Fakta dan Data tentang Laksmana Cheng Ho
Setiap kali menuju Kota Surabaya apabila melewati daerah Pandaan, di sebelah kiri jalan penulis selalu melihat masjid bercat merah, atapnya seperti klenteng dan bergaya arsitektur cina. Itulah masjid Muhammad Cheng Ho.(1) Dengan area parkir yang luas dan model masjid yang unik, terkadang pada sore hari, penulis sempatkan mampir untuk menunaikan sholat ashar disana. Selain di Pandaan, masjid dengan nama yang sama juga ada di Surabaya. Penulis tidak mengetahui lebih dulu mana kemunculan masjid Cheng Ho di Pandaan dengan yang di Surabaya. Yang jelas jika pembaca beberapa kali mampir kesana akan melihat muslim Tionghoa melakukan aktivitas dan tentu saja setiap bulannya ada saja muallaf dari WNI Tionghoa yang memeluk Islam.
Selain masjid, sebetulnya ada bangunan yang terinspirasi oleh Cheng Ho. Apabila pembaca mampir ke Semarang, akan mendapati Klenteng bernama “Sam Poo Kong”. Klenteng ini bisa jadi saksi sejarah kehadiran bangsa Cina ke tanah Jawa. Dibawah naungan yayasan Sam Poo Kong, klenteng ini diproyeksikan menjadi destinasi wisata Jawa tengah yang berpotensi meningkatkan turis.(2) Tak hanya di Semarang saja, di luar negeri seperti Malaysia, Thailand dan Singapura juga terdapat klenteng Sam Poo Kong.
Tidak ada habisnya jika berbicara tentang sosok yang diabadikan menjadi nama masjid berarsitektur cina di dua kota tersebut. Jika mengacu pada riset penelitian dan buku-buku yang membahas sejarah hidup Cheng Ho, pembaca akan mendapati fakta yang mencengangkan sekaligus jarang diulas di bangku sekolah. Berikut ini beberapa fakta dan data tentang sosok Laksmana Cheng Ho yang telah penulis himpun dari berbagai sumber terpercaya.
-
Cheng Ho berasal dari suku minoritas di Cina bernama Suku Hui. Beliau anak kedua dari 6 bersaudara. (3)
-
Ayah dan Kakek Cheng Ho sudah beragama Islam dan telah menunaikan haji. (4)
-
Sebelum diangkat menjadi Laksmana, Cheng Ho dulunya adalah seorang Kasim yang menjadi kepercayaan Kaisar yongle (berkuasa 1403-1424).
-
Cheng Ho melakukan Pelayaran atau Muhibbah ke negara-negara tetangga dengan armada besar, dimana terdiri dari 4 divisi yaitu: divisi komando, divisi navigasi, divisi kemiliteran dan divisi yang menangani logistik.(5)
-
Sebagian besar awak kapalnya non Muslim yang beragama Tao dan budha, meski begitu beliau tidak pernah melarang anak buahnya melakukan ritual agamanya.
-
Armada kapalnya dilengkapi meriam Turki. Sama seperti yang dipakai oleh Shalahuddin al-ayyubi.
-
Dalam rentang waktu 28 tahun, Cheng Ho melakukan 7 kali misi pelayaran serta telah mengunjungi sekitar 37 negeri.
-
Ternyata Cheng Ho lebih dulu menemukan benua Amerika jauh sebelum Colombus mendarat disana. (6)
-
Berbeda dengan Penjelajah Barat yang melakukan Pelayaran tapi ujung-ujungnya menjajah daerah yang mereka tuju, Cheng Ho justru menyebarkan pesan damai dan kerjasama perdagangan. (7)
-
Ketika ke Nusantara, beliau melakukan dakwah dengan cara damai. Misalnya selalu mencontohkan dengan perbuatan sehari-hari. Jadi, syariat Islam dipraktekkan langsung dalam bentuk amalan ibadah sehari-hari. (8)
-
Sebelum kedatangan Cheng Ho ke Semarang, sejak 921 Masehi telah bermukim orang-orang Cina yang berhijrah ke tanah Jawa. (9)
-
Cheng Ho mendarat ke Semarang pada 1416 M, ini berarti pada misi pelayaran muhibbah yang ke 5. Tapi terdapat versi lain yang mengatakan beliau ke kota lumpia itu pada 1430 Masehi; bertepatan pada masa pemerintahan kaisar Xuang De. (10)
-
Cheng Ho punya seorang sahabat bernama Kyai juru mudi. Konon sahabatnya ini diyakini menetap di Semarang hingga akhir hayatnya. (11)
-
Pada Klenteng-klenteng di kota Semarang, Cheng Ho dipuja sebagai Dewa oleh warga Tionghoa. Cukup banyak berdiri patung-patung Cheng Ho. Penghormatan mereka terhadap Cheng Ho bentuknya tidak memberi sesaji berupa makanan-makanan yang diharamkan dalam ajaran Islam. (12)
-
Di luar Tiongkok, nama Cheng Ho lebih dikenal dari pada kaisarnya sendiri.
-
Cheng Ho diyakini wafat pada 1435 M. Setelah Cheng Ho wafat, kaisar Cina menghentikan pelayaran muhibbah ke seantero dunia, karena sang kaisar ingin membereskan problem internal.
Laksmana Cheng Ho bisa dikatakan tokoh besar dari Tiongkok/cina yang pernah mewarnai dunia khususnya juga Islam di Nusantara. Jejak pengaruh Cheng Ho bisa dilihat melalui model-model masjid maupun klenteng di jawa yang bergaya arsitektur Cina. Semoga sejarah hidup laksmana Cheng Ho bisa menjadi inspirasi generasi muda, dimana ketika melakukan perjalanan jauh baik di dalam negeri maupun di luar negeri, hendaknya mereka menebarkan rahmat, sikap peduli dan kesan yang baik bagi lingkungan sekitarnya. Wallahu’allam bishowab.
Endnotes
(1) Masjid Cheng Ho tidak ekslusif dan berafiliasi kepada aliran, ormas dan kepentingan politik manapun. Sumber: Islam Nusantara edisi khusus Imlek “Laksmana Cheng Ho” Kompas TV tgl 31 Januari pk 24.00 wib
(2) Koran Republika, “Jejak Cina di Semarang” edisi 18 Juni 2012
(3) Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Zheng_He
(4) Nama asli Cheng Ho ialah Ma Hou. Marga Ma merupakan sebuah nama keluarga khusus di antara orang-orang Islam yang mirip dengan suku kata pertama dari nama Muhammad. Ayah dan kakek Cheng Ho disebutkan sebagai orang Ha-Tche. Istilah Ha-Tche merupakan salinan kata “haji”. Koran Republika,“Islam Cheng Ho” edisi 18 juni 2012, hal 28
(5) Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri perjalanan Muhibbah di Nusantara, (Jakarta: Pustaka Obor, 2000), hal 4-5.
(6) Lihat: http://www.islamawareness.net/Asia/China/america.html bandingkan dengan teorinya sejahrawan asal Inggris, Gavin menzies dalam website: http://www.dailymail.co.uk/news/article-2449265/Who-Discovered-America–Controversial-historian-Gavin-Menzies-claims-Chinese-reached-New-World-first.html
(7) Muhibbah Cheng Ho menandai titik awal “zaman perdagangan” Asia tenggara. Armadanya menstimulasikan produksi cengkeh, pala, kayu cendana serta jaringan distribusi yang mengirimkan barang-barang ini ke pelabuhan-pelabuhan. Permintaan akan produk Asia tenggara di Cina meningkat tajam, dengan lada dan kayu cendana untuk pertama kalinya menjadi barang yang menjadi konsumsi massal pada abad ke 15. Lihat: Justian Suhandinata, WNI Keturunan Tionghoa dalam stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hal 28.
(8) Islam Nusantara edisi khusus Imlek “Laksmana Cheng Ho” Kompas TV tgl 31 Januari pk 24.00 wib
(9) Koran Republika, “Keluar dari Misi Sang Kaisar” edisi 18 Juni 2012
(10) Leo suryadinata (ed), Admiral Zheng He and Southeast Asia, (Singapura: ISEAS, 2005), hal 77-78
(11) Kyai juru mudi punya nama asli Ong King Hong. Seperti Cheng Ho, beliau juga melakukan dakwah kepada pribumi dan orang Cina yang menjadi pengikutnya. Meninggal di usia 87 tahun dan jenazahnya dimakamkan secara Islam. Koran Republika, “Buang Sauh di Kali Garang” edisi 18 Juni 2012, hal 27
(12) Koran Republika, “Puja Sang Laksmana” edisi 18 Juni 2012, hal 29; Islam Nusantara, Kompas TV 7 Agustus 2012
Fadh Ahmad
No comments:
Post a Comment