Mosul, Mutiara di Irak Utara

Tentara AS berpatroli di Kota Mosul, Irak
Tentara AS berpatroli di Kota Mosul, Irak

Di masa lalu, Mosul adalah kota metropolitan yang sarat dengan bangunan megah dan indah.

Laksana mutiara. Itulah pujian yang diberikan para sejarawan Muslim terhadap Mosul, sebuah kota di Irak bagian utara. Kira-kira, apa yang membuat mereka memberi pujian yang begitu indah untuk kota ini?

Berada di bagian timur Provinsi al-Djazira di Irak, Mosul dialiri beberapa anak sungai Tigris yang bertemu pada satu muara. Mosul juga terletak cukup dekat dengan kota tua Niniveh.

Terbentang di tepi sungai, Mosul dikaruniai tanah aluvial datar dan tanah lempung yang menjadi bahan utama pembuatan tembikar dan bahan bangunan.

Sejarah mencatat, setelah direbutnya Kota Niniveh oleh Uthba Ibnu Farkad pada 641 Masehi di era pemerintahan Khalifah Umar, bangsa Arab berbondong-bondong melintasi Sungai Tigris dan menempati Mosul.

Melihat hal itu, gubernur baru kota ini, Hartham bin Arfadja al-Bakiri segera membangun permukiman Arab dan mendirikan sebuah masjid.

Ia juga menjadikan Mosul sebagai kota kamp militer. Sementara, petinggi kepolisian Ibnu Talid membangun dinding di sekeliling Mosul untuk melindungi kota ini.

Ahli geografi Ibnu Fakih dan Yaqut menginformasikan, Khalifah Marwan II dari Dinasti Umayyah membuat sistem administrasi kota, membangun jalan-jalan dan jembatan di atas Sungai Tigris.
Pembangunan masjid juga dilakukan atas perintahnya, sehingga di masanya, Mosul menjadi ibu kota Provinsi al-Djazira.

Pada 1095 hingga 1096 Masehi, Mosul berada di bawah kekuasaan Dinasti Seljuk. Ini menjadi masa krusial sekaligus masa paling unik dalam sejarah Mosul.
Pada saat yang sama (1095) ribuan mil dari Mosul, tepatnya di Prancis, Paus Urban II membentuk pasukan ekspansi.

Mosul berperan penting dan menentukan dalam mempertahankan wilayah kaum Muslim dari serbuan pasukan ekspansi kiriman Paus selama hampir 50 tahun (1096-1144).
Sama seperti Kairo pada 1260-1291, pasukan Mosul juga membantu pertahanan wilayah Muslim di Timur Tengah.

Ahli geografi Muslim abad ke-10 al-Muqaddasi memberi gambaran tentang Mosul. Mosul, menurutnya, adalah kota metropolitan, kota megah yang sarat dengan bangunan indah.

Cuacanya nyaman dengan air yang bersih mengalir di mana-mana. Kota ini juga memiliki pasar dan penginapan yang bagus. ''Mosul dihuni beragam manusia dan cendekiawan dan tidak pernah  kehilangan nilai tradisi.''

Selain memiliki taman-taman yang elok, kota ini juga menyediakan buah-buahan, daging, dan rumah-rumah yang bagus. ''Semua cukup dan sejahtera,'' tutur al-Muqaddasi.

Kota Mosul dijaga benteng dan dikelilingi dinding ganda, lengkap dengan menara-menara pengawas di bagian timur Sungai Tigris.
''Mosul mirip Basra, tapi luasnya tak sebesar itu. Sepanjang sepertiga perbatasan Mosul dibangun benteng yang disebut al-Murabba'a.''

Area permukiman warga terbentang di bagian selatan Sungai Tigris. Masjid untuk shalat Jumat pun tak jauh dari tepi sungai ini. Sedangkan, pasar as-Suq al-Arbi'a' (Pasar Rabu) terletak di tepi Sungai Zubayda.

Ibnu Hawqal yang mengunjungi Mosul pada 968-969 Masehi juga menggambarkan keindahan Mosul. Tak hanya indah, menurut dia, Mosul juga subur.
Terdapat area pertanian yang mempekerjakan warga dalam jumlah besar. Di setiap area pertanian, terdapat tempat persinggahan.

Hawqal juga memberi kesaksian mengenai masjid. Seperti halnya al-Muqaddasi, ia pun mengatakan, masjid dibangun di dekat tepi sungai.

Bahkan, ia memberi gambaran, jarak antara masjid dan sungai hanya selebar busur. Tapi, posisi masjid lebih tinggi. Dalam hal ini, terdapat tangga penghubung menuju sungai.

Tak hanya masjid yang memiliki tangga menuju sungai. Pasar pun memiliki tangga semacam itu. ''Namun, tangga di dekat pasar lebih rendah,'' kata Hawqal.

Masjid di Mosul tampil dengan hiasan indah dari batu marmer. Bagian depan masjid ditutupi atap, begitu pula pasar, dinaungi atap.

Kesaksian mengenai masjid juga disampaikan Muslim Spanyol, Ibnu Jubayr, yang mengunjungi Mosul pada 1184 Masehi.
Dalam sebuah catatan, ia menulis, Pangeran Kota Mosul Mugahad al-Din membangun sebuah masjid di tepi Sungai Tigris dengan sebuah rumah sakit menghadap ke arah masjid.

Sedangkan, ahli geografi al-Qazwini menuturkan, Mosul dikelilingi gorong-gorong yang dalam. Tembok kota memiliki menara yang kakinya menyentuh sungai dan memanjang sepanjang tepian sungai.

Jalan-jalan lebar menghubungkan pusat dan pinggiran kota. Di pinggiran kota terdapat banyak masjid kecil, pemandian, dan penginapan. Rumah sakit pun mudah dijangkau.

'' Sebagian besar rumah di wilayah Djebel dibangun menggunakan tufa atau marmer,'' katanya, seperti dilansir muslimhistory.com.

Mosul mengalami perkembangan pesat di era pemerintahan Imad Zangi (1146). Ia membangun bangunan mewah, dinding pertahanan diperkuat, taman-taman di sekeliling kota ditambah jumlahnya.

Konstruksi bangunan yang agak berbeda dari lazimnya bangunan di Irak digunakan di Mosul pada akhir abad ke-12 hingga awal abad ke-13. Sejumlah bangunan publik yang penting dibangun di bawah kepemimpinan Zangid (1127-1222) dan Badr al-Din Lu'lu' (1222-1259).

Istana menjadi salah satu bangunan yang didirikan di era ini. Dilapisi ornamen stuko mewah, bangunan istana di Mosul dihiasi pahatan bergaya Arab yang biasanya ada pada mihrab masjid.
Badr al-Din Lu'lu' juga membuat manuskrip tentang pembuat lampu dan pandai besi. Sayangnya, akibat ketidakstabilan politik dan ekonomi, banyak ahli pahat Mosul kabur ke Suriah dan Mesir selama abad ke-13.

Namun, di mana pun dibuat, manuskrip tentang Mosul menggunakan skema komposisi dan ilustrasi, seperti lazimnya manuskrip Irak pada abad ke-13.
Dari Mosul jugalah para ahli pahat Aleppo dan Damaskus muncul. Fakta ini makin mempertegas adanya hubungan budaya antara Irak utara dan Suriah.

Mosul juga merupakan pusat industri. Kota ini merupakan penghasil minyak. Bahan tambang menjadi produk penting dalam ekonomi Islam selama berabad-abad.

Selain kaya minyak, Mosul juga dikenal sebagai penghasil tekstil. Di Inggris, produk tekstil dari Mosul dikenal dengan istilah muslin, sementara di Prancis disebut mousseline. Dalam sejarahnya, Mosul juga pernah menjadi pusat tenun.

Dalam salah satu cerita Arabian Nights disebutkan, turban seperti yang digunakan para petinggi Kekhalifahan Turki Utsmani merupakan salah satu gaya pakaian Mosul. Di Baghdad dikenal juga Mosul izar (rompi wanita) berbahan sutra yang dipadukan dengan sepatu bordir benang emas.

Petualang asal Venesia, Italia, Marco Polo juga punya cerita mengenai produk tekstil Mosul. ''Semua pakaian yang dibuat dari sutra dan benang emas yang disebut Mosolin dibuat di negeri ini (Mosul). Saudagar besar yang menjual sutra, emas, dan mutiara juga berasal dari negeri ini.''

Ani Nursalikah

No comments: