk satu keping saja yang utuh ia bersedia memberikan dua unit sepeda motor kepada pemuda itu. Ketika disampaikan hampir seluruh benda yang tersisa itu bentuknya menyerupai potongan seperti itu pengusaha itu terdiam dan menahan napasnya hampir tak percaya mengapa benda bernilai sejarah ini bisa hancur berkeping-keping.
Demikian rekan pembaca budiman. Semoga ada diantara kita arkeolog ataupun ahli sejarah yang mau dan mampu membaca pecahan benda-benda tersebut untuk mengungkap masa lalu tentang Aceh.

Siapa tahu ada yang berminat meneliti, silahkan.. hehehehehe..

Abang G



No comments: