Nuh Menjadi Muara Nasab Manusia

Pembuatan bahtera Nabi Nuh (ilustrasi).
Pembuatan bahtera Nabi Nuh (ilustrasi).

Timur Tengah merupakan ibu dan pusat dari seluruh dunia.
Tepat sembilan generasi setelah Nabi Adam menjejak bumi, lahirlah seorang nabi mulia bernama Nuh AS. Seperti kita ketahui, dalam berdakwah dan memerangi orang-orang kafir, Nabi Nuh mengalami tantangan yang sangat berat.

Untuk itu, Allah pun melaknat kaum kafir tersebut dengan membuat mukjizat. Allah membuktikan kekuatannya dengan menciptakan sebuah bencana alam yang demikian dahsyatnya, air bah. Peristiwa ini bisa kita telaah dari Alquran, dijelaskan tepatnya dalam surah Hud ayat ke-38 hingga 44.

Air bah tersebut meluluhlantakkan seluruh permukaan bumi ini, menenggelamkan siapa saja yang kafir, yang tak percaya padanya berikut harta yang mereka miliki. Meski mereka mencoba menyelamatkan diri dengan naik ke puncak gunung seperti yang dilakukan putra nabi Nuh, yaitu Kan'an, tetap saja mereka tak bisa selamat. Semua musnah.

Hanya Nabi Nuh dan ketiga putra yang bisa selamat, terombang-ambing di atas kapal di tengah lautan berikut berbagai pasangan binatang di dalamnya.

Hingga akhirnya rombongan bahtera tersebut sampailah di tempat yang kini dikenal sebagai Jazirah Ibnu Umar, bagian timur Turki. Di atas Gunung Judi, bahtera tersebut terdampar hingga air yang tadinya demikian banyaknya tersebut telah kembali menghilang.

Dalam Atlas Sejarah Nabi dan Rasul karya Sami bin Abdullah bin Ahmad al- Maghluts, dijelaskan tentang kehidupan setelah bencana dahsyat tersebut terjadi. “Rombongan pun mulai keluar dan kemudian menetap di daerah tersebut,” tulisnya.

Ini menjadi babak baru dalam peradaban manusia karena merekalah yang menjadi manusia pertama yang masih tersisa, yang masih hidup karena selamat dari bencana air bah tersebut.

Tak memutuskan untuk menetap dalam satu wilayah selamanya, rombongan ini kemudian menyebar dan mulai bermigrasi. Mereka menuju ke arah barat daya, yang kini menjadi Jazirah Arab, kemudian menyebar lagi.

Kaum Nabi Nuh (ilustrasi).
Kaum Nabi Nuh (ilustrasi).

Putra tertua Nabi Nuh, yaitu Yafet, memutuskan untuk bermigrasi ke arah timur. Kelompok putra Nuh yang lainnya sebagian bergerak ke arah tenggara menuju kawasan India.

Kelompok lainnya bergerak menuju ke arah barat daya menuju ke Afrika. Dari sana mereka terus ke arah utara dan membangun peradaban.

Putra Nabi Nuh yang termuda yang selamat, yaitu Ham beserta istri dan keluarganya, bergerak menuju ke arah selatan, lalu memutuskan menetap di selatan Irak setelah permukaan bumi sudah mengering dan terlihat hamparan tanah subur yang sangat luas di sana.

Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah mengatakan miliaran manusia di dunia ini sekarang, jika dirunut nasabnya, akan berujung pada ketiga anak nabi Nuh ini.

Hadis Rasulullah SAW dari Imam Ahmad meriwayatkan, “Sam adalah moyang Arab, Ham adalah moyang Habsyah, dan Yafet adal moyang Rum.”

Rum yang dimaksud di sini adalah bangsa Romawi awal, yang berarti adalah orang-orang Yunani yang nasabnya terlacak hingga kepada Rumi bin Labthi bin Yunan bin Yafet bin Nuh.

Bukti bahwa nenek moyang manusia sekarang adalah para putra nabi Nuh tersirat pada tafsir Alquran dalam surah as-Shaffat ayat 77, “Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.” Hal ini ditegaskan lagi dengan Firman Allah pada surah al-Isra ayat 3: “(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh.”

Bangsa-bangsa dengan peradaban besar di dunia pun jika dilacak akan terlihat bahwa mereka semua adalah keturunan Nabi Nuh. Dari nasab tersebut, kita bisa mendeskripsikan bahwa Yafet menjadi keturunan bangsa Turki, dari anaknya yang bernama Turk.

Berbagai ras yang berada di dalamnya, misalnya Qabjaq, Tatar, dan Khazlajiah atau yang dikenal sebagai bangsa Ghuz (kushan) yang mendiami negeri al-Shafd merupakan keturunan Turk bin Yafet Bin Nuh. Begitu juga dengan ras Ghor, Elan, Syarkes, Azkesy, dan Rusia.

nabi nuh, sejarah nabi nuh, kisah nabi nuh

Keturunan Yafet lainnya, yaitu Madai, melahirkan keturunan yang menjadi nenek moyang bangsa Dailam.

Bangsa Shaqalibah juga berasal dari keturunannya, dari Esykanar bin Torgama bin Yafet. Orang Atsban adalah keturunan Mesekh bin Yafet.

Francs dari anak Tubal bin Yafet. Tubal juga menghasilkan keturunan yang menjadi nenek moyang bangsa Leman, yang mendiami wilayah sebelah barat ke utara, tepatnya di bagian utara Laut Rum (laut Tengah).

Bangsa Yunan merupakan keturunan dari Yunan bin Yafet, yang kemudian terpecah menjadi tiga kelompok. Pertama adalah orang-orang Lithan, yang merupakan keturunan dari Lathen bin Yunan.

Kedua adalah bangsa Greek, yang merupakan keturunan Greeks bin Yunan. Terakhir adalah kelompok orang-orang Keitim yang berasal dari keturunan Kuteim bin Yunan dan kelompok inilah yang menjadi nasab dari bangsa Romawi.

Putra Nabi Nuh yang lain, yaitu Sam, juga melahirkan keturunan yang menjadi nenek moyang bangsa-bangsa besar di dunia.

Basel yang merupakan cucu dari Sam bin Nuh juga melahirkan bangsa al-Jaramiqah yang mendiami Mosul. Begitu juga bangsa al-Jael di negeri Kaelan di wilayah timur.

Anak Sam yang lain, yaitu Adam, melahirkan keturunan yang menjadi bangsa Suryani. Nasabnya adalah Suriyan bin Nobet bin Mesh bin Adam bin Yafet.

Bangsa lain yang menjadi keturunan dari Sam adalah bangsa Ibrani, yang merupakan keturunan Amir bin Syalekh bin Arpakhsad bin Sam.

Juga bangsa Persia, yang adalah keturunan dari Pers bin Lud bin Sam bin Nuh. Bangsa Kurd juga berasal dari keturunan Iran bin Asyur bin Sam.

Bangsa Nabatea, yang merupakan penduduk Babel pada masa lalu, berasal dari keturunan Lanebet bin Asyur bin Sam. “Keturunan dari Sam bin Nuh ini juga yang melahirkan bangsa Arab,” tulis Sami.

Ham bin Nuh menghasilkan keturunan yang kemudian menjadi bangsa Sinda, dari putranya yang bernama Kush, termasuk juga Habsyah. Putra Ham yang lain, yang bernama Kan'an, melahirkan bangsa Nubia.

Bangsa Koptik merupakan keturunan Qibtaem bin Misr bin Beishar bin Ham. Bangsa Zandj yang berkulit hitam juga merupakan keturunan dari putra Ham bin Nuh ini. Bangsa Qut (Goth) berasal dari keturunan Qut bin Ham. Bangsa Kan'an berasal dari anak Kan'an bin Ham bin Nuh.

Bangsa India berasal dari keturunan Kush bin Ham. Penduduk Barqah pada masa lalu, atau yang dikenal sebagai bangsa Zawilah merupakan keturunan dari Hawilah bin Kush bin Ham.

Berbagai suku bangsa dan ras yang ada di seluruh dunia ini berasal dari satu kelompok manusia, yaitu keturunan Nabi Nuh. Ini yang menyebabkan dunia mengenal bahwa wilayah Timur Tengah merupakan ibu dan pusat dari seluruh dunia.

Abu Hanifah ad-Dainuri menganalisis mengapa seluruh penduduk dunia yang berasal dari satu keturunan ini bisa mengalami perbedaan bahasa.

“Awalnya mereka menggunakan bahasa Suriyani, tetapi ungkapan yang ada pada setiap kelompok mengalami perubahan dan akhirnya diteruskan pada generasi berikutnya,” ujarnya.

Dari tulisan ini, kita bisa memahami bahwa miliaran penduduk dunia ini berasal dari satu rahim. Maka, ironis sekali jika kita mengedepankan perbedaan yang ada karena pada hakikatnya kita semua berasal dari darah yang sama, darah nabi yang mulia.

Rosita Budi Suryaningsih

No comments: