Kiprah Dokter Muslim

Dokter Muslim saat mengobati pasien (ilustrasi).
Dokter Muslim saat mengobati pasien (ilustrasi).

Dokter juga berperan sebagai juru dakwah.

Dokter adalah profesi yang banyak dicita-citakan anak-anak Indonesia. Profesinya sangat mulia, menolong orang sakit. Seorang dokter di mata masyarakat adalah sosok yang cerdas dan modern.

Kiprah seorang dokter kini makin beragam. Tak hanya sebagai tenaga medis, dokter juga bisa menjadi relawan kemanusiaan sekaligus juru dakwah.

Sekretaris Umum Islamic Medical Association and Network of Indonesia (IMANI) drg Tryanza Maulana mengatakan, dokter Muslim tak boleh melupakan dakwah dalam profesinya.
Posisi dokter yang sangat dihormati pasien, kata try, begitu ia akrab disapa, memungkinkan dokter menyelipkan pesan agama terkait kondisi pasien.

"Saya yang kebetulan dokter gigi, biasanya selalu kita selipkan nasihat kepada pasien agar dekat dengan Allah," tutur drg Tryanza kepada Republika, Rabu (5/3).

Menurut Try, pasien yang ingin sembuh biasanya akan manut dengan nasihat dokternya. Segala pantangan dan anjuran dokter akan ia laksanakan.
Jadi, diharapkan bagi para dokter, tidak hanya memberikan nasihat bagi kesembuhan jasmaninya saja, tapi juga bagi rohaninya.

Jika pesan-pesan kebaikan tersebut dijalankan pasien, sambung Try, tentu akan menjadi nilai ibadah tersendiri bagi dokter.
Try menerangkan, pesan-pesan dakwah tersebut tidak melulu melalui lisan. Keteladanan yang ditunjukkan seorang dokter sebenarnya lebih memberikan dampak dakwah bagi para pasiennya.

"Seperti mengucapkan salam, bersalaman, kemudian memulai kerja dengan basmalah. Itu juga dakwah. Kalau bisa, kita juga ajak pasien untuk berdiskusi soal agama," terang Try.
Ia menambahkan, yang terpenting, dokter wajib memberi penjelasan jika dokter hanya perantara. "Yang menyembuhkan itu Allah SWT."

Menurut Try, asal-muasal penyakit yang menghinggapi banyak disebabkan faktor psikologis. Psikologis yang terganggu akan menyebabkan tubuh tidak fit.

Hal itu bermula dari rohani mereka yang gampang stres dan daya tahan tubuh mereka melemah. "Karena sikap kurang optimistis, gampang stres, dan akhirnya sakit itu datang," terangnya.

Selain dengan peran dakwahnya, dokter Muslim kini banyak yang terjun sebagai relawan kemanusiaan. Sekretaris Jenderal Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Muhammad Rudi mengatakan, hingga saat ini kiprah para dokter Muslim sudah cukup baik.

"Misalnya dari sisi pengorbanan. Mereka (para dokter) bersedia diterjunkan ke daerah-daerah bencana yang kondisinya serba sulit. Misalnya seperti di Mentawai, untuk ke sana mereka harus naik helikopter,'' jelasnya.



Dokter juga berperan sebagai juru dakwah.

Demikian juga yang dikirim ke luar negeri. ''Tak jarang mereka ditempatkan di zona merah yang berbahaya dan mengancam keselamatan mereka," papar Rudi kepada Republika, Selasa (4/3).

Tidak hanya kesediaan mereka untuk dikirim ke tempat-tempat bencana, para dokter relawan tersebut senantiasa diingatkan untuk melayani dengan hati.

Sebagai seorang dokter sekaligus relawan, mereka tidak hanya mengobati, tetapi juga memberikan motivasi bagi korban bencana.

Tidak hanya sampai di situ. Menurut Rudi, relawan-relawan BSMI tersebut juga diharapkan bisa menjadi penyejuk para korban dengan pendekatan rohani.

"Jadi, tidak hanya sebatas menyemangati mereka, tapi ada juga sisi rohaninya. Seperti kita ingatkan mereka agar banyak berdoa di kala tertimpa musibah," tuturnya.

Manajer Operasiona Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Rima Manzanaris menambahkan, dokter yang dikirim Mer-C telah memperlihatkan kecakapan mereka selama menjadi relawan. Hal itu dibuktikan ketika mereka mendapat sambutan yang baik di tempat mereka berada.

Ia mencontohkan, relawan Mer-C yang dikirim ke Gaza Palestina tahun lalu. Apresiasi yang diberikan warga Palestina kepada para dokter Indonesia tersebut ia nilai sangat luar biasa.

"Tim pertama ada tiga dokter, tim kedua ada 10 dokter. Mereka ini mendapat sambutan luar biasa dari warga Palestina. Setiap hari, ada saja yang mengundang makan ke rumah mereka," kata Rima.

Rima mengatakan, para relawan Mer-C ketika dikirim ke lokasi bencana sebisa mungkin harus bertemu langsung dengan para korban.

Menurutnya, para relawan tidak hanya sebatas memberikan bantuan, tapi juga mendampingi para korban dalam menghadapi musibah yang menimpanya.

"Yang mereka bawa bukan sekadar bantuan, tapi keahlian. Para dokter tersebut harus bisa menjalankan tugasnya dalam kondisi darurat. Seperti, mereka yang perlu operasi, maka harus dijalankan," tuturnya.

Penuturan Rima, para relawan Mer-C tersebut lebih memilih daerah-daerah yang belum terjamah oleh bantuan. Tak jarang, para relawan tersebut harus berjalan kaki, karena jalan yang ditempuh tidak dapat dilewati kendaraan.

Jadi, ketahanan fisik para dokter tersebut juga menjadi suatu kemestian. "Ini kita namakan dengan mobile clinic. Jadi, kita datangi rumah mereka yang rubuh itu satu persatu," katanya.

 Hannan Putra
Redaktur : Damanhuri Zuhri

No comments: