Strategi Adu Domba yang Tak Pernah Berhenti

aman penjajahan, Indonesia sering di adu domba oleh kaum penjajah demi mendapatkan sebuah daerah kekuasaan baru, dengan berbagai cara seperti dengan memberikan dukungan secara langsung kepada pihak yang sedang berselisih. Hal seperti ini terjadi ketika perang paderi di Sumatra barat, antara kaum adat dan kaum kyai yang salah satu tokohnya adalah Sultan Iman Bonjol. Ada juga dengan cara mengadakan secara terang – terangan perang terhadap kerajaan tertentu seperti pada perang Aceh.

Zaman telah berubah tetapi politik adu domba yang di lancarkan oleh kaum penjajah, yang dominan di lakukan oleh negara – negara barat. Strategis adu dombanya telah berubah, hal ini di sebapkan karena undang – undang tertentu yang menyangkut hak – hak setiap manusia di setiap negara.

Maka, sekarang ini politik adu domba telah berubah, yaitu dengan cara memberikan dukungan secara tidak terang – terangan terhadap suatu negara. Contoh di dalam proses perjalanan konflik yang ada di Indonesia semenjak pemberontakan G30 S/PKI dan pemberontakan 98. Meskipun negara tidak bisa mengakui ke ikut sertaan negara – negara barat di dalam konflik ini, tetapi dengan bukti – bukti yang ada maka bisa di simpulkan bahwa di balik ini mereka ada.

Salah satu contohnya pada proses adu domba yang akhirnya timbul SUPERSEMAR ( Surat perintah sebelah maret). Kita tahu bahwa saat itu Soekarno secara terang – terangan tidak berpihak kepada Blok barat ( Amerika serikat dan sekutunya) – Blok timur ( Rusia dan sekutunya). Sehingga pada saat itu mereka mencari cara untuk membimbing dan mengakat Soeharto sebagai Presiden dan cara tersebut berhasil. Sehingga pada masa pemerintahan Soeharto negara – negara barat memberikan banyak penghargaan dan pemberintaan ke suksesan Soeharto di dalam kepemerintahannya.

Tetapi pada tahun 1996, Soeharto mulai berbalik badan dan tidak jadi anak bimbingan negara – negara barat. Sehingga timbulah pemberontakan 98 yang menuntut Reformasi dan secara langsung dengan sistem demokrasi bebas. Maka pengaruh negara – negara barat terhadap Indonesia sangat kuat di bandingan di masa lalu yang masih tidak kelihatan, tetapi sekarang ini telah melalui perusahaan antara kedua negara, berbeda pada masa dulu yang lebih banyak di atur oleh negara.

Pada saat ini pengaruh negara – negara barat di Indonesia bukan hanya melalui satu bidang misalnya melalui perdangan. Tapi sekarang ini sudah melalui berbagai bidang seperti di dalam hal Jurnalistik yaitu dengan cara mengadu domba dengan berbagai rangkaian kata – kata indah yang membuat pembacanya percaya misalnya Voa Islam atau dengan cara pendidikan yaitu dengan pemberiaan beasiswa.

Jadi kesimpulaanya bahwa mulai saat ini kita sebagai bangsa Indonesia harus hati – hati terhadap pemberintaan yang ada di media massa. Terlebih dahulu kita harus bisa menyaring berita tersebut. Dan juga di dalam bidang – bidang yang lainnya.


Febriawan H

No comments: