Tan Malaka
Tan Malaka: Apakah Anda Mengenalnya?
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa Âli Muhammad
Saya lupa lagi, kalau tidak salah sekitar tahun 2011 saya tahu atau mengenal Tan Malaka. Saya diajak A Adam untuk ikut diskusi salah seorang tokoh dibalik kemerdekaan, Tan Malaka. Diskusi kala itu diadakan di kampus ITB. Yang saya ingat, yang jelas, waktu itu rambut saya masih gondrong.
Kali ini diskusi itu diadakan di kampus UNPAD di Aula Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya. Bertema, “Jejak Tan Malaka di Republik Muda”. Sebetulnya, diskusi kemarin itu membedah buku karya Harry Poeze, dengan bukunya yang berjudul, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia. Buku itu ternyata jilid ke-4 dari Poeze, setelah sebelumnya menulis buku jilid 1, 2, dan 3.
Tan Malaka merupakan sosok yang misterius. Konon, di tahun lima puluhan, di desa-desa atau kota-kota di daerah Minang, tersebar ceritera bahwa Tan dapat menghilang, ia dapat berpindah-pindah tempat dengan cepat, yang jaraknya puluhan kilometer. Secepat kedipan mata. Kata Poeze, Tan menjadi buronan di luar Indonesia selama kurang lebih 20 tahun. Masih menurut Poeze, Tan juga pernah ditahan di Filipina, dan di Hongkong. Di samping itu, Tan memiliki nama samaran, Ilyas Husen.
Di dalam diskusi itu juga diceriterakan mengenai kematian Tan, dimana di makamkannya, hatta soal kisah percintaannya, surat-menyuratnya dengan seorang gadis. Tan meninggal pada 21 Februari 1949, ditembak. Ia dimakamkan di lapangan liar, dirahasiakan tanpa nama, di daerah Selopanggung. Poeze juga curhat mengenai dirinya yang meneliti Tan selama kurang lebih 30 tahun. Pada tanggal 12 September 2009, makamnya di Selopanggung digali, untuk dibuktikan secara ilmiah atau genetik, apakah cocok atau tidak dengan Tan. Sampai sekarang kata Poeze, belum ada hasil dari penelitian genetik itu, tapi Poeze yakin kalau makam yang digali itu adalah makam Tan, karena setelah dicocokan banyak kecocokan, terlebih ketika digali, posisi tulang lengan itu berada dibalik tulang punggung, itu menandakan bahwa Tan dikuburkan dalam keadaan lengan terikat.
Mengenai kisah cintanya, Tan sempat surat-menyurat dengan gadis yang dicintainya, ia mengirimkan surat dari Belanda ke Indonesia, sayang, saya lupa lagi nama pacar Tan, disamping Poeze berbicara kurang begitu jelas, karena dia seorang bule yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Tapi yang terdengar oleh saya adalah nama pacar kedua Tan, yang bernama Paramita Abdurrahman. Itu kisah cintanya. Dan katanya Tan tidak menikah, ia bujang sampai akhir hayatnya.
Pada tanggal 28 Maret 1963 dengan no.surat 53, Soekarno mengangkat Tan sebagai pahlawan ke-17.
Saya minta maaf, karena tidak membahas Tan secara rinci, yang saya tahu hanya sedikit. Paling tidak, tulisan ini bisa menjadi bukti bahwa Tan, Ada.
Wamâ taufiqi illa billah
Cipadung, 5 Februari 2014
Mohd Ali R
No comments:
Post a Comment