Para Pendiri Kanal Besar Cina

Siapa saja para kaisar berkuasa yang jadi pendiri Kanal Besar Cina?
kanal besar cinaNelayan mengangkut burung kormoran dengan kapalnya di Danau Weishan, yang merupakan bagian dari sistem kanal. (Michael Yamashita)
Selama berabad-abad, kekuasaan para kaisar jatuh bangun bersama pengendalian kanal yang menghubungkan daerah penghasil padi di sepanjang Sungai Yangtze di selatan, dengan ibukota kekaisaran di atas Sungai Kuning di utara.
Melalui jalur inilah prajurit menangani pengangkutan padi, juga beragam barang: makanan, kayu, tekstil, hingga porselen. Kanal Besar (Grand Canal) nan historis itu juga menjadi jalur kebudayaan. Kabarnya, dengan cara itu pula Beijing memperoleh dua ciri khasnya, yakni bebek peking dari Provinsi Shandong, dan opera peking dari Anhui dan Hubei.
Siapa saja para kaisar penguasa dinasti pada masanya yang jadi pendiri Kanal Besar Cina?
Pembangunan Dimulai: KAISAR YANG
Pada tahun 605 M, pembangunan kanal ini dimulai. Untuk menggalakkan perdagangan di Luoyang, ibukota baru, Kaisar Yang dari Dinasti Sui menghubungkan kedua sungai—Sungai Kuning dan Yangtze.
Lebih dari 2 juta orang, pria dan wanita, bekerja secara paksa, menghubungkan danau dan sungai sepanjang hari. Rampung pada tahun 611, fungsi sistem kanal ini semakin penting hingga 500 tahun kemudian.
Membentuk Kembali: KAISAR KUBILAI KHAN
Sejumlah bagian kanal membutuhkan perbaikan setelah tahun 1127, saat Dinasti Song yang terdesak memindahkan ibukota ke Hangzhou.
Pada 1279, Kubilai Khan, kaisar pertama Mongol atau Dinasti Yuan, menghidupkan kanal kembali, membuat rute langsung dari dan ke ibukotanya di Dadu (sekarang Beijing).
Masa Keemasan: KAISAR QIANLONG
Dinasti terakhir Cina—Qing—merebut kekuasaan pada 1644, berikut kanal yang sebelumnya diperluas dan dibenahi selama tiga abad oleh Dinasti Ming. Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing melakukan enam kali inspeksi, pertama pada 1751. Hal ini mencerminkan fungsi penting kanal di bidang politik dan ekonomi.
Inspeksi kanal oleh Kaisar Qianlong tahun 1751 diabadikan oleh seorang pelukis istana di atas 12 gulungan sutra. Gambar-gambar itu menunjukkan ketertarikannya terhadap kanal dan situs budaya, misalnya kuil Buddha di Bukit Harimau.
Pada 1855 arah arus deras Sungai Kuning berubah, merusak sejumlah bagian kanal dan melemahkan Dinasti Qing.
(Diambil dari artikel "Urat Nadi Cina Kuno" yang terbit di National Geographic Mei 2013)

No comments: