Mezquita, Jejak Islam yang Tersisa di Spanyol
Bangunan ini dianggap sebagai salah satu pencapaian arsitektur tertinggi kaum pembawa Islam ke Spanyol.
Matador dan tari flamenco, mungkin itu yang terpikir ketika mendengar Spanyol. Belum banyak yang tahu bahwa Spanyol menyimpan pesona tersendiri, terutama bagi umat Islam.
Bagian selatan Spanyol atau yang akrab disebut dengan Andalusia merupakan saksi sejarah bahwa kejayaan Islam pernah mencapai tanah Eropa.
Beberapa peninggalan agama Islam masih bisa ditemui di sana, termasuk sebuah masjid megah yang kini telah berubah menjadi gereja katedral Katolik.
Mezquita-catedral de Cordoba yang artinya Katedral-Masjid Cordoba terletak di Kota Cordoba. Dari tempat tinggal kami di Sevilla, butuh sekitar satu jam untuk sampai ke sana.
Jika Anda tiba di Cordoba dengan kereta api seperti kami, katedral ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar dua kilometer dari stasiun.
Untuk pilihan menumpang bus, haltenya pun tak jauh dari lokasi stasiun. Dengan pertimbangan bahwa kami membawa dua balita, bus menjadi pilihannya. Kami turun di kawasan kota tua dan meneruskan perjalanan dengan sedikit berjalan kaki.
Setibanya di sana, hanya melihat dari luar saja kami sudah dibuat takjub dengan gagahnya the Mezquita atau nama populer katedral tersebut.
Setiap tahunnya, sekitar 1,5 juta wisatawan dari seluruh dunia berkunjung untuk mengagumi bangunan yang mengesankan ini. Kombinasi berbagai gaya arsitektur yang menyatukan unsur-unsur agama Islam dan Kristen memberikan daya tarik tersendiri.
Mengunjungi Mezquita memberikan gambaran tentang bagaimana peradaban dari 1.000 tahun lalu. Bangunan ini pada awalnya merupakan kuil Pagan pada zaman Romawi yang kemudian diubah menjadi gereja Visigoth.
Ketika Islam masuk pada abad pertengahan, Khalifah Abdurrahman I, pemimpin kekhalifahan Cordoba saat itu, membangun dan mengembangkannya menjadi masjid pada 785 Masehi.
Pembangunan dan pengembangan Mezquita kemudian berlangsung sekitar 200 tahun yang dilanjutkan khalifah-khalifah setelahnya.
Pada zaman kekhalifahan Cordoba, umat Islam, Kristen, dan Yahudi hidup damai berdampingan. Kota Cordoba merupakan pusat ilmu pengetahuan di kawasan mediterania dengan Mezquita sebagai jantung peradabannya.
Ilmuwan Muslim Ibnu Rusydi atau Averroes adalah salah satu yang terlahir di kota ini. Pada masa Islam, Mezquita tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai tempat pengadilan syariah dan tempat perkuliahan.
Saat ini, gerbang-gerbang tersebut ditutup dan dikunci dengan menyisakan satu gerbang utama sebagai pintu masuk.
Pintu gerbang utama membawa kami ke Patio de los Naranjos, sebuah taman dengan pohon-pohon jeruk dan kolam air mancur di tengahnya. Dahulu, kolam tersebut digunakan umat Islam untuk mengambil wudhu.
Kami beruntung karena tiba cukup pagi. Jika hari sudah beranjak siang, antrean pengunjung yang ingin masuk ke dalam Mezquita mengular.
Untuk masuk ke dalamnya, pengunjung dewasa dikenakan tarif delapan euro, sedangkan anak usia empat sampai 12 tahun dikenakan tarif empat euro.
Mezquita juga bisa dikunjungi secara gratis. Caranya, datang ke sana pada pukul 08.00-10.00 selain Ahad dan hari besar katolik lainnya.
Pastikan Anda berpakaian sopan. Peraturannya, bahu harus tertutup dan celana atau rok yang dikenakan minimal sepanjang lutut.
Dengan luas sekitar 23.400 meter persegi, Mezquita pernah menjadi salah satu masjid yang terbesar di dunia, bahkan untuk standar ukuran saat ini. UNESCO pun menetapkan bangunan ini sebagai salah satu warisan budaya di dunia.
Setelah pemeriksaan tiket, kami dipersilakan masuk. Sungguh mengagumkan, itulah kesan pertama ketika menapakkan kaki ke dalam Mezquita. Prinsip kebersihan dan keteraturan dalam Islam dijadikan landasan dalam bangunan ini.
Mihrab Berhias Emas
Langit pagi yang terang tidak terasa ketika berada di dalam Mezquita. Cahaya di dalam yang cenderung temaram menimbulkan rasa syahdu. Pencahayaan masjid diperoleh dari 4.700 lampu minyak yang tergantung di antara pilar-pilar.
Pilar-pilar ini berdiri teratur menyangga lengkungan tapal kuda yang menjulang hingga langit-langit. Terbuat dari marmer dan granit, pilar ini berjumlah 856 kolom yang berbaris seakan menyerupai labirin.
Batu bata diselipkan berselang-seling di tiap lengkungnya menciptakan pola merah-putih bergaris-garis yang memberikan karakter tersendiri pada bangunan ini. Lengkungan itu lalu dibuat bertumpuk supaya pilar tetap mampu menyangga langit-langit.
Bisa dibayangkan, betapa majunya peradaban Islam saat itu. Masjid ini pun dianggap sebagai salah satu pencapaian arsitektur tertinggi bangsa Moor, bangsa yang membawa agama Islam masuk ke Spanyol.
Setelah Cordoba kembali pada pemerintahan kerajaan Katolik pada 1236, Mezquita pun diubah fungsinya menjadi katedral kota.
Pada awal abad ke-16 para uskup lalu mengusulkan untuk mengembangkan katedral dengan menghancurkan Mezquita. Tapi, masyarakat kota menentang dengan dukungan kaisar Romawi saat itu.
Komentar yang paling terkenal adalah dari Raja Charles V. “Dengan menghancurkannya maka kalian telah mengambil sesuatu yang unik dari dunia ini untuk kemudian menggantinya dengan sesuatu yang bisa dengan mudah ditemukan di setiap kota.”
Akhirnya dewan kota pun hanya menambahkan katedral di tengah bangunan utama tanpa menghilangkan keseluruhan arsitektur dan interior dari Mezquita. Minaret atau menara masjid yang biasa digunakan sebagai tempat azan diubah menjadi menara lonceng katedral.
Pada awalnya, desain Mezquita secara alami akan mengarahkan pengunjung menuju mihrab, tempat imam memimpin shalat. Karena saat ini area di tengah bangunan telah dialihfungsikan menjadi tempat misa, mihrab tidak lagi terlihat.
Pembangunan mihrab dilakukan pada abad ke-10 oleh Khalifah Al-Hakam II. Hingga saat ini, mihrab tersebut masih menunjuk ke arah Kabah.
Konon, mihrab ini merupakan bagian paling impresif dan indah dari semua detail masjid secara keseluruhan. Benar saja, kami pun dibuat tercengang olehnya.
Ceruk bagian dalam mihrab terlihat cukup sederhana, tetapi detail di luarnya yang sangat indah seakan memagari kesucian tempat itu. Bergetar hati ini membayangkan imam-imam besar pernah memimpin shalat di dalamnya.
Kubah di atas mihrab diukir pada batu marmer, granit, dan onyx. Di atasnya terdapat hiasan lengkung yang disebut dengan maqsura.
Hiasan itu dibangun di bawah bimbingan seorang ahli bangunan yang dikirim penguasa Kristen Konstantinopel. Penguasa itu lalu mengirimkan juga 1,6 ton batu emas untuk menghiasi maqsura tersebut.
Maqsura yang terletak tepat di atas mihrab bertuliskan Asmaaul Husna, 99 nama Allah, yang dibuat dari mozaik-mozaik emas. Bilik untuk kedua sisi yang mengapit mihrab juga berhias mozaik.
Di bilik inilah khalifah dan para pengiringnya biasa berdoa pada saat itu. Bagian lain yang mengesankan dari mihrab ini adalah konstruksinya yang memungkinkan suara imam terpantul hingga bagian belakang masjid. Ini karena marmer pada bagian kubah dibuat menyerupai cangkang kerang.
Riana Garniati Rahayu
Redaktur : Damanhuri Zuhri
Pintu gerbang utama membawa kami ke Patio de los Naranjos, sebuah taman dengan pohon-pohon jeruk dan kolam air mancur di tengahnya. Dahulu, kolam tersebut digunakan umat Islam untuk mengambil wudhu.
Kami beruntung karena tiba cukup pagi. Jika hari sudah beranjak siang, antrean pengunjung yang ingin masuk ke dalam Mezquita mengular.
Untuk masuk ke dalamnya, pengunjung dewasa dikenakan tarif delapan euro, sedangkan anak usia empat sampai 12 tahun dikenakan tarif empat euro.
Mezquita juga bisa dikunjungi secara gratis. Caranya, datang ke sana pada pukul 08.00-10.00 selain Ahad dan hari besar katolik lainnya.
Pastikan Anda berpakaian sopan. Peraturannya, bahu harus tertutup dan celana atau rok yang dikenakan minimal sepanjang lutut.
Dengan luas sekitar 23.400 meter persegi, Mezquita pernah menjadi salah satu masjid yang terbesar di dunia, bahkan untuk standar ukuran saat ini. UNESCO pun menetapkan bangunan ini sebagai salah satu warisan budaya di dunia.
Setelah pemeriksaan tiket, kami dipersilakan masuk. Sungguh mengagumkan, itulah kesan pertama ketika menapakkan kaki ke dalam Mezquita. Prinsip kebersihan dan keteraturan dalam Islam dijadikan landasan dalam bangunan ini.
Mihrab Berhias Emas
Langit pagi yang terang tidak terasa ketika berada di dalam Mezquita. Cahaya di dalam yang cenderung temaram menimbulkan rasa syahdu. Pencahayaan masjid diperoleh dari 4.700 lampu minyak yang tergantung di antara pilar-pilar.
Pilar-pilar ini berdiri teratur menyangga lengkungan tapal kuda yang menjulang hingga langit-langit. Terbuat dari marmer dan granit, pilar ini berjumlah 856 kolom yang berbaris seakan menyerupai labirin.
Batu bata diselipkan berselang-seling di tiap lengkungnya menciptakan pola merah-putih bergaris-garis yang memberikan karakter tersendiri pada bangunan ini. Lengkungan itu lalu dibuat bertumpuk supaya pilar tetap mampu menyangga langit-langit.
Bisa dibayangkan, betapa majunya peradaban Islam saat itu. Masjid ini pun dianggap sebagai salah satu pencapaian arsitektur tertinggi bangsa Moor, bangsa yang membawa agama Islam masuk ke Spanyol.
Setelah Cordoba kembali pada pemerintahan kerajaan Katolik pada 1236, Mezquita pun diubah fungsinya menjadi katedral kota.
Pada awal abad ke-16 para uskup lalu mengusulkan untuk mengembangkan katedral dengan menghancurkan Mezquita. Tapi, masyarakat kota menentang dengan dukungan kaisar Romawi saat itu.
Komentar yang paling terkenal adalah dari Raja Charles V. “Dengan menghancurkannya maka kalian telah mengambil sesuatu yang unik dari dunia ini untuk kemudian menggantinya dengan sesuatu yang bisa dengan mudah ditemukan di setiap kota.”
Akhirnya dewan kota pun hanya menambahkan katedral di tengah bangunan utama tanpa menghilangkan keseluruhan arsitektur dan interior dari Mezquita. Minaret atau menara masjid yang biasa digunakan sebagai tempat azan diubah menjadi menara lonceng katedral.
Pada awalnya, desain Mezquita secara alami akan mengarahkan pengunjung menuju mihrab, tempat imam memimpin shalat. Karena saat ini area di tengah bangunan telah dialihfungsikan menjadi tempat misa, mihrab tidak lagi terlihat.
Pembangunan mihrab dilakukan pada abad ke-10 oleh Khalifah Al-Hakam II. Hingga saat ini, mihrab tersebut masih menunjuk ke arah Kabah.
Konon, mihrab ini merupakan bagian paling impresif dan indah dari semua detail masjid secara keseluruhan. Benar saja, kami pun dibuat tercengang olehnya.
Ceruk bagian dalam mihrab terlihat cukup sederhana, tetapi detail di luarnya yang sangat indah seakan memagari kesucian tempat itu. Bergetar hati ini membayangkan imam-imam besar pernah memimpin shalat di dalamnya.
Kubah di atas mihrab diukir pada batu marmer, granit, dan onyx. Di atasnya terdapat hiasan lengkung yang disebut dengan maqsura.
Hiasan itu dibangun di bawah bimbingan seorang ahli bangunan yang dikirim penguasa Kristen Konstantinopel. Penguasa itu lalu mengirimkan juga 1,6 ton batu emas untuk menghiasi maqsura tersebut.
Maqsura yang terletak tepat di atas mihrab bertuliskan Asmaaul Husna, 99 nama Allah, yang dibuat dari mozaik-mozaik emas. Bilik untuk kedua sisi yang mengapit mihrab juga berhias mozaik.
Di bilik inilah khalifah dan para pengiringnya biasa berdoa pada saat itu. Bagian lain yang mengesankan dari mihrab ini adalah konstruksinya yang memungkinkan suara imam terpantul hingga bagian belakang masjid. Ini karena marmer pada bagian kubah dibuat menyerupai cangkang kerang.
Riana Garniati Rahayu
No comments:
Post a Comment