Galeri Foto Aceh Tempo Dulu


  • Tram beroperasi di Banda Aceh (Belanda menyebut Koetaradja) sekitar tahun 1895 | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Sisi depan timur Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh tahun 1874 | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Kondisi Kota Sabang tempo dulu | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Kondisi Pelabuhan Sabang 1923 | Foto repro Mawardi Umar
  • Kondisi pelabuhan Sabang, Aceh tahun 1912 | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Pohon Beringin besar ini berada depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Foto direkam tahun 1874 | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Pocut Di Murong (Tengah) Istri Sultan Muhammad Daudsyah | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Areal persawahan ini menjadi lokasi pertempuran antara pasukan Kerajaan Aceh dengan Belanda pada 12 Januari 1874 | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Pemandangan di Glee Kameng, Aceh. Foto direkam tahun 1874 | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Kawasan Neusu tempo dulu. Saat ini bangunan tangsi militer Belanda tersebut dijadikan sebagai rumah dinas TNI di Banda Aceh | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Kantor Gubernur Belanda di Banda Aceh tahun 1878. Saat ini dipakai sebagai Meuligoe Gubernur Aceh | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Krueng Aceh dilihat dari Benteng Belanda, 1874 | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Kampung Lam Pantee, Aceh | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Bivak Belanda di Peunayong ( dilihat dari luar sisi timur) tahun 1874 | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Bivak Belanda di Mukim Sagoe XII | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Benteng meriam Belanda di Krueng Aceh. Foto direkam tahun 1874 | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Benteng Belanda di Peunayong, Banda Aceh | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Pasukan Belanda membawa perlengkapan saat perang di Aceh | Foto koleksi Tropenmuseum
  • Benteng Belanda di Peunayong (Sisi Depan Barat). Foto direkam tahun 1874 | Tropenmuseum
  • Barisan dan Tangsi Belanda di Pengapet, Aceh | Koleksi foto Tropenmuseum
  • Benteng Belanda di Aceh | Koleksi foto Tropenmuseum

Dokumentasi sejarah Aceh | Koleksi Foto Tropenmuseum
reusam
Galeri Foto Aceh Tempo Dulu
Sebagai negara yang pernah menjajah Aceh, sangat banyak sumber sejarah Aceh yang tersimpan dengan sangat baik di Belanda.
SUMBER memegang peranan yang sangat vital dalam penulisan sejarah. Bila suatu peristiwa sejarah tidak meninggalkan sumber, tidak mungkin menceritakan atau menulis kembali peristiwa itu. Kalaupun diceritakan, yang lahir bukan cerita sejarah, melainkan dongeng atau mitos. Karena pentingnya peranan sumber dalam penulisan sejarah, muncullah istilah “no document no history” (tidak ada sumber, maka tidak akan pernah ada sejarah).
Bentuk sumber sejarah bermacam-macam, seperti benda, tulisan, foto, rekaman, ataupun saksi mata yang masih hidup. Sesuai dengan bentuknya, tempat kita dapat memperoleh sumber-sumber tersebut juga bermacam-macam. Salah satu tempat penyimpanan sumber sejarah Aceh, khususnya sumber tertulis dan sumber benda, adalah di Belanda.
Sebagai negara yang pernah menjajah Aceh, sangat banyak sumber sejarah Aceh yang tersimpan dengan sangat baik di Belanda. Oleh karena itu, tidak mengherankan banyak peneliti yang tertarik mengkaji tentang Aceh pasti akan pergi ke Belanda untuk memperoleh sumber bagi tulisannya. Ada banyak lembaga di Belanda yang menyimpan sumber sejarah Aceh khususnya, dan Indonesia pada umumnya.
Untuk sumber yang berbentuk benda, Museum KNIL (Het Koninklijk Nederlands Indisch Leger) di Arnhem Nijmegen, tempat yang sangat penting, karena di sana disimpan beberapa bukti sejarah Aceh masa perang.
Untuk sumber tertulis, selain Perpustakaan Universitas Leiden, terdapat beberapa tempat yang sangat penting karena menyimpan koleksi tentang Aceh, yaitu KITLV (Koninklijk Instituut voor taal-, land- en volkenkunde) Leiden. Di sini tersimpan banyak sekali manuskrip yang ditulis oleh para intelektual Aceh masa keemasannya dulu.
Selain itu, di sini juga disimpan dengan sangat baik catatan-catatan dan terbitan resmi kolonial tentang Aceh dalam berbagai bentuk.
Tempat yang sangat penting lainnya adalah Arsip Nasional Belanda di Den Haag. Di sini tersimpan arsip-arsip resmi sejak masa VOC sampai masa akhir Pemerintah Kolonial Belanda tentang Aceh dalam jumlah yang sangat banyak, baik tulisan tangan yang dibuat abad ke-17-19 maupun ketika mulai abad ke-20.
Lembaga lain yang juga menyimpan koleksi tertulis tentang Aceh, terutama laporan resmi pemerintah kolonial adalah KIT (Het Koninklijk Instituut voor de Tropen) Amsterdam.
Demikian catatan yang dibuat oleh Mawardi Umar, Ketua Jurusan Sejarah FKIP Unsyiah kepada atjehpost.com, medio 2013 lalu. Catatan tersebut disampaikan untuk referensi sumber sejarah Aceh yang kini banyak terdapat di Belanda. Melengkapi tulisan ini, kami juga menyajikan beberapa foto dokumentasi sejarah Aceh tempo dulu. Klik foto untuk melihat.[]

Boy NA AP

No comments: